Sebagai penumpang Trans Jateng trayek Solo-Sumberlawang, saya punya beberapa keluhan terkait bus satu ini.
Sebagai pengguna moda transportasi umum, saya cukup mengapresiasi program Pemprov Jawa Tengah dalam menghadirkan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng di Provinsi Jawa Tengah. Baru-baru ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, bahkan telah meresmikan Trans Jateng dengan rute Solo-Wonogiri yang sebelumnya hanya dilayani bus bumel legendaris khas Wonogiri.
Sebagai pengguna Trans Jateng trayek Solo-Sumberlawang, saya merasa cukup senang. Sebab, trayek bus Trans Jateng kini telah banyak yang terintegrasi. Harga tiket bus yang terjangkau dan kondisi bus yang lebih baik dari bus bumel membuat penumpang senang. Selain itu, bus ini juga mengedukasi masyarakat karena sistemnya nggak menaikturunkan penumpang sembarangan, melainkan di halte bus yang telah ditentukan.
Akan tetapi sejak diresmikan beberapa waktu lalu, saya mengamati kondisi bus Trans Jateng Solo-Sumberlawang dan kualitas pelayanannya lambat laun makin menurun. Bukan karena saya nggak bersyukur atas hadirnya Trans Jateng, tapi karena performa yang mulai menurun ini bisa berpeluang merugikan penumpang maupun pengguna jalan raya lainnya.
Kondisi bus Trans Jateng kurang diperhatikan
Saat ini, kondisi interior bus tampak kurang terawat. Sebagai penumpang, saya kerap menjumpai banyak pamflet yang ditempel di dalam bus menggunakan isolasi karena sudah tidak melekat. Di celah-celah kursi penumpang juga tak jarang terlihat debu pekat seperti jarang dibersihkan. Saya bahkan pernah menemukan bus yang di bagian kemudi sopir berceceran barang-barang sehingga kurang sedap dipandang mata.
Kondisi interior bus yang seperti ini harusnya menjadi PR bagi Trans Jateng. Sebaiknya bagian dalam bus juga dibersihkan secara rutin mengingat setiap hari penumpang bus ini makin banyak.
Kalau dari segi pelayanannya sih berdasarkan pengalaman saya sudah cukup baik. Nggak ada petugas bus yang bikin penumpang kecewa.
Baca halaman selanjutnya: Masih ada sopir yang ugal-ugalan…