Si Doel Anak Sekolahan episode 22 dibuka dengan Babe Sabeni yang sedang melamun di halaman belakang. Mak Nyak dengan muka yang juga muram mendekati Babe lalu mengajaknya bicara. Mak Nyak menjelaskan pada Babe bahwa memang pada saatnya nanti setiap orang tua harus rela kehilangan anaknya, baik itu karena anaknya menikah atau bekerja di tempat lain. Mak Nyak merasa kasihan pada Doel yang menurutnya sudah terlalu lama menganggur.
Tapi Babe juga punya alasan sendiri. Dia merasa bahwa umur mereka semakin bertambah, Doel adalah anak lelaki satu-satunya. Pada siapa lagi mereka bergantung kalau bukan ke Doel? Nah kalau Doel jauh, Babe takut tidak ada yang bisa dijadikan andalan nantinya. Dengan beberapa perkataan dari Mak Nyak, Babe jadi sedikit luluh. Dia bilang akan memikirkan lagi keputusannya.
Di teras depan, Atun juga tidak kalah muramnya. Belum ada pelanggan sama sekali di hari kesekian salonnya dibuka. Di sebuah tempat, di pinggir laut entah di mana persisnya, Doel juga terlihat melamun. Suram. Doel teringat waktu dia merayakan kelulusannya jadi insinyur. Sangat bertolak belakang dengan keadaan sekarang.
Malamnya, suasana suram dan muram masih terasa. Babe sibuk berzikir di kamar, belum makan sejak pagi dan tetap tidak mau makan saat diajak oleh Mandra. Atun tetap duduk diam menanti pelanggan di salonnya. Cuma Mak Nyak yang terlihat bisa menguasai emosi, juga Mandra yang kayaknya udah kebal sama masalah seperti ini. Buktinya Mandra bisa tenang saja makan malam sampai pakai acara nambah segala. Masih bisa juga ngomentarin nasibnya Doel.
“Saya heran ama si Doel. Dia kan sarjana, tapi kalau dimarahin ama orang tua plegak-plegek nggak bisa ngomong. Diam aja. Ngelawan kek,” kata Mandra ke Mak Nyak.
“Yeee, emangnya elu ngelawan melulu kalo diomongin ama orang tua!” Mak Nyak jadi sewot.
Apa kabar Doel? Dia masih ngelamun di pinggir laut.
Besok pagi, di halaman rumah keributan terjadi. Babe Sabeni sedang memgecek kondisi mesin opelet, Mandra yang datang membawa air untuk karburator tidak terima Babe memegang lagi urusan opelet.
“Kalau bukan gue yang bersihin, siape lagi? Lu sih kagak pernah ngehargain jasa-jasanya opelet! Biar jelek-jelek gini, ni opelet banyak jasanya. Ngerti lu?” kata Babe.
“Yaaah, opelet lah berjasa. Yang berjasa itu pahlawan yang udah gugur di medan perang!” sahut Mandra sok tahu.
Perdebatan ini baru kelar saat Mandra masuk ke rumah untuk sarapan.
Acara sarapan Mandra yang syahdu (karena sendirian nggak ada yang gangguin) terusik karena mendengar suara obrolan Atun dan Mas Karyo. Ternyata Mas Karyo lagi keramas di salonnya Atun. Pelanggan pertama pagi ini. Mandra yang emang kepo maksimal malah ikut-ikut dalam obrolan Atun dan Mas Karyo yang sedang bahas promosi salon. Ujung-ujungnya ya tetap saja apes. Diomelin oleh Atun karena ikut campur, diolok-olok oleh Mas Karyo, plus lauknya yang jatuh karena Mandra yang ngomong sambil makan. Eh, makan sambil ngomong.
Mandra sudah berangkat narik opelet saat Doel dibangunkan oleh Mak Nyak. Doel bilang dia kurang enak badan. Mak Nyak menyarankan Doel untuk kerokan saja. Doel menurut. Mak Nyak merasa badan Doel panas, Doel juga mengaku kalau dia agak meriang. Mungkin karena seharian kena angin laut kali ya, apalagi Doel nongkrong di situ sampai malam.
