Bagi mahasiswa UNNES, naik shuttle listrik kampus itu ibarat menjalin hubungan tanpa status: jalannya pelan, tapi bikin nyaman. Kecepatannya tak lebih dari 20 km/jam, alias setara orang lari dikejar utang. Tapi cukup bikin hati tenang karena setidaknya nggak perlu jalan kaki nanjak dari Fakultas Ekonomi ke Fakultas Teknik yang tanjakannya lebih sadis dari kisah cinta gagal.
Dulu, sebelum ada shuttle, mahasiswa harus memilih antara berkeringat sebelum kelas atau berharap ada ojol baik hati yang nyasar ke kampus. Sekarang? Tinggal duduk manis menikmati semilir angin Semarang yang lumayan panas. Biarkan shuttle mengantarkan kita ke tujuan dengan ritme yang lebih santai daripada skripsi yang nggak kelar-kelar.
Daftar Isi
Shuttle UNNES ramah lingkungan
UNNES menerapkan green transportation demi lingkungan yang lebih baik. Dengan adanya shuttle listrik gratis, mahasiswa bisa sedikit mengurangi jejak karbon (dan jejak keringat). Sudah hemat energi, hemat uang bensin, plus bisa duduk sambil meratapi tugas yang belum dikerjakan.
Walaupun pelan, shuttle UNNES ini tetap favorit. Terutama buat mahasiswa yang malas jalan jauh atau yang sekadar ingin menikmati perjalanan sambil merenung kenapa UNNES masih suka mendadak mengubah jadwal kuliah.
Tapi hidup tak selalu indah, begitu juga naik shuttle di jam sibuk. Antrean naik shuttle ini bisa lebih panjang dari antrean wisuda. Kadang harus berdiri, kadang harus rela ketinggalan karena shuttle sudah penuh duluan. Solusinya? Berangkat lebih pagi atau pasrah seperti mahasiswa yang sudah di semester tua.
Namun di balik itu semua, shuttle UNNES tetaplah penyelamat. Pelan memang, tapi setidaknya nggak perlu lagi ngos-ngosan mendaki trotoar kampus yang lebih curam dari ambisi dosen killer dalam memberikan tugas.
Sarana refleksi diri: merenungi hidup dalam kecepatan 20 km/jam
Naik shuttle UNNES yang jalannya pelan juga memberikan momen reflektif bagi mahasiswa. Saat shuttle melaju dengan kecepatan yang lebih kalem daripada hubungan yang jalan di tempat, banyak yang mendadak menjadi filsuf. Merenungkan kenapa kita masih kuliah, kenapa tugas tak pernah habis, dan kapan sebenarnya dosen membalas chat WhatsApp dengan kalimat lebih dari “Silakan baca buku A.”
Kadang, momen di dalam shuttle juga jadi waktu ideal buat kontemplasi tentang masa depan. Memikirkan kapan skripsi kelas, IP semester ini bakal naik atau turun, hingga memikirkan apakah cinta yang bertepuk sebelah tangan harus tetap diperjuangkan.
Meskipun sering bikin gregetan karena jalannya santai sekali, shuttle UNNES tetap jadi favorit. Daripada ngos-ngosan jalan kaki di bawah terik matahari Semarang, lebih baik duduk manis menikmati perjalanan yang lebih damai dari hati mahasiswa habis lulus.
Pada akhirnya, shuttle UNNES adalah bukti bahwa pelan bukan berarti nggak berguna. Toh, dalam hidup, kadang kita juga butuh berjalan pelan, menikmati setiap proses, dan tetap bergerak maju. Meski seperti keong, asalkan sampai tujuan dengan selamat, itu sudah cukup.
Menikmati sudut-sudut kampus UNNES dari balik jendela shuttle
Naik shuttle di UNNES bukan cuma soal berpindah tempat, tapi juga kesempatan menikmati kampus dari sudut pandang berbeda. Dari balik jendela shuttle, kita bisa melihat bagaimana UNNES yang hijau dan asri benar-benar terasa seperti kampus konservasi. Pepohonan rindang di sepanjang jalan kampus memberikan keteduhan, bahkan di siang hari yang terik.
Saat shuttle melewati area sekitar Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), kita bisa melihat mahasiswa yang sibuk dengan praktikum, berdiskusi di taman, atau sekadar duduk santai menikmati waktu luang. Di area Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi (FIPP), suasana lebih ramai dengan mahasiswa yang sering menggelar kegiatan di luar kelas. Di Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), bisa melihat suasana aktivis kampus, yang juga calon-calon pejabat.
Jika beruntung, kita bisa menyaksikan momen-momen kecil yang jarang diperhatikan. Seperti burung-burung yang terbang rendah di sekitar taman, mahasiswa yang jogging di area olahraga, atau bahkan sekumpulan kucing kampus yang sibuk bermain di trotoar.
Shuttle yang berjalan santai juga memberi kesempatan menikmati gedung-gedung ikonik UNNES, dari Gedung Rektorat yang megah hingga area sekitar Perpustakaan Pusat yang selalu ramai. Sore hari, pemandangan semakin indah ketika matahari mulai terbenam dan langit Semarang berubah warna jingga keemasan.
Meski hanya perjalanan singkat dengan kecepatan pelan, shuttle UNNES mengajarkan kita untuk lebih menikmati perjalanan. Terkadang, dalam kesibukan kuliah dan tugas, kita lupa melihat sekitar dan mensyukuri betapa indahnya kampus ini.
Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.