Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Sesakit-sakitnya Patah Hati Lebih Sakit Tidak Kebagian Sodoran Rokok

Sahyul Pahmi oleh Sahyul Pahmi
14 Januari 2020
A A
Sesakit-sakitnya Patah Hati Lebih Sakit Tidak Kebagian Sodoran Rokok
Share on FacebookShare on Twitter

Bagi seorang perokok, hal yang telah menjadi bagian dari yang lebih banyak mendominasi jiwanya adalah merokok, bahkan kadang ada yang hilang bila dalam sehari ia tidak merokok. Seenggaknya itu yang saya rasakan, ketika sejak mulai kelas 2 SMP saya medeklarasikan diri secara de jure. Karena pada saat itu saya masih sering sembunyi-sembunyi menghisap batang rokok. Barulah ketika masuk dunia perkuliahan saya baru mengikrarkan diri menjadi seorang prokok secara de facto.

Sebagaimana rutinitas lain yang kita lakukan dalam hidup, selalu ada sisi indah dan suramnya. Pun dengan aktivitas merokok. Walau tentu tidak semua perokok yang mengalami, tapi kebanyakan perokok telah mengalami, setidaknya dari banyak teman saya dan hal tersebutlah yang ingin saya ceritakan di sini.

Dimulai ketika saya pulang kampung, dan nongkrong bareng teman-teman saya yang ada di sana. Saya dan teman-teman bercerita banyak karena kebetulan kampung saya adalah kampung pesisir, tema yang terus kami bicarakan perihal badai yang baru-baru ini banyak terjadi di beberapa wilayah Sulawesi Selatan seperti di Pare-pare dan Sidrap yang meluluhlantakkan banyak rumah.

#eh lupaka perkenalkangi diriku, tabe’ asalku dari Makassar

Dari panjangnya durasi pembicaraan saya dengan teman, dan tak terasa rokok saya sudah habis. Tapi, pembicaraan kami pun terus mengalir.

Sampai suatu ketika, saya sangat ingin sekali merokok dan tiba-tiba ada warga kampung yang menyodorkan rokoknya, seketika itu pula saya sudah menempatkan diri sebagai seseorang yang nantinya juga akan kebagian dengan sodorannya.

Akan tetapi, saya memilih untuk minum kopi terlebih dahulu. Akibatnya, saya tidak kebagian sodoran rokok dari warga tersebut, dan pada saat yang sama teman-teman yang ada di samping saya kebagian. Bukan karena ada masalah atau saya tidak terlalu akrab dengannya, tapi begitulah romantika yang terjadi. Setelah warga tersebut menyodorkan rokoknya dan membagikannya ke semua teman-teman saya, orang tersebut langsung memasukkan kembali rokoknya di saku celana jeansnya.

Pembicaraan tentang badai pun terus dilajutkan, bersama warga yang baru datang tadi dan tidak menyodorkan rokoknya. Walau sebenarnya saya bisa meminta sebatang rokoknya, karena kebetulan rokok saya sudah habis, akan tetapi perasaan tidak kebagian sodoran kadang membuat saya enggan memintanya lagi.

Baca Juga:

Nongkrong Masih Dianggap Tabu di Sragen, Nasib Kafe di Sana Kian Suram 

Aturan Tidak Tertulis Saat Nongkrong di Kafe

Hal tersebut terjadi hanya di lingkungan nongkrong bareng teman-teman. Bisa dibayangkan jika tidak kebagian sodoran rokok dari warga tersebut terjadi di lingkungan keluarga. Atau yang juga biasa terjadi, kita punya keluarga dan si keluarga ini punya teman, dan si teman keluarga inilah yang tidak menyodorkan rokoknya kepada kita. Padahal kita sama-sama duduk bersamanya dalam satu ruangan. Sakitnya tuh di situ (di tidak kebagiannya) bukan di sini.

Saya pun menyadari bahwa sesakit-sakitnya patah hati, lebih sakit tidak kebagian sodoran rokok. Dan kadang sebagian perokok termasuk saya, begitu munafik mengakuinya. Sebagaimana munafiknya mengakui merokok dapat menimbulkan berbagai macam penyakit termasuk dapat menimbulkan penyakit kronis terhadap tabungan.

