“PERINGATAN…!!! DILARANG BERHENTI PARKIR DI AREA ROLLER BARRIER KAWASAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS”
“DILARANG !!! DUDUK ATAU SELFIE DI ATAS ROLLER BARRIER”
Apa iya karena libur sekolah yang terlampau panjang ini terus orang-orang jadi lupa cara membaca? Eh, kok libur sekolah, belajar di rumah yang banyak mainnya ndeng. Wong ya sudah jelas terpampang poster bertuliskan larangan berhenti kok ya masih nekat berhenti tur selfie-selfie. Hadeuuuh memang ada-ada saja ulah netizen negara plus enam dua ini.
Selain lupa cara membaca, apakah dulu dapetin Surat Izin Mengemudinya dengan cara akselerasi ? Tanpa tes dan langsung jadi? Kok ndak ngerti arti rambu lalu lintas ‘S’ dicoret yang juga terpasang di area roller barrier. Wah, ndak seharusya dong Anda berkendara. Berbahaya. Bisa buat orang lain celaka. Sudah rebahan di rumah aja. Lagian juga masih ada corona ngapain sih main-main dan belajar membaca di pinggir jalan? Kurang asyik ya belajar jarak jauh sama guru-gurunya? Seneng ya belajar jarak dekat sama mas-mas Dishub? Nambah-nambahin kerjaan mas-mas Dishub aja. Capek lo mereka ngajarin kalian cara membaca poster dan membaca rambu lalu lintas. Ihirr.
Ada apa sih ini. Ada apa dengan mas-mas Dishub, orang-orang yang lupa cara baca, dan saya yang marah-marah nggak jelas ini?
Jadi, begini.
Beberapa hari lalu saya melihat story WhatsApp seorang kerabat yang sedang ngajarin baca orang-orang di pinggir jalan tepatnya di tikungan tajam rawan kecelakaan Jalan Tembus Cemoro Sewu Sarangan. “Hayo, jajal kui wacane apa? Diwaca ping sepuluh ben lancar (Hayo, coma itu bacanya apa? Dibaca sepuluh kali biar lancar)”, begitulah kata teman saya pada beberapa orang di depannya. Setelah saya konfirmasi ternyata dia tidak sedang ngajarin baca, tetapi sedang memberikan sanksi sosial untuk membuat si pelanggar jera dan menyesali perbuatannya. Ya… sanksi sosial karena nantinya video itu akan diunggah di akun media sosial dinas terkait. Biar malu dan nggak diulang sama yang lain katanya. Memang lagi musim banget ya yang kek gitu.
Pesan singkat saya pun tidak jadi singkat karena akhirnya dia curhat panjang. Roller barrier yang terpasang di tikungan tajam jalan tembus Cemoro Sewu Sarangan beralih fungsi jadi rest area dan wahana foto. Pengunjung meningkat setiap akhir pekan. Tidak hanya para remaja, orang tua pun juga ada. Bukannya menyadari bahwa mereka sedang dalam bahaya, eh malah senyum ceria luar biasa. Lha dipikir itu rest area yang bisa buat foto-foto ngisi konten ala kaum sosialita? Sana bahagia, sini mikir korban jiwa !
“Ealah mas-mas ndak sah dipikir jeru, wong yang memilih jalan bahaya ya mereka sendiri sampeyan santai aja ngapa?”, batin saya dalam hati.
Sebenarnya saya ingin tertawa membaca curhatannya, tapi kok ya miris juga. Dari ceritanya saya jadi berprasangka bahwa, tidak sedikit dari masyarakat negara berflower plus enam dua ini yang belum paham betul fungsi dari roller barrier atau silinder kuning Instagramable yang sengaja dipasang di pinggir jalan area rawan kecelakaan.
Sekali lagi, AREA RAWAN KECELAKAAN.
Oleh sebab itu , tidak sedikit dari mereka yang malah memanfaatkannya sebagai tempat nongki dan selfie-selfie. Apalagi dipasangnya di jalan tembus Cemoro Sewu Sarangan. Beuhhh Instagramable banget sih ini gilak beutt.
