Sisi Gelap Kuliah di Unesa, Kampus Elite tapi Fasilitas Sulit

Sisi Gelap Kuliah di Unesa, Kampus Elite tapi Fasilitas Sulit

Sisi Gelap Kuliah di Unesa, Kampus Elite tapi Fasilitas Sulit (unssplash.com)

Beberapa waktu lalu, short video acara wisuda kampus Unesa dengan backsound Mahabharata berseliweran di FYP saya. Gedung megah dengan warna kuning keemasan yang menjadi corak dindingnya membuat acara wisuda tersebut terkesan mewah. Sayangnya, kesan megah dan mewah itu tak mungkin kalian temukan di gedung kampus tempat mahasiswa bergelut dengan mata kuliah, terutama kampus Unesa di Ketintang.

Di tulisan sebelumnya, saya menjelaskan kalau kuliah di Unesa adalah suatu pencapaian yang harus dibanggakan. Agaknya, setelah berkuliah di sini saya tidak melulu bisa bangga, tapi adakalanya juga kecewa. Sebab, ternyata ekspektasi saya tidak sesuai realita. Pada akhirnya, kampus Unesa juga punya sisi gelap yang bikin kita geleng-geleng. Dan inilah sisi gelap kuliah di Unesa.

#1 Macet parah

Kena macet adalah satu dari sekian banyak hal yang bikin kesal dan sulit dihindari mahasiswa. Apalagi daerah Ketintang yang menjadi jalan masuk kampus Unesa. Jalanannya yang sempit dan sering dilewati banyak orang menyebabkan Ketintang jadi langganan macet, terutama di jam-jam sibuk.

Selain menjadi jalan utama yang dilewati banyak orang, Ketintang juga dilewati kereta api. Habis sudah waktu terbuang di jalan Ketintang jika ada kereta lewat di jam-jam sibuk. Kendaraan jadi menumpuk tak beraturan. Setelah kereta lewat, semua saling berebutan dan berujung kemacetan. Inilah sisi gelap pertama ketika kuliah di Unesa bagian Ketintang.

Kampus Unesa di Lidah Wetan sebenarnya juga sama saja. Walaupun berada di Surabaya barat yang terkenal sebagai kawasan elite, di sana juga punya sisi gelap sendiri, yakni jauh dari pusat kota. Inilah yang membuat saya dan sebagian mahasiswa masih bisa bersyukur kuliah di kampus Unesa bagian Ketintang. Setidaknya di sini kami dekat dengan pusat kota.

#2 Kampus Unesa Ketintang langganan banjir

Tak hanya macet yang menjadi masalah setiap hari di Ketintang, ada juga masalah musiman yang bertahan sampai sekarang. Saat musim hujan datang, hujan sebentar saja bikin banjir merendam daerah Ketintang dan sekitarnya. Ketinggian airnya yang mencapai lutut kadang sampai bikin motor yang nekat melewati daerah ini mogok.

Kos teman saya pun tak luput dari banjir. Bayangkan, pulang kuliah malah melihat kamar kos tergenang air. Gimana teman saya nggak kaget. Barang-barang berharga dalam kamarnya jadi basah terkena air. Akhirnya yang awalnya niat mau beristirahat, terpaksa diurungkan karena teman saya sibuk menyelamatkan barang-barang dalam kamar kosnya.

#3 Mahasiswa Unesa Ketintang iri melihat kemegahan kampus Lidah Wetan

Satu-satunya hal yang bisa dibanggakan mahasiswa Unesa Ketintang adalah lokasi kampus yang dekat dengan pusat kota. Tapi jika melihat fasilitasnya, nggak ada yang bisa dibanggakan, sih. Soalnya gedung di kampus Ketintang terbilang kuno, ruang kelasnya nggak banyak, dan lahan parkir minim membuat hari-hari mahasiswa sini nelangsa.

Akan tetapi hal seperti itu jarang kelihatan di kampus Unesa Lidah Wetan. Gedung dan halaman di sana lebih megah, ruang kelasnya banyak, dan lahan parkirnya luas. Semua itu membuat mahasiswa Ketintang merasa seperti anak tiri yang kurang kasih sayang.

Mbak Naima saja dalam artikelnya yang tayang di Terminal Mojok menyebut kalau fasilitas umum di kampus Unesa Ketintang tak cukup untuk menampung mahasiswa yang begitu banyak. Gedung berdempetan dan sering rebutan kelas kerap dialami mahasiswa. Saya yang pernah menjadi penanggung jawab mata kuliah pun ikutan pusing ketika tidak mendapat ruang kelas.

Itulah sisi gelap kuliah di Unesa, terutama jika kalian ditakdirkan di kampus Ketintang. Meski begitu, saya tetap berusaha bersabar dan bersyukur. Saya tetap percaya, Unesa bisa berbenah.

Penulis: Feri Hamdani Putra Fasa
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Nasib Alumni Unesa: Sering Disangka dari Kampus Ternama padahal Kami Cuma Pura-pura Bangga.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version