Ada kesan terasa dicampakkan, dilupakan, dikhianati, dilantarkan, diabaikan, dilalaikan dan disia-siakan.

#eh kok tiba-tiba ingat mantan yah!

Namun bukan berarti tidak ada hikmah yang dapat saya petik, sedikit banyaknya saya menyadari bahwa hidup hanyalah tentang menerima. Menerima apa pun yang terjadi, baik yang datang maupun yang pergi, baik yang didapatkan maupun yang hilang. Seperti halnya ketika seseorang tidak mendapat bagian dari indahnya yang ia inginkan.

Dari tidak kebagian sodoran rokok tersebut pula saya paham akan masih banyak hal yang patut disyukuri, seperti tidak hanya tinggal di rumah menikmati rebahan, tapi ngobrolin badai di tongkrongan. Setidaknya saya tidak tercerabut dari dunia sosial saya bukan beranda media sosial saya.

Atas apa pun yang dialami seperti sakit, sedih, perih, dari perkalutan dunia ini, mungkin karena standar saya ataupun kita yang terlalu tinggi terhadap perlakuan, kenyamanan, serta kebahagiaan yang harusnya kita dapatkan. Tepatlah kata Sigmund Freud ,”Man kann sich des Eindrucks nicht erwehren, daß die Menschen gemeinhin mit falschen Maßstäben messen, Macht, Erfolg und Reichtum für sich anstreben und bei anderen bewundern, die wahren Werte des Lebens aber unterschätzen.”

Yang berarti: Kita tidak bisa mengingkari kesan bahwa manusia umumnya menggunakan standar yang keliru. Mereka mencari kekuatan, sukses dan kekayaan untuk diri mereka sendiri, memuji diri mereka di hadapan orang lain dan mereka memandang rendah pada apa yang sebenarnya berharga dalam hidup.

Setelah saya pikir-pikir, yang sebenarnya berharga dalam hidup saya setelah tidak kebagian dari sodoran rokok, mungkin ada baiknya membawa kopi Good Day sebelum ke kampung dan meminumnya, sebab dalam iklannya yang lain, Maudy Ayunda mengatakan “Cari Terus Rasamu.”

BACA JUGA Seandainya Saya Menjadi Seorang Perokok atau tulisan Sahyul Pahmi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2020 oleh

Tags: merokoknongkrongsodoran rokok
Sahyul Pahmi

Sahyul Pahmi

Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan, dan saat ini masih belajar menjadi manusia,

ArtikelTerkait

Sudut Pandang Anak Rumahan yang Lihat Teman-temannya Hobi Nongkrong terminal mojok.co

Sudut Pandang Anak Rumahan yang Lihat Teman-temannya Hobi Nongkrong

23 November 2020
Andai Pekalongan Punya Banyak Tempat Nongkrong Seperti Jogja tongkrongan

Ragam Bau Menyebalkan yang Dihasilkan oleh Seseorang Saat Ada di Tongkrongan

11 Oktober 2020
Rekomendasi Tempat Nongkrong di Kampus buat Maba UIN Jogja terminal mojok.co

Rekomendasi Tempat Nongkrong di Kampus buat Maba UIN Jogja

24 Oktober 2020
5 Alasan Kita Nggak Perlu Nyinyirin Anak Citayam yang Nongkrong di SCBD

5 Alasan Kita Nggak Perlu Nyinyirin Anak Citayam yang Nongkrong di SCBD

9 Juli 2022
Kafe dalam Kompleks SPBU Itu Sebenarnya Aneh Banget, Nongkrong kok di SPBU

Kafe dalam Kompleks SPBU Itu Sebenarnya Aneh Banget, Nongkrong kok di SPBU

14 Juli 2023
3 Manfaat Merokok sambil Boker yang Jarang Diketahui Orang Terminal Mojok

3 Manfaat Merokok sambil Boker yang Jarang Diketahui Orang

15 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.