Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sisi Lain Demak, Kota yang Telanjur Lekat dengan Masjid dan Makam

Muhammad Azam Multazam oleh Muhammad Azam Multazam
11 Agustus 2023
A A
5 Tips KKN di Demak dari Pemuda Setempat (Unsplash)

5 Tips KKN di Demak dari Pemuda Setempat (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

“Tiyang pundi, Mas?”

Saya selalu menjawab dengan percaya diri tiap kali menerima pertanyaan begitu saat lagi di luar kota. Entah itu saat diajak kenalan teman baru atau sekedar dari orang yang baru kutemui saat di smoking area.

“Demak, Mas.” Begitu jawabanku yang simpel tapi percaya diri dan bangga dengan kota kelahiran.

Dengan jawaban simpel begitu, ternyata melahirkan persepsi dari orang yang bertanya “asal dari mana?” kepada saya. Coba tebak persepsi apa yang dilahirkan sebagai respon dari jawaban saya yang cuma bilang “Demak”? Yak betul, apa lagi kalau bukan hal yang memiliki relevansi dengan sebutan “kota wali”.

“Oh Demak yang ada makam Sunan Kalijaga itu?”, “Dekat sama Masjid Agung Demak, kah?” atau “Yang ada makam di tengah laut itu?” begitulah respons yang sering banget muncul ketika setelah saya kasih tahu kota kelahiran saya.

Persepsi yang sering muncul ketika mendengar kata “Demak” melulu tentang masjid dan makam. Padahal ada penanda-penanda lain yang ada dalam diri Demak. Misalnya, “Oh itu yang daerahnya cewe-cowonya cakep-cakep?” itu misalnya, ya gaes yaa. Atau bisa tentang penanda lainnya.

Demak dikenal sebagai kota tanpa mal

Sebagai zoon politicon, keberadaan mal sangatlah membantu dan memberikan manfaat dalam kehidupan sosial. Selain untuk belanja kebutuhan sehari-hari, mal juga dapat dijadikan destinasi untuk refreshing dan sarana berinteraksi sosial. Bisa dibuat nongkrong sama teman-teman, terutama saat tanggal muda. Begitulah kata tetangga saya yang bekerja di luar kota.

Meski begitu, kamu tidak akan menemukan mal ketika sedang berada di Demak. Pasti kamu nggak percaya dengan fakta itu? Ya memang begitu adanya. Adanya memang begitu. Untuk pusat perbelanjaan terbesar di Demak mentok adanya Aneka Jaya. Itupun nggak ada eskalatornya.

Baca Juga:

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

Nestapa para Pelaju Semarang-Demak, Tiap Hari Cemas karena Banjir Rob Sayung Demak Semakin Mengerikan

Berbeda dengan kota tetangga, Kudus misalnya. Ada beberapa mal yang bertengger di sana. Apalagi dengan Semarang, yang lebih banyak malnya. Saya ingat, kapan waktu ngajak teman luar kota berkunjung, ia menyebut Demak itu kota banyak masjid dan musala tapi tiada mal. Subhanallah.

Ada “rujak” yang tersembunyi

Kuliner bisa menjadi salah satu trademark bagi suatu daerah. Banyak orang lebih mengenal suatu daerah lantaran kuliner yang khas dari daerah itu sendiri. Misalnya, jenang dari Kudus.

Banyak dari kita yang pergi jauh-jauh mengunjungi suatu daerah cuma pengin merasakan kuliner khas daerah itu. Bahkan, ada yang berfatwa, kurang afdhal jika kita mengunjungi ke suatu daerah tanpa mencicipi makanan khasnya. Tentu, itu bukan fatwa dari MUI.

Penduduk akan bangga jika makanan khas daerahnya dikenal oleh banyak orang. Misal, orang Semarang akan lebih pede ketika berkenalan dengan orang Jakarta dan ternyata juga tahu lumpia. “Oh orang Semarang, Oiya, lumpia yang berada di sekitaran pasar Johar apa masih buka, mas?”

