Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Sisi Gelap Kampus: Menciptakan Joki Pencetak Sarjana

Faiz Al Ghiffary oleh Faiz Al Ghiffary
5 Mei 2023
A A
Pengalaman Saya Menjadi Joki Skripsi yang Penghasilannya Nggak Main-main terminal mojok.co joki tugas

Pengalaman Saya Menjadi Joki Skripsi yang Penghasilannya Nggak Main-main terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kalian pasti protes tentang pendapat saya ini. Tapi joki bisa jadi bukti kesuksesan sistem pembelajaran di kampus. Nggak percaya? sudah kuduga, karena anda lebih percaya mitos standardisasi ala kampus.

Sudah banyak orang-orang yang menuliskan tentang kebobrokan sistem pendidikan kita. Banyak pula yang menawarkan gagasan reformasi pendidikan. Rujukan yang diambil mulai dari pemikiran Paulo Freire seorang tokoh pendidikan dari Brazil, dengan bukunya yang terkenal itu, Pendidikan Kaum Tertindas. Atau juga biasanya merujuk pada pemikiran Ivan Illich, seorang filsuf Austria yang tertarik pada isu-isu pendidikan.

Apa? Kalian nggak kenal siapa mereka? Nggak apa-apa, nggak semuanya harus kalian ngerti. Nggak ngerti apa-apa juga nggak apa-apa kok, buebas.

Tapi dari sekian banyak uneg-uneg orang tentang pendidikan kita, kok seolah-olah nggak ada benarnya sama sekali sistem pendidikan kita ini. Padahal lho ya, ada suksesnya sistem pendidikan kita yaitu lahirnya joki. Hal ini jarang disorot. Kalaupun disorot, pasti lagi-lagi mengatakan “ya itu juga salah satu kebobrokannya. Ya salam, orang-orang kenapa sih?

Kampus menciptakan lapangan pekerjaan, joki lah maksudnya

Gini lho, setidaknya dengan begitu kampus sudah membantu membuka lapangan pekerjaan. Memberikan satu solusi, untuk orang-orang dengan kreativitas tinggi mendapatkan penghasilan tambahan. Eh, penghasilan utama kadang. Soalnya, tak jarang joki ini menjadi sebuah profesi, karena penghasilannya begitu menggiurkan.

Makanya, dari sisi ini saya tetap mendukung standardisasi “suksesnya mahasiswa” ala kampus. Standardisasi yang sebenarnya masih sangat bisa diperdebatkan. Misalnya, tugas bikin makalah, tugas bikin karya tulis, tugas bikin resensi, dan tugas untuk membuat skripsi. Itu semua standardisasi yang dilakukan dengan dalih, bahwa kalau melakukan itu maka anda sebagai mahasiswa sudah bla bla bla bla. Mitos.

Saya katakan mitos, karena ya seharusnya mahasiswa bisa membuat karya tulis dan tetek bengeknya itu. Seharusnya lho ya. Tapi, jangan kemudian dibarengi narasi basi bahwa seolah-olah satu-satunya jalan untuk menjadi orang pintar, menjadi orang hebat, harus mengerjakan tugas yang tadi itu. Pola ini kemudian bertransformasi menjadi patokan, sampai-sampai parameter utama kelulusan pendidikan tinggi adalah skripsi, kok bukan misalnya potensi akademik? atau keterampilan aplikatif mahasiswa?

Saking bergengsinya parameter itu, ada lho yang rela bayar mahal untuk jahitke tugas-tugas yang digaungkan tadi. Tugas yang seolah-olah, satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Ehem.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

Nah… di sinilah otak-otak orang kreatif bekerja.

Kalau bisa mudah, kenapa harus ambil jalan susah?

Kalau bisa main game dari bangun sampai tidur lagi, judi online sampai lupa makan, dan kongkow-kongkow seperti raja-raja, kenapa harus susah payah ngerjain tugas dosen yang njelimet itu, untuk sekedar mencari gelar sarjana? Toh kiriman bulanan dari orang tua buanyak, alokasikan saja buat bayar para joki.

Main dapat, judi dapat, gelar pun diraih. Ibarat kalau bisa masuk tol, kenapa harus lewat kemacetan jalan ibu kota. Sungguh bodoh dan sia-sia. Begitu mungkin kira-kira, yang ada di benak sebagian teman kita, para calon sarjana.

