Adegan terakhir di episode kemarin masih berlanjut di Si Doel Anak Sekolahan episode 28 ini, mylov. Doel yang keki ditinggal tidur sama Mandra, akhirnya ke depan mencoba melihat kondisi mesin opelet lagi. Sarah datang. Sarah memang baru saja dihubungi oleh Pak Harry dan diberi tahu soal surat pengunduran diri Doel.
Tanpa banyak basa-basi Sarah langsung ngomong ke Doel.
“Kamu mengundurkan diri ya, Doel?”
“Kok kamu tahu?”
“Kalau tahu, emangnya kenapa?”
“Hehe, iya.”
“Kenapa? Apa gara-gara bentrok sama Roy?”
“Yaaa, antara lain, iya.”
“Antara lain? Terus yang lainnya apa? Apa karena aku ikut campur dalam proses lamaran kerja kamu?”
“Iya.”
“Kenapa? Kamu takut utang budi? Hah? Apa gengsi, iya? Atau mungkin kamu merasa direndahkan ya? Karena kamu menganggap bantuanku itu hanya sebagai belas kasihan? Iya?”
Sarah mulai ngegas, tanpa sadar kalau obrolan mereka ini membangunkan Mandra yang tiduran di kamar Doel. Mandra lalu mendekat ke jendela dan berusaha nguping. Tapi semakin dia mendengarkan, semakin dia nggak ngerti apa yang Sarah dan Doel obrolkan karena banyak kata-kata yang dia nggak paham artinya.
“Doel, Doel. Aku tuh jadi bingung deh. Serbasalah sama kamu! Coba deh kamu pikir! Apa salahnya sih aku ngebantu kamu?”
“Nggak ada yang salah. Boleh-boleh aja.”
“Nah, terus kenapa kamu sering nolak bantuan aku?”
“Karena aku pikir aku masih sanggup untuk menolong diriku sendiri, aku belum membutuhkan bantuan orang lain.”
“Aaah, emang keras kepala kamu!”
“Ya enggak dong. Aku cuma tidak ingin tergantung sama orang lain, Sar. Aku sedang berusaha untuk bekerja keras, berusaha keras dengan apa yang aku bisa. Dan kalau selama ini aku belum berhasil ya mungkin karena aku belum bekerja keras. Bukan berarti aku membutuhkan bantuan orang lain kan? Coba kamu pikir, apa itu salah?”
“Nggak, nggak salah. Tapi kamu mustinya realistis dong, Doel.”
“Realistis gimana?”
“Ya, realistis! Mau nerima kenyataan hidup yang konkret ini! Dan bukan hidup dalam kenyataan ideal yang cuma ada dalam pikiran kamu!”
“Yang kamu maksud kenyataan hidup yang konkret itu yang bagaimana?”
“Ya, yang konkret! Yang faktual! Bahwa sekarang ini orang kalau cari kerja tuh butuh koneksi! Butuh katebelece! Kalau perlu nyuap, nyogok! Iya kan? Nah itulah kenyataan yang konkret, yang perlu kita terima sekarang.”
“Kenyataan yang konkret kan nggak selalu begitu, Sar!”
“Kamu memang pemimpi, Doel!”
Perdebatan antara Sarah dan Doel terus berlanjut. Sarah yang gas pol dan Doel yang mencoba menjawab omongan Sarah dengan tenang. Sampai akhirnya mungkin Doel menyadari kalau Mandra sedang nguping di kamar. Doel masuk ke kamar dan melihat Mandra (pura-pura) masih tidur. Hahaha. Bisa ae nih!
Pembicaraan mereka agak melunak setelah Doel membawakan minum untuk Sarah, tepatnya topik yang mereka bicarakan berubah.
Sarah menanyakan sesuatu pada Doel.
“Doel, kamu… kamu… kamu tahu nggak kalau aku tuh bener-bener sayang sama kamu?”
Doel, seperti biasa, cuma bisa diam. Tanpa reaksi, tanpa jawaban. Dah macam patung emang nih orang! Kzl!
“Kalau aku ngebantu kamu, aku berbuat sesuatu untuk kamu, itu karena aku bener-bener sayang sama kamu, Doel. Dan ini bener-bener tulus, tapi kenapa sih kamu kayaknya nggak pernah mau ngertiin aku? Kenapa sih?”
“Karena kita berbeda, Sar.”
“Beda? Beda dalam hal apa? Status sosial ekonomi? Karena aku kaya, kamu nggak?”
“Antara lain, iya.”
“Aaah, kamu mesti deh kayak begitu!”
“Coba sekarang kamu gantian dengerin aku dulu.”
“Oke, sekarang aku dengerin.”
“Menurutku dengan status sosial ekonomi kamu, kamu terbiasa hidup dalam kepastian, Sar. Maksudku kalau kamu ingin punya mobil, kamu bisa beli. Kamu mau sekolah ke luar negeri, kamu juga bisa.”
“Terus apa relevansinya dengan hubungan kita, Doel?”