Warna kuning mencolok yang dipadupadankan dengan warna warni tumbuhan dan birunya langit Gunung Lawu akan menambah pesona jalan tembus Cemoro Sewu Sarangan. Cucok wes kalau terpampang di feed Instagram. Bisa viral dan nambah engagement. Loh…loh…
Punten bapak, ibuk, mas, mbak, adik-adik, saudara saudari sekalian. Bukan di situ poinnya. Ingat itu AREA RAWAN KECELAKAAN.
Benda kuning yang kalian pikir sangat Instagramable dan terpasang di pinggir jalan itu sebenarnya tidak disediakan sebagai tempat selfie apalagi tempat cangkrukan bareng teman-teman geng motor kalian. Benda kuning berbentuk silinder dan bisa muter itu namanya roller barrier. Pembatas jalan yang berfungsi mengembalikan mobil ke jalur semula saat terjadi kecelakaan. Jadi, misal ada mobil yang hilang kendali entah karena human error atau memang remnya blong, roller barrier bisa mengarahkan mobil tersebut kembali ke jalur semula. Kemungkinan mobil terbalik dan nyemplung jurang pun dapat diminimalisir karena keadaan mobil kembali seimbang setelah nabrak roller barrier.
Jangan coba-coba menantang bahaya, kecuali memang Anda-anda ini sudah bosan makan pepaya di dunia dan ingin kembali kepada-Nya.
Betewe anyway busway warna kuning yang mecolok pada roller barrier itu memang sengaja diberikan agar kalau malam bisa kelihatan. Bukan untuk menarik perhatian dan memperindah feed Instalgaram Jenengan.
Sampai sini, kebayang nggak kalau pas kalian lagi senang-senang selfie terus tiba-tiba ada bus yang remnya blong dari atas dan mengarah ke roller barrier?
Masih berpikir Anda akan bahagia dengan engagement Instagram karena berselfie ria di antara benda berwarna kuning yang dipadupadankan dengan warna alam gunung lawu? Atau sudah mulai berpikir tentang setor nyawa dengan cara cuma-cuma?
Ya bukannya saya mau mendoakan yang iya-iya, tapi kan tujuan dipasangnya roller barrier adalah untuk mengurangi resiko dampak energi tabrakan bukan sebagai tempat piknik dadakan. Lha kalo sampeyan-sampeyan ini mengalihfungsikan area tersebut jadi tempat piknik dan selfie-selfie, sia-sia dong usaha mas-mas Dishub dan pemerintah untuk menekan angka kematian akibat kecelakaan. Gak jadi memininimalisir tapi malah bikin angka korban naik pesat.
Mengingat mayarakat negara berflower ini tidak sedikit yang memiliki sifat latah, udahan aja deh nantang mautnya. Bahaya juga kan kalau hal-hal semacam ini terus dibiarkan dan diviralkan sebagai tempat yang Instagramable. Sebab, roller barrier ini tidak hanya terpasang di Cemoro Sewu Sarangan tapi juga di Jawa Barat dan Aceh. Entah kalau daerah lain sedang dalam tahap pengadaan.
Karena eyecatching bisa-bisa roller barrier di berbagai wilayah tersebut juga jadi tempat piknik macam di Cemoro Sewu Sarangan. Nggak lucu juga kalau muncul headline berita “Tidak Perlu Jauh-Jauh ke Cemoro Sewu Sarangan, kini Masyarakat Daerah X juga Bisa Menikmati Roller Barrier yang Instagramable”.
Dah ya netizen jangan lagi nongki di area roller barrier, belajar bacanya di rumah aja. Eman-eman kalau tikungan tajam jalan tembus Cemoro Sewu Sarangan dapat julukan baru macam tikungan Emen. Kasian yang pacaran, bukannya mencipta kenangan malah merasakan hawa menyeramkan. Eh.
Kasihan mas-mas Dishub juga. Jadi gabisa chatingan sama pacarnya karena waktunya habis digunakan untuk ngajarin kalian baca di pinggir jalan. Heuuu…
BACA JUGA Harus Gimana Lagi sama Orang yang Percaya Konspirasi Wahyudi Covid-19?!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.