Di tengah gempuran lingkaran setan tersebut, orang-orang kreatif memainkan perannya. Menjadi sopir, yang siap mengantarkan penumpang pada tujuan mulia: sarjana. Yaa namanya sopir, asal bayarannya sesuai. Gas aja.

Saya punya kawan, yang juga jadi joki mahasiswa. Menurut dia, ada joki yang hanya lulusan SMA, tapi jasanya kerap dipakai oleh mahasiswa. Bukan maksud mengerdilkan lulusan SMA, tapi ya, tolonglah, ini sudah gila.

Saking menggurita dan larisnya joki-joki ini, tak jarang tanpa sedikit keraguan pun mereka menawarkan jasanya lewat sosial media. Mereka tak lagi malu-malu untuk menunjukkan eksistensi mereka pada dunia luar.

Kampus sukses menjalankan fungsinya

Kemudian ada satu hal yang saya pikirkan, kampus sukses menjalankan fungsinya. Sukses mendidik siapa saja untuk menjadi pintar, sekaligus menghasilkan cuan di saat bersamaan. Tak tanggung-tanggung cuannya. Jangankan gaji guru-guru honorer, UMR Jogja saja ditertawakan.

Jadi sebenarnya, pada kondisi demikian kampus memperlihatkan wajah ganda. Satu sisi, menggaungkan narasi mulia perihal ketekunan melalui tugas-tugas yang diberikan. Di sisi lainnya, ia mematok kepintaran lewat bukti-bukti yang sebenarnya debatable, yang akhirnya bikin profesi joki muncul.

Artinya apa bang Messi? untuk menjadi orang hebat dengan standardisasi yang digaungkan kampus, nggak perlu kuliah. Lagian kalau cuma selembar ijazah, tanpa dibarengi potensi akademik dan keterampilan aplikatif, ya sama saja menciptakan kere anyar.

Joki jadi pintar, yang malas tetap punya gelar

Sekali lagi, kampus begitu sukses. Langgengkan saja relasi yang demikian ini. Joki jadi pintar, yang malas tetap punya gelar. Win-win solution kan?

Andai saja tidak terjadi hal-hal demikian, sudah dipastikan teman saya yang pernah menjajaki profesi ini tidak akan pernah menyandang gelar sarjana. Usut punya usut, dari profesi itulah ia membiayai studinya.

Pernah sekali iseng saya tanya, ada nggak benturan nurani di hati kecilnya saat melakoni profesi demikian? Jawabnya ada. Tapi yaa gimana, profesi ini juga bentukan dari sistem kampus yang terjebak pada mitos-mitos basi tadi. Bagi saya itu bukanlah pembenaran, melainkan tamparan dalam dunia pendidikan.

Andai suatu saat nanti ada gembar-gembor reformasi pendidikan, tapi kampus-kampus dan dunia pendidikan pada umumnya masih gitu-gitu aja sistemnya, percaya sama saya, nggak akan ada bedanya. Wis to.

Penulis: Faiz Al Ghiffary
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pengalaman Saya Menjadi Joki Skripsi yang Penghasilannya Nggak Main-main

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Mei 2023 oleh

Tags: jokiKampussarjana
Faiz Al Ghiffary

Faiz Al Ghiffary

Juru tulis perusahaan swasta.

ArtikelTerkait

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

11 November 2025
Sarjana Jadi Tukang Sate Ayam Tetap Bangga Meski Diremehkan (Unsplash)

Di Balik Gerobak Pedagang Sate Ayam Madura Berdiri Seorang Sarjana yang Bangga dengan Jalan Hidupnya

16 September 2025
Penampilan Serba Nanggung Khas Mahasiswa S-3 yang Saya Jumpai di Kampus Terminal Mojok

Penampilan Serba Nanggung Khas Mahasiswa S-3 yang Saya Jumpai di Kampus

14 Oktober 2022
Mendukung Ide Hebat Rompi Penangkal Korupsi Ciptaan KPK unila

Korupsi di Unila Nggak Bikin Kaget, Nyatanya Korupsi di Kampus Itu Ada dan Selalu Berlipat Ganda

2 Desember 2022
Mahasiswa Magang ke Luar Negeri Hanya Mengutamakan Gengsi, Bukan Pengalaman Kerja Mojok.co

Mahasiswa Magang ke Luar Negeri Hanya Mengutamakan Gengsi, Bukan Pengalaman Kerja

17 April 2024
kupu-kupu

Alasan Mengapa Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu Itu Baik

12 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.