Lalu bagaimana dengan kuliner khas Demak? tentu, Kota Wali memiliki banyak makanan khas. Mungkin sego ndoreng menjadi kuliner khas yang paling familiar di telinga orang-orang luar Demak. Tapi nggak seterkenal lumpia milik Semarang, sih.

Belum lagi makanan khas lain yang tersembunyi, jarang dikenal oleh daerah lain. Yaktul, rujak Morodemak.

Rujak Morodemak berasal dari Desa Morodemak. Rujaknya terdiri dari buah-buahan seperti rujak pada umumnya, namun sambalnya berupa kuah yang berbahan dasar dari petis. Malangnya, kuliner seenak itu tidak semasyhur sego ndoreng. Bahkan, mungkin sebagian orang Demak sendiri tidak mengenalnya. Padahal nikmatnya nggak kalah sama rujak cingurnya Surabaya.

Sudah saatnya Dinas Pariwisata lebih mengenalkan kuliner itu ke khalayak umum. Biar kalau bahas khas Demak, bukan cuma masjid dan makam saja yang melekat. Bayangkan, jika persepsi publik tentang Demak ketambahan masyhurnya rujak Morodemak, kan keren ya gaess?

Ada wisata selain wisata religi

Selain kuliner, kebanyakan orang mengenal suatu daerah bisa juga lantaran destinasi wisata. Makanya, tiap-tiap daerah pasti berlomba-lomba mengenalkan tempat wisatanya masing-masing. Di Jepara misalnya, terkenal dengan Karimun Jawa-nya.

Sementara di Demak, jika kamu searching di Google, pasti akan direkomendasikan dengan Masjid Agungnya dan makam Sunan Kalijaga. Lagi-lagi tentang masjid dan makam. Padahal ada wisata lain yang menggambarkan, lho. Misalnya, wisata mangrove dan pantai di Kecamatan Wedung, wisata yang sudah mewakili diri Demak sebagai daerah pesisir.

Iya sih, Demak berjulukan “kota wali”, daerah yang pertama kali didirikannya Kerajaan Islam di tanah Jawa, hingga membuat persepsi antara Demak, masjid, dan makam itu tak bisa dipisahkan.

Meski kota religi, bukan berarti tidak ada wisata nonreligi. Di Demak banyak kok tempat wisata selain masjid dan makam. Wisata malam salah satunya.

Lho, serius?

Di Demak banyak kok bertenggernya tempat karaokean, yang beroperasi di malam hari. Kalau nggak percaya, coba searching.

“Katanya kota wali?”

Realitas sosial memang begitu adanya, Gaes.

Penulis: Muhammad Azam Multazam
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Alasan Demak Kalah Tenar Dibanding Kabupaten di Sekelilingnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2023 oleh

Tags: demakmakamMasjidrujak morodemaksego ndoreng
Muhammad Azam Multazam

Muhammad Azam Multazam

Pegawai Biasa, Anaknya Bakul Ompreng.

ArtikelTerkait

Suka Duka Pakai Sandal Swallow 05 D, Sandal Sejuta Umat terminal mojok.co sandal jepit sehun exo

4 Tips agar Sandal Aman Ketika Salat Tarawih di Masjid. #TakjilanTerminal14

19 April 2021
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan

10 Mei 2020
5 Tempat Ibadah Terdekat dari Gedung Sate yang Keren dan Bersejarah

5 Masjid Terdekat dari Gedung Sate yang Keren dan Bersejarah

4 April 2022
Punya Kawan Marbot Masjid Adalah Kemewahan Paling Mudah, Murah, plus Berkah terminal mojok.co

Jangan Usir Anak-Anak yang Bermain di Masjid

24 Mei 2019
2 Alasan Bioskop Sebenarnya Belum Layak Didirikan di Demak

2 Alasan Bioskop Belum Layak Didirikan di Demak

20 Januari 2025
Nggak Mau Sandal Hilang Sewaktu Salat di Masjid, tapi Enggan Tertib Saat Menyimpannya

Nggak Mau Sandal Hilang Sewaktu Salat di Masjid, tapi Enggan Tertib Saat Menyimpannya

15 Februari 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.