Sisi Gelap Tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman

Sisi Gelap Tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman

Sisi Gelap Tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman (Unsplash.com)

Bila menyebut nama Kota Jogja, benak sebagian besar orang pasti langsung tertuju pada sejumlah tempat yang identik dengan kota pelajar tersebut. Sebut saja Parangtritis, Maliboro, atau Kaliurang. Ya, Jogja memang sangat lekat dengan image destinasi wisata sehingga tak banyak orang dari luar daerah yang mengenal wilayah lain di Kota Gudeg itu. Salah satunya adalah Kecamatan Moyudan yang terletak di sebelah barat daya dengan jarak sekitar 16 kilometer dari pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Sleman.

Orang bilang, hidup di daerah pedesaan itu enak lantaran udaranya masih bersih serta asri. Jauh dari kemacetan dan kepenatan yang sehari-hari menghampiri masyarakat di pusat kota. Anggapan itu tidak salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Nyatanya, tinggal di area pinggiran sebagaimana di Kecamatan Moyudan Sleman, juga memiliki sederet sisi gelap, lho.

#1 Jarang ada toko dan apotek 24 jam

Bagi banyak orang, keberadaan toko dan apotek yang buka 24 jam itu lumrah saja. Namun, bagi masyarakat yang tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman, fasilitas tersebut bisa jadi sungguh istimewa.

Tak seperti di kawasan Kaliurang dan sekitarnya yang bertaburan Indomaret, Alfamart, serta Apotek K24 di berbagai sudut, keberadaan minimarket di Moyudan masih dapat dihitung dengan jari, apalagi apotek. Ditambah lagi, letaknya masih berada di seputar ruas jalan utama yang lumayan jauh dari pemukiman penduduk. Pun waktu operasinya tidak sampai 24 jam.

Kebayang kan gimana repotnya kalau malam-malam butuh sesuatu mendadak yang biasanya sangat mudah dibeli di minimarket atau apotek? Misalnya saja popok bayi sekali pakai, susu formula, atau obat-obatan?

#2 Jarang ada ojol dan delivery food wira-wiri di Kecamatan Moyudan Sleman

Meskipun internet kini mampu menjangkau hingga beberapa daerah pelosok, keunggulan dari teknologi tersebut tidak seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terutama yang bertempat tinggal di pedesaan seperti Kecamatan Moyudan Sleman. Kalau di pusat Kota Jogja kita biasa menjumpai driver ojol dan delivery food yang bersliweran ke sana-sini, aktivitas tersebut hampir tidak pernah dijumpai di Moyudan.

Jika ada, biasanya hanya ojol yang mengantarkan penumpang dari kota ke Moyudan. Pasalnya, selain memang mungkin kebijakan wilayah operasional driver terbatas di area tertentu saja, menemukan titik lokasi di Kecamatan Moyudan Sleman tak semudah itu. Selain banyak jalanan kecil yang membingungkan, sedikit pula landmark atau tempat tersohor yang membantu pemesan maupun driver dalam menemukan ancer-ancer.

Baca halaman selanjutnya

Susah cari ATM…

#3 Susah cari ATM

Orang-orang yang tinggal di pusat Kota Jogja pasti tidak merasa resah kalau susah menemukan mesin ATM. Wajar, soalnya meski tidak membawa uang tunai, pembayaran secara cashless sudah sangat umum dijumpai.

Namun lain halnya jika tinggal di Moyudan. Jangankan QRIS, pembayaran melalui kartu debit saja hanya dapat dilakukan di sejumlah toko besar ataupun minimarket populer. Umumnya, masyarakat di sana masih melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional atau toko kelontong yang hanya menerima pembayaran uang tunai.

Sialnya, mencari mesin ATM itu Kecamatan Moyudan Sleman lumayan membutuhkan usaha, terlebih bagi para pengguna BCA. Biasanya, ATM yang tersedia di sekitar sana adalah BRI yang memang memiliki cakupan pasar lebih luas ketimbang bank swasta.

#4 Penakut jangan tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman

Tipe parnoan atau penakut terhadap hal-hal mistis juga sebaiknya jangan coba-coba tinggal di daerah pedesaan Moyudan. Setali tiga uang dengan sejumlah tempat yang umumnya jauh dari keramaian, masyarakat di seputaran Moyudan pun masih banyak yang mempercayai keberadaan makhluk astral yang hidup berdampingan dengan mereka. Bahkan, tidak jarang dijumpai tempat pemakaman umum yang berdampingan atau berhadapan langsung dengan rumah penduduk.

Jangan bayangkan tempat pemakaman umum yang tertata rapi dan jauh dari kesan angker. Kuburan di Kecamatan Moyudan Sleman banyak yang masih terasa mengerikan lantaran ditumbuhi pepohonan besar sehingga tetap terlihat gelap meskipun di siang hari.

Tak heran, cerita menyeramkan kerap beredar dari mulut ke mulut masyarakat di sana. Lebih-lebih lagi saat petang menyambangi, suara burung hantu dan lolongan anjing kampung turut membuat suasana semakin mencekam. Pukul 9 malam saja, ruas-ruas jalan biasanya sudah sepi dari lalu lalang orang.

Situasi yang kelam tersebut membuat penjual makanan keliling enggan menjajakan dagangannya begitu hari gelap. Jadi, lebih baik menyimpan makanan di rumah untuk jaga-jaga saat lapar di malam hari karena tidak memungkinkan juga pesan antar makanan secara online. Opsi lainnya, keluar rumah untuk mencari makan sendiri. Akan tetapi, tentu saja pilihan terakhir ini tidak disarankan bagi para penakut.

#5 Siap-siap kedatangan tamu tak diundang

Bukan saja berinteraksi dengan pembeli yang tak diinginkan, masyarakat Kecamatan Moyudan Sleman pasti akrab kedatangan tamu tak diundang. Ini bukan soal makhluk halus lagi, Gaes, melainkan tentang binatang liar dan hewan ternak tetangga.

Warga Moyudan umumnya masih berinvestasi pada hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan itik. Khusus untuk ayam, biasanya pemiliknya akan mengumbar mereka di siang hari supaya dapat mencari makanan sendiri. Yang mengesalkan, ayam-ayam tersebut seringkali juga memasuki pekarangan tetangga dan merusak tanaman hias atau bahkan meninggalkan kotoran yang nggak mungkin dibersihkan pemiliknya.

Contoh lainnya adalah jika ada orang yang tengah menggembalakan kambing dan lewat depan rumah, kotoran kambing pasti akan bergelindingan di jalanan. Belum lagi, terkadang, kambing-kambing tersebut iseng memakan tanaman peliharaan penduduk yang diletakkan di halaman rumah sebagai pagar alami.

Akan tetapi, kejadian menjengkelkan tersebut masih tidak seberapa. Hal yang lebih menyeramkan adalah terpaksa menyambut tamu tak diharapkan seperti hewan kaki seribu, ular, dan musang yang siap memangsa ayam ternak penduduk. Bahkan, melansir dari situs Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), seorang warga Moyudan pernah menemukan seekor buaya muara ketika memancing di Sungai Progo. Hmm, bisa dibayangkan bagaimana jika hewan karnivora tersebut menyelinap di rumah penduduk?

Itulah beberapa sisi gelap tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman. Setelah mengetahui hal-hal tersebut, masih berani tinggal di sini?

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Derita Tinggal di Kecamatan Tegalrejo Jogja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version