Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Siapa sih Sebenarnya yang Layak Menyandang Status Open-minded Itu?

Ahmad Risani oleh Ahmad Risani
8 Januari 2020
A A
Siapa sih Sebenarnya yang Layak Menyandang Status Open-minded Itu?
Share on FacebookShare on Twitter

Satu hal yang kerap membuat saya bertanya-tanya, ada orang yang seenaknya bisa melabeli orang lain close-minded (berfikiran tertutup). Giliran kita balas argumentasi dia dengan cara pandang kita, dia malah tak mau menerima. Dan tetap ngeyel pada pendiriannya yang telah kita temukan celah bolongnya. Sebenarnya siapa sih yang tengah terjangkiti close-minded?

Obrolan kita seketika menjadi tak adil demikian rupa. Seolah-seolah klaim diri adalah open-minded, lalu orang lain close-minded hanyalah soal: siapa cepat menuduh, dia yang menang. Dialog tertutup sampai di situ. Dan kita, saling mengklaim diri paling open-minded, orang lain kaku.

Ada pula yang aneh. Mereka melabeli orang lain close-minded hanya karena orang lain kokoh pada prinsip hidupnya. Yang mungkin diadaptasi dari prinsip agama dan budaya sosial tempat dia hidup. Lebih parah, mereka menyebut orang lain intoleran pada hal-hal yang prinsipil dan tak bisa diganggu-gugat.

Apakah open-minded harus menjadi seorang liberal, misalnya? Lalu mengabaikan prinsip-prinisip hidup yang orang lain yakini? Sementara mereka yang menuding close-minded juga memaksakan prinsip dari filosofi hidup yang dia yakini. Kenapa kita saling ganggu dengan cara yang tidak elegan begini? Katanya kita nggak boleh mengganggu ruang private orang lain, kok Anda melabeli kami close-minded karena membela hak-hak private kami?!

Masalah ini lebih sensitif kalau sudah masuk ke urusan agama. Tapi saya tak mau tergiring terlalu jauh. Cukup pada hal-hal yang “bisa disampaikan” saja. Perkara agama itu bisa pelik kalau terlalu melebar. Apalagi mengahadapi pembaca yang relatif close-minded, huft.

Menurut saya, istilah open-minded saat ini mengalami reduksi makna. Meskipun tidak parah dan mewabah ke semua lapisan, tapi ada saja oknum tertentu yang memonopolinya untuk men-judge pihak lain yang “tidak sama” dengannya.

Di mana-mana, orang macam ini, akan menuding orang lain anti-pluralitas. Tak bisa berdialog. Berbagai macam sebutan lain disematkan untuk menunjukkan bahwa orang lain berfikiran tertutup.

Untuk itu, di sini saya mencoba untuk meluruskan kembali hakikat dari open-minded tersebut. Tentunya saya tidak perlu memulainya dari definisi yah. Langsung to the point saja.

Baca Juga:

Enaknya Jadi Fresh Graduate di Jogja: Nggak Takut Dicap Pengangguran karena Sibuk Ikut Forum Diskusi

Saya Gagal Kuliah di UGM, dan setelah 13 Tahun, Penyesalan Tersebut Tetap Ada

Pertama, yang harus dipahami, berfikiran terbuka merupakan ciri pribadi yang demokratis, dan salah satu keterampilan sosial yang harus dimiliki di era milenial. Sebab, berfikiran terbuka adalah prasyarat seseorang atau sekelompok masyarakat untuk masuk menjadi bagian dari modernitas. Ini modal menjadi manusia abad 21.

Berfikiran terbuka juga wujud terakses dengan baiknya ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses pendidikan yang baik akan mewariskan keterampilan ini.

Kedua, berfikiran terbuka adalah antitesis terhadap sikap ketertutupan berfikir. Cara berfikir akan terwujud dalam sikap. Ciri utama close-minded biasanya ditunjukkan seseorang ketika merespon sebuah informasi yang tak sejalan dengan keyakinan dirinya. Baik keyakinan yang berhubungan dengan agama, perkara filosofis, atau hal ihwal saintifik dan analisis teori lainnya.

Close-minded berbeda dengan mempertahankan argumentasi dalam diskusi. Mempertahankan pendapat itu hak yang harus dijunjung tinggi. Bedanya, close-minded lebih ke “tidak mau menerima perbedaan dan keberagaman”.
Pertanyaannya, selama ini siapa yang suka mengusik keberagaman? Dialah sejatinya close-minded (hadeeeh, ini saya jadi main tuduh lagi nih, hehe).

