Status decacorn yang disandang oleh salah satu perusahaan jasa transportasi online membuktikan bahwa transportasi online sudah menjelma menjadi kebutuhan primer masyarakat. Berbagai fitur dihadirkan guna memanjakan customer, mulai dari jasa antar jemput penumpang, jasa kirim barang, jasa beli barang, dan beragam fitur menarik lain.
Jasa antar jemput penumpang yang paling populer adalah ojek online. Kabarnya, profesi ojek online sangat menjanjikan. Selain mendapat bonus jika mencapai poin tertentu, driver ojol bisa membawa pulang uang hingga ratusan ribu rupiah per-harinya (kalau lagi untung, kalau lagi apes ya 50 ribu sudah bersyukur sekali). Hal ini yang membuat suami saya tergiur menjadi driver ojek online. “Lumayan buat nambah uang tabungan,” ujarnya.
Namun, insentif yang menjanjikan selalu rentan risiko. Tentu, Anda sudah familiar dengan cuplikan video viral berisi keluh kesah driver ojol. Ada-ada saja kelakuan customer yang membuat driver ojol geleng-geleng kepala. Pun begitu dengan suami saya, ada saja cerita yang ia bawa pulang tentang kelakuan customer-nya dari hari ke hari. Terkadang saya ikut terbawa suasana, ikut ngakak, ikut sedih, ikut terenyuh, bahkan ikut misuh sendiri. Berikut cerita suami saya tentang sikap customer yang menyusahkan driver ojek online.
Tidak Memasang Titik yang Benar
Barangkali ini yang paling menyusahkan driver. Bahkan Mbak Eunike Kartini sampai membuat artikel berjudul, Hey Customer Ojol, Driver Go-Jek dan Grab Itu Bukan Babu! Tentu hal ini menunjukkan betapa urgent-nya masalah ini. Suami saya selalu membuka percakapan dengan customer, “Apakah lokasi sudah sesuai titik atau bagaimana?” Ajaibnya, masih ada saja yang suka prank suami saya. Dia bilang sesuai, tetapi kenyataannya jarak titik dengan posisi dia sekarang bisa berbeda sampai 500 meter.
Menurut kabar burung, ada saja customer yang sengaja pasang titik berbeda guna menghemat biaya. Semakin dekat lokasi, semakin murah biaya yang dikeluarkan. Kalau begitu Anda sungguh TERLALU! Tentu hal ini sangat menyita waktu driver. Bayangkan saja, setelah mendapat orderan driver secepat kilat melaju mendatangi customer, eh tetibanya di titik lokasi, orang yang dicari tidak ada. Nyesek, tauk!
Tidak Memantau Posisi Driver
Tidak ada orang yang senang menunggu. Pacar kamu aja bisa marah kalau menunggu kelamaan, apalagi driver ojek online yang bukan siapa-siapa kamu. Tolong, bagi Anda yang menggunakan jasa transportasi online, pastikan Anda selalu memantau posisi driver. Jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama. Waktu mereka sama berharganya dengan Anda. Suami saya sering menemui jenis customer seperti ini. Alhasil ia hanya bisa beristighfar dalam hati.
Tidak Memesan Makanan Melalui Fitur yang Disediakan
Ada yang pernah begini? Memesan makanan melalui fitur Go-Shop karena dianggap lebih murah dibanding memesan melalui Go-Food.
Sudah jadi rahasia umum, pihak jasa transportasi online bekerja sama dengan beragam restoran dan warung makan. Tentunya, kerja sama ini tidak gratis alias ada biaya tertentu yang disepakati keduanya. Biasanya berkisar 2 ribu sampai 3 ribu per makanan.
Hal ini dimanfaatkan oleh customer untuk memesan makanan via Go-Shop. Tahukah Anda? Dengan memesan makanan via Go-Food kalian turut membantu kesejahteraan driver. Pasalnya, poin yang didapat antara Go-Food dan Go-Shop berbeda dan berimbas pada bonus yang didapat. Selain itu, jika terjadi hal yang tidak diinginkan, baik driver dan customer dapat mengklaim haknya masing-masing.
Makanan Tidak Enak, Driver-nya Dikasih Rating Rendah
Bukan sekali dua kali suami saya berjumpa dengan customer model begini. Mohon maap sebelumnya, driver ojek online tugasnya mengantarkan pesanan saja. Kalau makanan yang Anda pesan rasanya jauh dari ekspektasi Anda, 100% BUKAN SALAH DRIVER. Wong driver nggak ikut masak bareng penjual warung makan. Ya Lord, pantas saja tingkat literasi Indonesia betah nangkring di posisi bottom.
Minta Dibelikan Barang di Luar Kapasitas Driver
Anda masih ingat dengan video ojol diminta membawa drum? Hahaha kejadian serupa juga terjadi dengan suami saya. Tenang, bukan drum tetapi ratusan bungkus roti dengan jarak pengantaran 35 kilometer. Untungnya, pinggang suami saya masih sehat walaupun duduk berimpitan dengan tumpukan roti. Coba Anda bayangkan, motor yang sejatinya fungsinya terbatas untuk mengangkut 1 penumpang digunakan untuk mengangkut barang yang di luar perikemanusiaan.
Orang Tua Tidak Mengawasi Anak Bermain HP
Ini kejadian lucu sekaligus bikin meringis. Ceritanya ada customer pesan pizza seharga 200 ribu. Padahal, suami saya sudah tidak enak hati, tetapi demi menjaga profesionalitas ia tetap membelikan pesanan. Hal yang dikhawatirkan terjadi, customer sama sekai tidak merespons panggilan dan pesan suami saya. Beruntung, ada warga yang membantu suami saya menemukan customer-nya. Alangkah terkejutnya suami saya mengetahui bahwa yang memesan adalah anak kelas 1 SD yang sekadar iseng-iseng berhadiah tanpa diketahui oleh orang tuanya.
Untuk mengakhiri curhatan tulisan ini, izinkan saya mengimbau kepada pengguna jasa transportasi online, tolong tumbuhkan empati Anda. Sekadar ucapan terima kasih saja sudah membuat driver tersenyum haru. Dan saya mengajak Anda, bagaimanapun perilaku driver, selama ia tidak berbuat asusila dan kriminal, jangan beri mereka rating rendah.
BACA JUGA Diet Plastik Memang Baik, Tapi Godaan Promo GoFood dan GrabFood Susah Dilawan! atau tulisan Winda Ariani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.