Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Situbondo Nggak Ada Hujan? Emang Petani di Sini Tanam Padi Pakai Air Galon?

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
1 April 2023
A A
Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup Terminal Mojok

Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang Situbondo, saya gatel banget pengin ngomongin Mas Ibbas Dimas Baskoro yang bilang di Situbondo nggak ada hujan. Dengan ngeyel saya bakal bilang, nggak juga tuh kalau nggak ada hujan,

Memang, saya sering denger kalau Situbondo itu kek neraka bocor. Parahnya lagi, ada yang bilang kalau toh nanti orang Situbondo ini masuk neraka, nggak bakal kaget karena udah setiap hari udah simulasi merasakan panas neraka dengan hidup di Situbondo.

Tapi ya nggak gitu juga. Ini betewe saya kan semi-petani nih ya. Kalau petani mau pilih komoditas tanaman tuh lihat-lihat cuaca. Kalau cuacanya kering atawa lagi musim kemarau, ya pilih tanaman yang butuh sedikit air.

Namun, jika cuacanya sering mendung maka otomatis yang dipilih adalah padi. Saya agak gimana ya mau bilang ini. Padi itu kan butuh air yang cukup banyak saat ditanam. Nah kalau di Situbondo nggak ada hujan, lantas dari bulan Agustus sampai Desember kemarin mereka pakai apa untuk menanam dan merawat padi? Air galon?

Nggak usah lebay deh. Di sini curah hujannya berjalan normal kok. Dari bulan Agustus bahkan sampai tulisan ini dibuat tepat pada 31 Maret 2023, hujannya masih ada. Ini juga saya nulis waktu Situbondo lagi hujan deras. Jadi, emang Situbondo mana yang nggak ada hujan?

Di sini siklusnya kalau saya amati ya normal-normal aja. Dari Agustus-Februari sih biasanya. Ini nambah ke bulan puasa masih ada aja hujannya. Jadi pas, kan? Sekitar 6-7 bulanan musim penghujan, dan sisanya musim kemarau.

Dilihat dari fakta itu, tentu saja pas. Dalam satu tahun jadi bisa tanam 4 kali. Dua kali tanam padi di 6 bulan musim penghujan dan 2 kali tanam jagung di musim kemarau. Kalau masih bilang nggak ada hujan, Mas Ibbas ada di universe yang berbeda kali.

Petani cabe full senyum

Tambahan lagi nih ya. Kalau di Situbondo itu nggak ada hujan, petani cabe saat ini nggak bakal kehilangan senyumnya. Malahan full senyum karena cabe lagi mahal. Sekilo pernah sampe 70 ribuan.

Baca Juga:

10 Kebiasaan Buruk yang Harus Ditinggalkan agar Motor Nggak Gampang Mogok Saat Musim Hujan

Jalanan Jakarta Saja Sudah Menyebalkan, Ditambah Musim Hujan Makin Mengesalkan

Kenapa? Pas di bulan Desember sampai Februari ini, hujan di Situbondo itu nggak aturan derasnya. Bahkan di bulan Januari daerah kota sempat banjir, meskipun nggak sampai menenggelamkan daerah situ.

Atas adanya hujan deras yang bahkan sampai 3 minggu cuma berhenti sebentar-sebentar doang, akhirnya banyak petani cabe yang agutgut (garuk kepala) karena ngelihat tanaman cabainya tenggelam.

Yap, berhektar-hektar sawah yang ditanami cabe banyak yang tenggelam. Kalaupun nggak tenggelam, pohon cabainya roboh karena curah hujan yang kemarin itu lebih mirip badai.

Langitnya gelap banget dan hari-hari cenderung suram seperti mas-mas nggak jelas yang motoran pake kacamata item banget saat hampir maghrib. Petirnya pun melebihi lengkingan suara bocil di musala saat tarawih dan bersin seorang bapak-bapak.

Jadi, sebelah mananya sih yang nggak hujan? Pas kemarin air Tuhan terjun dari langit sembunyi di kenyamanan yang seperti apa, Mas?

Lampu lalu lintas, jalan pintas, dan teknologi jaket

Saya agak nggak enak mau ngomong. Tiap hari saya lampu lalu lintas itu dan nggak ngerasa kalau lampu lalu lintasnya lama. Padahal standar aja. Saya pernah ngitung, paling nggak waktunya 60-120 detik saja. Itung aja sendiri kalau nggak percaya.

Nggak sampai 3 menit dibilang lama? Lebay deh. Lagi pula, di Situbondo ini meskipun ada truk-truk gede ataupun truk gandeng juga ya nggak serame itu. Masih bisa nyelip-nyelip dengan mudah juga, kok.

Oh iya jangan lupa ada buanyak banget jalan pintas yang bisa dilewatin. Saya sering lewat jalan pintas kalau mager pakai helm. Biar nggak lewat lampu lalu lintas, saya milih jalan pintas aja.

Dan lagi, memang di Situbondo ini nggak ada tempat bernaung untuk di sekitaran area traffic light. Kalau ditambahin pohon ya bakal tambah macet karena space-nya diambil pohon itu dong?

Mau ditambahin penutup macem terop? Itu mau nunggu lampu ijo atau mau ngadain hajatan? Aja-aja ada!

Terus nih kalau emang di Situbondo itu panasnya naudzubillah coba deh pake teknologi yang udah lama buanget ada di dunia bernama jaket. Saya sering juga kok keluar di siang terik. Pas pake jaket, nggak sepanas itu. Bisa juga tambahin sarung tangan sama masker biar nggak terlalu panas. Enak-enak aja kok, tinggal di Situbondo~

Jadi tolong banget nih ya, boleh sih bilang Situbondo panas. Tapi kalau nggak ada hujan, aduh, gimana ya. Kayak bangsa nga kenal air gitu kesannya. Ini kebetulan saya nulis juga pas hujan jadi ya pertanyaan saya adalah, jenengan hidup di Situbondo universe mana nih?

Penulis: Firdaus Al Faqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Situbondo, Madura Swasta yang Kaya Sejarah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 April 2023 oleh

Tags: hujanpadisitubondotanam
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

ArtikelTerkait

musim hujan cara mengurangi potensi basah kuyup ketika hujan turun mojok.co

Menghitung Potensi Basah Kuyup ketika Bepergian Saat Musim Hujan

4 November 2020
Misteri Gunung Raung dan Kisah Seram Kerajaan Macan Putih

Misteri Gunung Raung dan Kisah Seram Kerajaan Macan Putih

2 Agustus 2022
Ironi Keindahan Kawah Ijen Bondowoso yang Justru jadi Petaka bagi Situbondo

Ironi Keindahan Kawah Ijen Bondowoso yang Justru Jadi Petaka bagi Situbondo

8 September 2023
Situbondo, Tempat Tinggal Terbaik dan Kota Sederhana yang Saking Sederhananya, Nggak Ada Apa-apa di Sini

Kalian Anggap Suhu Sekarang Ini Panas? Lemah, buat Orang Situbondo Ini Mah Anget doang

18 Oktober 2023
6 Alasan Seseorang Nggak Sedia Jas Hujan padahal Tahu Musim Hujan Sudah Tiba Terminal Mojok

6 Alasan Seseorang Nggak Sedia Jas Hujan padahal Tahu Musim Hujan Sudah Tiba

2 Desember 2020
Tembakau Tambeng, si Gurih Manis Asal Situbondo yang Cocok Jadi Suguhan Saat Lebaran

Tembakau Tambeng, si Gurih Manis Asal Situbondo yang Cocok Jadi Suguhan Saat Lebaran

15 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.