Selain menolak keberagaman perspektif/ideologi, ciri orang close-minded ialah senang menghakimi (menuding) orang lain dengan label negatif. Ini dilakukan sebagai upaya black campaign pihak lawan agar mendapat citra buruk dari publik.

Ciri berikutnya yang ketiga, anti-kritik. Mereka bukan saja tak mau menjadi objek kritik, bahkan tidak menyukai pihak-pihak lain dikritik, meskipun tidak ada hubungan dengan hajat hidup mereka. Sikap ini lebih condong untuk tidak mau membiarkan orang lain tampak terlihat pintar, eksis, dan kritis dibanding dirinya. Padahal, maksud dari munculnya kritik bukan untuk terlihat pintar dan eksis, melainkan untuk meluruskan cara berfikir dan menunjukkan jalan secara teoritis.

Sikap anti-kritik ini, berlanjut menjadi anti-teori, dan pada akhirnya berubah bentuk menjadi anti-intektualisme.

Keempat, ciri lainnya, lemah telinga. Tak mau mendengarkan adalah penyakit kebanyakan orang. Semua ingin didengar, walau hanya omong kosong belaka. Kebiasaan ini membuat informasi yang ingin disampaikan tidak utuh, terputus. Dialog terhenti.

Untuk itu, agar tak sama-sama close-minded, sebaiknya kita berhati-hati pada diri sendiri terlebih dahulu, baru kepada pihak lain. Hindari perdebatan bila memang tidak terlalu mendesak dan tak menyentuh persoalan prinsipil.

Dalam Ilmu Psikologi, berfikiran sempit adalah sifat alamiah manusia. Sebab, kita cenderung menciptakan stereotipe, yaitu penilaian terhadap orang lain berdasarkan persepsi diri kita sendiri, dan mengelompokkan orang tersebut ke dalam kategori tertentu. Secara otomatis, ini akan menjadi tindakan dan keputusan kita dalam proses interaksi sosial.

Tapi itu semua bisa diolah bila kita sadari kelemahan diri sebagai manusia yang punya banyak keterbatasan. Salah satunya lemah untuk menaklukkan ego. Kita selalu memaksa diri agar selalu (dianggap) benar. Yah, macam kamu-kamu itu, kaum close-minded yang maunya benar sendiri! Hihihi.

BACA JUGA Kebebasan Berpendapat di Media Sosial: Jangan Bedakan Antara Media Sosial dan Kehidupan Nyata atau tulisan Ahmad Risani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Januari 2020 oleh

Tags: close mindeddiskusiopen minded
Ahmad Risani

Ahmad Risani

Ingin disebut sebagai Intelektual Pinggiran saja.

ArtikelTerkait

Please deh, Kalau Lagi Diskusi Jangan Langsung Potong Pembicaraan Terminal Mojok

Please deh, Kalau Lagi Diskusi Jangan Langsung Potong Pembicaraan

18 Januari 2021
Benarkah Mahasiswa UNY Adalah (Calon) Mahasiswa yang Terbuang dari UGM? Iya, tapi Nggak Juga Jogja kuliah di UGM warung makan sekitar UGM seleksi masuk ugm jurusan s1 UGM

Saya Gagal Kuliah di UGM, dan setelah 13 Tahun, Penyesalan Tersebut Tetap Ada

14 Maret 2024
Sorowajan, Daerah Langganan Ngopi dan Diskusi Ndakik-ndakik Mahasiswa UIN Jogja

Sorowajan, Daerah Langganan Ngopi dan Diskusi Ndakik-ndakik Mahasiswa UIN Jogja

17 April 2023
Jangan Jadikan Open Minded Dalih untuk Membenarkan Pikiran dan Perilaku yang Salah

Jangan Jadikan Open Minded Dalih untuk Membenarkan Pikiran dan Perilaku yang Salah

23 Januari 2020
Enaknya Jadi Fresh Graduate di Jogja: Nggak Takut Dicap Pengangguran karena Sibuk Ikut Forum Diskusi

Enaknya Jadi Fresh Graduate di Jogja: Nggak Takut Dicap Pengangguran karena Sibuk Ikut Forum Diskusi

11 September 2025
Tolonglah, Jangan Jadikan “Open Minded” Sebagai Dalih Kebodohan Kalian!

Tolonglah, Jangan Jadikan “Open Minded” Sebagai Dalih Kebodohan Kalian!

27 Januari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.