Sambil kerokan, Mak Nyak menasihati Doel, memberi masukan kalau Doel asdah tidak perlu lagi memikirkan pekerjaan di lepas pantai itu. Mak Nyak bilang, dia dan Babe waswas kalau Doel harus kerja jauh apalagi di tengah laut. Takut ada apa-apa. Jadi lebih baik Doel cari kerja yang dekat-dekat saja, kalau gajinya kecil juga nggak apa-apa.
Mas Karyo yang sudah selesai dikeramasin oleh Atun meminta rambutnya di-styling sekalian. Dikasih foam banyak dan dimodel ala Elvis Presley. Pas kelar, bukannya langsung balik ke kontrakan, Mas Karyo malah sempat-sempatnya membangunkan Babe yang lagi rebahan di bale-bale buat pamer rambut barunya.
“Pantes nggak, Be?” tanya Mas Karyo.
“Pantes? Kayak kiong!” jawab Babe yang masih kaget karena kebangun dari rebahannya.
Doel sedang nongkrong sambil melamun (lagi) di pinggir jalan saat Akang Karedit lewat. Si Akang pastinya menyapa, lalu bingung juga melihat Doel yang melamun sendirian di situ. Si Akang bertanya apa yang sedang dipikirkan oleh Doel, juga bertanya bagaimana kabar pekerjaan baru Doel. Doel bilang bahwa dia tidak jadi kerja karena tempatnya jauh dari rumah.
Si Akang senyum maklum, dia mengaku bahwa dulu pernah kuliah juga di fakultas ekonomi salah satu universitas di Tasikmalaya, tapi harus drop out saat semester tiga karena tidak ada biaya. Akang Karedit cerita bahwa dulu dia pernah ingin buka usaha dagang kerajinan tangan asli Tasikmalaya, dia mengajukan pinjaman modal ke bank tapi ditolak. Permintaan dan proposalnya tidak disetujui. Jadilah dia dengan profesi yang sekarang ini. Tukang kredit keliling.
“Makanya saya jadi tukang kredit, biar bisa ngasih kredit kepada orang yang tidak kebagian kredit dari bank,” begitu kata si Akang.
“Terus apa rencana kamu sekarang, Doel?” tanya si Akang.
“Ya terus berusaha,” jawab Doel mulai tersenyum.
“Benar atuh, Doel. Optimislah. Kesempatan itu masih ada, kalau nggak ada ciptakanlah kesempatan itu!”
Akang Karedit menyarankan Doel untuk berwirausaha, dengan modal ilmu mesinnya Doel kan bisa buka bengkel atau usaha apa kek asal halal, begitu menurut si Akang. “Kita boleh gagal di akademis, tapi harus berhasil di lingkungan kita,” kata Akang Karedit yang membuat Doel tersenyum lagi.
Besoknya, jalanan kampung mendadak ramai. Banyak mobil kebut-kebutan melintas di situ. Babe emosi karena memang suara mesin-mesin mobil itu berisik sekali. Saat itulah ada satu mobil yang mendadak mogok persis di depan halaman rumah Babe. Atun yang lagi melihat laju mobil-mobil itu lalu menolong mendorong mobil mogok masuk ke halaman rumah Babe. Kebetulan Doel dan Mandra sedang memperbaiki mesin opelet yang ngadat. Mandra mengiyakan saja saat pemilik mobil mogok itu meminta bantuan untuk memperbaiki mesin mobilnya. Atun juga melihat ada peluang cuan, dia ajaklah si pemilik mobil itu nyalon dulu.
Meuni hebring Atun mah!
Siapa ya cowok pemilik mobil ini, kalau nggak salah sempat bikin Mas Karyo cemburu lho nantinya. Sempat bikin musibah juga di keluarga Doel. Pinisirin kin? Tungguin!
BACA semua sinopsis sinetron Si Doel Anak Sekolahan musim 1 di sini. Klik ini untuk mengikuti sinopsis Si Doel Anak Sekolahan musim 2.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.