Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Olahraga

Sepak Bola Menjelang Magrib Adalah Olahraga Paling Fair Play di Dunia

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
28 Juli 2021
A A
Sepak Bola Menjelang Magrib Adalah Olahraga Paling Fair Play di Dunia terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Jika dipikir-pikir, ketika SD, permainan paling populer apa sih buat cowok selain sepak bola di sore hari? Saya kira kayaknya nggak ada, deh. Mungkin bagi sebagian anak muda seangkatan saya—yang sekarang sudah berkepala dua— akan merasakan bagaimana asyiknya permainan tersebut.

Dulu, di desa saya tinggal, tampaknya sepak bola menjadi fenomena yang menjamur, bahkan sebelum kehadiran Ronaldowati dan Tendangan Si Madun. Hehehe. Ya kalau sekarang, sih, mungkin mirip permainan daring, seperti Mobile Legends, PUBG, Free Fire, dan lain sebagainya.

Nah, tentu populernya permainan ini hadir bukan tanpa sebab, dong. Permainan ini lahir dari situasi kekeluargaan dan kesetiakawanan di kalangan anak-anak. Yakni perasaan tanpa membeda-bedakan siapa pun. Untuk itu, guna kembali bermain-main dengan masa lalu, terus terang saya menobatkan “permainan sepak bola menjelang maghrib” sebagai olahraga paling fair play di dunia.

Saya yakin permainan satu ini menjadi satu dari sekian banyak langkah kenapa timnas sepak bola muda Indonesia paling baik ketimbang timnas seniornya. Tanpa berlama-lama, berikut alasannya:

#1 Merangkul semua orang dengan tidak menentukan batas jumlah pemain

Biasanya, sebelum itu, untuk menentukan lapangan pun nggak ada standar, yang penting ada dan nggak mengganggu. Seperti apa pun bentuknya, entah trapesium, jajar genjang, segitiga sama kaki, di tanah kosong, dan halaman sekolah sekalipun, semua itu nggak masalah.

Di samping itu, penentuan jumlah pemain pun nggak ada batasannya. Semua anak boleh join. Terserah mau ikut kubu yang lepas baju atau yang nggak. Fungsinya apa? Ketiadaan adanya batasan jumlah pemain inilah yang sebenarnya mengandung banyak tafsir. Dari sisi sosiologis hingga filosofis semua bisa diartikan.

Tujuan permainan ini sebenarnya bukan menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang. Melainkan merangkul semua orang agar ikut merasakan indahnya bermain bersama.

#2 Mengakui pelanggaran sebagai bentuk kejujuran diri

Sepak bola mungkin identik dengan kekerasan, kerusuhan, dan perkelahian. Namun, beda ceritanya dengan sepak bolanya anak-anak. Dengan wajah polos dan lugu, anak-anak yang handsball dan melanggar pasti akan mengakui.

Baca Juga:

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

Pokoknya nggak ada aksi lempar batu sembunyi tangan. Jika melanggar, pasti berhenti. Jika handsball, pasti mengakui. Dan yang terpenting nggak ada istilah diving-divingan.

#3 Mengutamakan kebebasan berprasangka kepada si penjaga gawang

Uniknya lagi, permainan sepak bola menjelang magrib ini adalah bentuk kepercayaan terhadap sesama. Pasalnya, nggak ada wasit yang memimpin. Serta nggak ada tiang gawang atau sejenisnya. Adanya sendal/botol/kaleng saja.

Tinggi gawangnya pun manut prasangka kiper. Jika kipernya nggak sampai, berarti tendangannya melambung tinggi. Hahaha. Juga biasanya, penjaga gawang dipilih bukan karena skill-nya, melainkan karakter fisiknya (bukan body shaming, lho, ya). Yup, yang berbadan gemuk besarlah yang ditarget jadi penjaga gawang.

#4 Injury time datang ketika bola sedang menyangkut di pohon maupun di genteng

Memang nggak ada waktu pasti berapa lama pertandingan ini berlangsung. Tetapi, di dalamnya akan tiba saatnya injury time. Bukan karena lelah, melainkan ada kendala serius. Misalnya, bolanya nyangkut di pohon, kecebur got, dan nyangsang di genteng.

Inilah yang disebut injury time. Susahnya adalah ketika bola sudah nyangsang ke atas genteng rumah orang. Soalnya harus mencari tangga dulu, itu pun jika nggak kepergok sama yang punya rumah. Jika ketangkap basah, ya, iuran lagi buat beli bola baru. Hahaha.

#5 Kehadiran ibu salah satu seorang anak adalah tanda peluit akhir pertandingan

Sebagaimana yang telah disebutkan, nggak ada batas waktu dalam permainan sepak bola menjelang magrib. Semua berjalan apa adanya. Pemilihan waktu di sore hari disinyalir sebagai waktu alternatif yang nggak mengganggu waktu anak-anak.

Sebab, dulu waktu SD, paling pol pulang sekolah jam 11.00 siang, satu jam tidur siang, dan jam 13.30 berangkat ngaji hingga jam 15.30/16.00. Sehingga, pemilihan waktu sore menjadi satu-satunya opsi terakhir.

Selain itu, akhir pertandingan selalu ditandai bukan dengan peluit panjang, melainkan suara salah seorang ibu yang memanggil anaknya panjang-panjang.

“Heee… Wes magrib iki, lho. Rak butuh bali opo kepiye? Wes rak usah bali sekalian, yo?. Kira-kira seperti itu bunyi peluit akhirnya. Wqwqwq.

Nah, itulah alasan kenapa “sepak bola menjelang magrib” menjadi permainan paling fair play menurut saya. Sebab, nggak ada namanya ketidakjujuran, persaingan, dan sebagainya. Semuanya bertanding berlandaskan azas kekeluargaan, kesetiakawanan, dan kecintaan. Asyekkk. Lantas, permainan apa lagi, nih, yang paling fair play, Gaes?

BACA JUGA Aturan Sepak Bola Baru Bikinan FIFA Blas Ra Mashok! dan tulisan Adhitiya Prasta Pratama lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Oktober 2021 oleh

Tags: fair playGaya Hidup TerminalMagribpermainan anak-anakSepak Bola
Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola terminal mojok.co

Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola

14 November 2020
Pamekasan Madura Katanya Kabupaten Layak Anak, tapi Taman Bermainnya Nggak Ramah Anak karena Diisi Muda-mudi Mesum

Pamekasan Madura Katanya Kabupaten Layak Anak, tapi Taman Bermainnya Nggak Ramah Anak karena Diisi Muda-mudi Mesum

7 Februari 2024
anak pancingan new normal mojok

Istilah Anak Pancingan Sebaiknya Nggak Perlu Digunakan Lagi

16 Juli 2021
6 Rekomendasi Permainan Anak Jadul untuk Rumah Tak Berhalaman Luas terminal mojok

6 Rekomendasi Permainan Anak Jadul untuk Rumah Tak Berhalaman Luas

13 Juni 2021
freshcare minyak angin mojok

Freshcare, Minyak Angin Terbaik yang Pernah Ada

17 Juni 2021
Mematahkan Stereotip soal Orang Kidal yang Beredar di Indonesia terminal mojok

Mematahkan Stereotip Orang Kidal yang Beredar di Indonesia

8 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.