Masih Pantaskah Sewon Bantul Menyandang Sebutan Sewonderland?

Masih Pantaskah Sewon Bantul Menyandang Sebutan Sewonderland? Mojok.co

Masih Pantaskah Sewon Bantul Menyandang Sebutan Sewonderland? (unsplash.com)

Bagi orang lama Jogja, istilah Sewonderland tidak asing lagi. Istilah ini adalah sebutan untuk Sewon, Bantul. Sebuah kecamatan atau kapanewon di Bantul yang terletak di sisi selatan Jogja. 

Sewonderland memang terdengar catchy. Sewon jadi terkesan dreamy dan magis. Seolah-olah kapanewon ini adalah dunia lain seperti Wonderland dalam film “Alice in Wonderland”. Namun, apakah istilah itu memang berarti demikian? Kita harus menelusuri asal-usul kemunculannya terlebih dahulu. 

Asal-usul Sewonderland

Di Sewon Bantul ada Institut Seni Indonesia alias ISI Yogyakarta. Keberadaan perguruan tinggi ini mengangkat pamor Sewon dibanding kapanewon-kapanewon lain di Bantul. Mahasiswa ISI lah yang memunculkan ide Sewonderland sebagai sebutan untuk kampusnya. 

Awalnya istilah itu akrab di telinga mahasiswa ISI saja. Namun, lama-kelamaan, kata itu meluas dan menggeser kata Sewon yang kurang catchy. Saking populernya, istilah ini pernah dipakai dijadikan nama single “(Se)Wonderland” oleh band  Auretté and The Polska Seeking Carnival pada 2016. Band yang membernya berisi mahasiswa ISI itu punya lagu berjudul “Rinai Hujan”. Dijamin hujan di Sewon semakin syahdu diiringi lagu itu. 

Tidak hanya judul single band, dari referensi yang saya baca, Sewonderland juga dijadikan beberapa judul event. Pada 2019, kelompok kegiatan mahasiswa vokal ISI menggunakannya untuk nama sebuah konser. Lalu tahun 2023, Fakultas Seni Media Rekam atau FSMR, Institut Seni Indonesia membuat event layar tancap dengan judul yang sama. 

Walau berangkat dari kampus yang terletak di Sewon, istilah ini tampaknya diterima dan dicintai oleh warga Sewon. Itu mengapa penggunaannya kini tidak lagi merujuk sebagai istilah pengganti ISI Yogyakarta, tapi kapanewon Sewon secara keseluruhan. 

Kalau tidak diterima, mana mungkin ada grafiti bertuliskan Sewonderland yang cukup besar membentang di sebuah tembok di sisi barat Kampung Mataraman. Selain itu, Sewonderland juga menjadi nama dari sebuah klub sepakbola lokal di Sewon. Di Google Map pun ada lebih dari satu titik untuk Sewonderland, walau keduanya sama sekali bukan letak Sewonderland versi mahasiswa ISI. 

Sewon dan kebanggaannya

Sudah disinggung sebelumnya, dahulu Sewon sedikit ternagkat pamor daripada daerah lain karena keberadaan kampus ISI. Namun, saat ini, banyak sekali hal membanggakan dari Sewon yang menjadikan daerah ini benar-benar berbeda. Salah satu yang membuat Sewon moncer adalah Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro 

Lurah Panggungharjo berhasil mengangkat citra Kelurahan Panggungharjo sekaligus Kepanewon Sewon. Berkat Pak Lurah yang satu ini, Sewon punya tempat pengelolaan sampah yang dikelola oleh Bumdes Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS). Tentu saja inovasi ini menyita perhatian karena sampah menjadi permasalahan berlarut-larut di Yogyakarta. 

Bukan hanya Panggungharjo, kelurahan-kelurahan lain juga punya daya tarik masing-masing. Desa Tembi yang ikonik itu misalnya, ia menjadi lokal pride-nya Kelurahan Timbulharjo. Sementara Kelurahan Bangunharjo punya Museum History of Java, Grand Puri Waterpark, Pasar Gabusan, hingga Pendopo Tulungo milik Soimah yang sempat bikin geger urusan pajak itu. 

Di antara 5 kelurahan, hanya Pendowoharjo yang masih kurang sentuhan investor pariwisata. Tapi tak mengapa, pasalnya kelurahan ini memiliki kekuatan di sektor pertanian. Keindahan hamparan sawah yang membentang mulai sisi utara sampai ke selatan sudah jadi kekayaan tersendiri. Sawah-sawah itu bagi saya adalah sarana healing yang murah. Cobalah sekali-kali jalan kaki, bersepeda, atau naik motor dengan sangat pelan pada rute Jalan Pasar Niten hingga Jalan Monggang. Saya jamin, kalian akan mendapatkan pengalaman cuci mata yang menenangkan. 

Sewon yang benar-benar wonderland

Selama ini saya mencoba menebak alasan di balik pemberian nama Sewonderland. Mungkin saja, bagi para pencetus istilah ini, ISI Yogyakarta dan daerah sekitarnya merupakan zona yang sangat nyaman. Terlalu nyaman malah, seolah-olah Sewon daerah yang ajaib dan tidak nyata. 

Ini juga yang saya rasakan selama 28 tahun tinggal di sana. Sejauh ini, saya tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk meninggalkan Sewon, Bantul. Kapanewon ini sudah punya berbagai fasilitas seperti rumah sakit, kantor SAMSAT dengan layanan Temaram (bayar pajak kendaraan di waktu after office) yang sangat membantu, hingga tiga pasar tadisional. 

Kafe estetik yang tadinya hanya terpusat di Kasihan, kini mulai menjamur di Sewon Bantul. Parkiran motornya selalu ramai, salah satu pertanda kafe dipadati pelanggan. Muda-mudi muda Sewon pun nggak harus jauh-jauh ke Sleman untuk menikmati secangkir kopi dari barista. 

Jadi, kalau ditanya apakah Sewon, masih pantas menyandang istilah Sewonderland yang terkesan dreamy itu. Saya dengan yakin menjawab iya. Sewon versi sekarang ini adalah sebuah kecamatan di Bantul yang sudah sangat nyaman untuk dihuni selamanya. Selamanya yang saya maksud, kalau investor macam Raffi Ahmad tidak tiba-tiba masuk dan menyulap lahan-lahannya menjadi ladang cuan. Mungkin terdengar egois, tapi kalau boleh berharap, saya ingin Sewon begini-begini saja. Cukup segini saja majunya, cukup segini aja investornya. Kalau berlebih, takut nggak nyaman dihuni lagi. 

Penulis: Butet Rachmawati Sailenta Marpaung
Editro: Kenia Intan

BACA JUGA Ketidakadilan Bagi Warga Bantul Perihal Jarak Tempuh di Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version