Pada tahun-tahun ini, para reviewer smartphone mungkin mulai kebingungan bikin konten apalagi karena minimnya pengembangan smartphone terbaru. Seperti pendapat David Gadgetin yang bilang, kalau bahan review banyak, cuman ujungnya ya itu-itu aja yang dibahas alias nggak ada perkembangan yang baru.
Ya mau bagaimana lagi. Jualan prosesor, kok kayak gimana gitu. Maksudnya, kalau jualan “prosesornya kuat buat ini!”, prosesor hape lama juga kuat tuh. Kalau mau jualan kamera, kok ya nggak signifikan perbedaannya. Jualan layar apalagi, semua hape layarnya udah bagus.
Jadinya ya, jualan hal receh macam tompel di jidat iPhone 14, yang sebenernya ya nggak ngaruh. Smartphone, bisa dibilang, stuck dalam hal inovasi.
Pengembangan sistem operasi smartphone kayak Android 13 dan iOS 16 pun mendapatkan banyak kritikan, karena dirasa tidak ada perubahan signifikan dan minor sekali pengembangannya. Terkadang update sistem operasi hanya menjadi dalih untuk memancing para konsumen membeli smartphone yang baru dan supaya tidak merasa ketinggalan.
Kayaknya, brand smartphone sekarang lebih banyak membuat handphone murah dengan hardware yang semakin apik tapi setara smartphone semi-flagship atau flagship yang sebelumnya. Main di midrange, udah perang dari dulu, bedanya pun dikit-dikit. Flagship? Halah, sama aja.
Paling nih, yang bikin beda adalah bisa nggak nyambung 5G. Tapi, tapi, infrastrukturnya belum merata. 4G aja masih gaib, apalagi 5G lol.
Mungkin gegara memakai kembali teknologi yang lama dengan pembaharuan sedikit kali ya. Paling-paling teknologi yang sangat canggih ya 5G di smartphone, ya tapi infrastrukturnya hanya ada di daerah tertentu, ya banyakan di pusat bisnis di ibukota doang dan sasarannya bukan buat kita-kita yang kadang 4G aja masih ilang-ilangan.
Padahal perkembangan smartphone jaman dulu lebih inovatif dan kreatif. Seperti di tahun 90-an sampai 2000-an yang didominasi smartphone Nokia dan Sony Ericsson, saya inget dulu smartphone punya bentuk-bentuk aneh kayak macam ketupat, lipstik, hingga kayak konsol game handheld. Apalagi cara pakai smartphonenya ada yang kayak buka tutup ala laptop, flip, muter-muter, dan sliding. Persaingan ketat juga terlihat dari banyak-banyakan megapixel, audio yang menggelegar, kemudahan mengetik, kemudahan bermain game, dan fitur 3G.
Setelah itu, kayaknya inovasinya nggak breaking the excitement banget. Ya tetep inovasinya bagus sih. Cuman, melihat sekarang, kayaknya dah pada mentok. Akhirnya jualan yang receh-receh demi tetep relevan.
Ya tapi nggak apa-apa sih, mungkin ini yang disebut hidup yang dinamis. Adanya rehat dalam pengembangan teknologi smartphone bikin kita juga ngurangin hasrat kita dalam membeli hape baru untuk beberapa saat. Lumayan duitnya bisa ditabung untuk nanti ketika smartphone yang bener-bener semakin canggih keluar atau bisa untuk alokasi ke pembelian BBM yang semakin mahal akhir-akhir ini.
Penulis: Rachmat Satya Nurhidayat
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA iPhone XS Max, Smartphone Paling Nggak Layak Dibeli