“Ya, aku nggak tahu ini ada relevansinya atau tidak dengan hubungan kita, cuma aku melihat semua ini terbiasa dalam keseharianmu.”
“Oya?”
“Ya, gimana ya. Pada waktu kamu ingin menolongku dan aku menolaknya, kamu marah, kamu kecewa. Karena selama hidupmu kamu terbiasa mendapatkan apa yang kamu inginkan. Itulah yang membuat aku selalu menimbang-nimbang kembali hubunganku dengan kamu, Sar.”
“Jadi kamu nggak percaya kalau aku bener-bener sayang sama kamu?”
“Percaya. Aku percaya. Cuma aku khawatir suatu saat kamu akan kecewa. Setelah kamu tahu persis bahwa aku bukanlah seperti yang selama ini kamu kenal. Lagi pula aku tidak yakin bisa memenuhi apa yang kamu inginkan.”
“Tapi aku tidak menginginkan apa-apa dari kamu, Doel. Aku cuma pengin kamu nerima bantuanku sebagai ungkapan kasih sayangku.”
“Kamu sudah terlalu banyak membantu aku, Sar. Bukan cuma aku, tapi Nyak, Atun, Bang Mandra, dan Mas Karyo. Kamu sudah terlalu banyak memberi. Selalu memberi dan memberi. Menurutku suatu saat kamu harus belajar menerima pemberian orang lain meskipun pemberian orang itu berupa penolakan dari apa yang kamu berikan.”
Sarah merasa kesal dengan semua omongan Doel, mungkin dia juga lelah dengan sikap Doel sampai Sarah bilang,
“Ah, udahlah Doel. Aku nggak mau berdebat lagi. Aku mau pulang! Mulai sekarang aku janji. Aku janji nggak mau ikut campur urusan kamu lagi! Selamat siang.”
Sarah berlari masuk ke mobilnya sambil menangis. Doel hanya diam melihat Sarah pergi. Gebleg!
Malamnya, Doel yang lagi melamun di jendela kamar dikagetin sama Mandra.
“Naaah! Bengong dah lu! Bengong dah! Sakit hatiku! Merana dia! Mewek-mewek dah lu! Belagu sih lu! Eh, jadi orang mah jangan sombong! Belum kaya lu! Begimana kalo si Sarah udah nggak demen ama lu lagi? Siapa yang rugi? Elu kan? Elu kan? Yeee! Mewek dah lu! Doel, Doel. Masih miskin udah belagu! Gimana kalau jadi orang kaya? Mikiiirrr!”
Marahin aja, Bang, marahin!
Keributan mulutnya Mandra didengar oleh Mak Nyak dan Atun. Atun bilang ke Doel bahwa dia dipanggil Mak Nyak. Di kamar, Mak Nyak bertanya ke Doel kenapa dia keluar kerja dari kantor Om Wisnu. Doel hanya beralasan bahwa banyak rekan kerjanya yang tidak jujur dan dia jadi tidak tenang. Mak Nyak memberi pengertian pada Doel bahwa kerja di mana pun pasti bakalan ada orang yang tidak jujur. Yang penting adalah sikap Doel supaya tidak ikut-ikutan jadi tidak jujur. Mak Nyak juga menyayangkan keputusan Doel yang lebih memilih kerja di bengkelnya Atmo daripada kantoran.
Mandra lagi baringan di bale-bale halaman saat Mas Karyo pulang. Mas Karyo minta tolong ke Mandra untuk memanggilkan Atun, kata Mas Karyo dia mau kasih surprise dan kado, soalnya Atun ulang tahun hari ini.
“Emang lu tau si Atun diberanakinnya kapan?” tanya Mandra.
Awalnya memang Mandra kelihatannya nggak tertarik, tapi waktu Mas Karyo mengeluarkan uang untuk ongkos memanggil Atun, barulah dia semangat.
Ternyata ya memang Mas Karyo salah. Ulang tahunnya Atun masih bulan depan. Hahaha. Tapi Mas Karyo pede saja bilang kalau tidak apa-apa kadonya dikasih sekarang. Atun masuk membawa kadonya. Sedangkan Mandra kepo dengan jurus yang dipakai Mas Karyo sampai bisa bikin Atun leleh dan kelihatan hepi.
Mas Karyo kalau urusan beginian memang gampang gede kepala kan ya. Dia bilang Mandra kudu nunggu dia kelar mandi dulu, nanti baru dikasih tahu jurus menaklukkan hati perempuan. Heleeeh.
Di akhir Si Doel Anak Sekolahan episode 28 ada Sarah yang ternyata belum pulang ke rumah. Ada Roy yang (sok) panik mencari Sarah dengan berulang kali telepon ke handphone-nya Sarah. Hah! Basi!
Daftar sinopsis sebelumnya: Si Doel Anak Sekolahan musim 1, Si Doel Anak Sekolahan musim 2, dan Si Doel Anak Sekolahan musim 3.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.