Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Olahraga

Seni Menitikkan Air Mata ala Milanisti

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
15 Agustus 2019
A A
milanisti

milanisti

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak sepenuhnya kata-kata penuh diksi yang dapat membuat hatimu bergemuruh hebat, merasa luruh di detik itu juga serta alunan petikan dawai gitar yang merobek-robek pertahanan hatimu hanya bisa dilantunkan oleh Fiersa Besari. Pula, suara bak malaikat yang dapat membuatmu berkontemplasi, memikirkan eksistensi dirimu yang entah masih ada atau sudah mati serta lekukan naik dan turun nada yang dapat membuat air matamu menetes secara tiba-tiba dan tanpa diminta hanya bisa dilakukan oleh kumandang nada dari mulut indah milik Rara Sekar.

Siapa selain dua tokoh tersebut yang dapat membuat harimu menjadi biru, siang yang panas dapat kau sebut menjadi senja dan hujan yang bisa membuatmu pilek malah disebut sesuatu yang romantis?

Segenap hati dan seluruh keikhlasan saya sematkan kepada AC Milan. Terlebih, segenap hati yang menjatuhkan pilihan besarnya kepada klub sepakbola yang penuh akan histori. Dengan hormat, Milanisti.

Seorang sahabat berkata, betapa susahnya mencintai ketika tanpa harus meminta sebuah bayaran berupa balasan perasaan yang sama. Ia menambahkan, sepakbola adalah harapan sedari ia kecil, galaknya orangtua, tidak adilnya kondisi hidup yang kian dewasa kian menampakkan taring ketidakadilan serta pelik lika-liku percintaan—yang membuat malam-malamnya diisi oleh dentuman lagu-lagu mengatasnamakan derita dengan nada yang menghentak tegas seperti Neck Deep dan Knucle Puck. Sepak bola bak pelita, yang datangnya justru menjadikan sebuah problema baru bernama luka.

Memang tidak ada yang dinamakan keabadian dalam sepak bola. Setiap pemain dapat memutuskan untuk berlabuh ke klub rival dengan dalih “ini adalah klub impian masa kecil saya”—tahi kucing! Padahal tidak ada alasan logis lainnya selain klub barunya lebih mentereng ketimbang klub lamanya. Kemudian, setiap momen yang bersejarah, hanya akan tersemat bagi mereka yang mengingatnya.

Bagi mereka yang mencintai sebuah statistik tanpa peduli di masa kini, klubnya hanyalah sebuah titik yang tidak ada kalimat lanjutan yang mengukir kejayaan berikutnya. Dan tentu saja, keabadian adalah sebuah keniscayaan yang diniscayakan dalam sepak bola. Loyalitas adalah sebuah kutu loncat bagi mereka yang menginginkan sebuah kejayaan tanpa putus, mengejar gol demi gol yang dikultuskan oleh seorang Messiah dalam sepakbola, gelar demi gelar yang diangkat, tanpa paham bahwa ada yang lebih menyakitkan dari sebuah kekalahan, yakni sebuah proses yang melandasi itu semua.

Sahabat saya melanjutkan, jika mencintai sepak bola layar kaca sudah hilang dari esensinya, yakni menjadi penghibur sebuah kekalahan dari kehidupan sesungguhnya, untuk apa saya tetap berdiri di garda nobar paling depan dengan menggunakan jersey merah hitam seperti Persipura jika akhirnya akan dijadikan bahan bullyan Juventini dan Interisti? Untuk menghabiskan malam yang dingin dan membeli sebuah makanan sebagai syarat untuk nobar, ironi bisa dijadikan sebuah komedi yang bahkan laik untuk ditertawai.

Milan adalah pengecualian, ia adalah sebuah zat yang tidak diberi bentuk oleh Tuhan, tidak tertulis di dalam Kitab Suci agama manapun, tidak tersemat dalam setiap ayat yang saya amalkan secara khidmat. Namun, Milan datang ketika aku terjatuh, lebih cepat dari seorang teman yang melabeli dirinya adalah sehidup seperjuangan. Milan hadir ketika getirnya kehidupan sudah menyentuh titik nadir yang bahkan sudah tertulis dengan jelas dalam bentuk sebuah takdir.

Baca Juga:

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Olahraga Lari Adalah Olahraga yang Lebih “Drama” ketimbang Sepak Bola

Milanisti adalah katalis (setidaknya orang-orang yang saya kenal, dalam hal ini hanya ada satu orang, yakni sahabat saya) dalam hal mencintai dan mendukung sebuah klub yang kini penuh penderitaan. Seperti apa kata Fiersa Besari, kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah. Saya tidak menyalahkan waktu yang hanya bergerak, tidak bermaksud untuk merusak. Namun, linimasa sejarah berkata sebaliknya, bahwa roda memang tidak selamanya ajeg dalam satu keadaan.

Barangkali, kini Milan sedang berada di roda bagian bawah. Menghirup aroma tanah yang begitu menenangkan ketika diguyur hujan, beceknya lumpur yang kelak akan mengeras dan menahan setiap gejolak yang dilalui di atasnya, serta indahnya sudut pemandangan ketika di bawah. Kita bisa melihat apapun yang terjadi di dunia, tidak merasa dirinya tinggi, hanyalah keyakinan bahwa puncak adalah sesuatu yang bukan tidak mungkin untuk diraih dan dirayakan.

Biarlah kini sepi melanda apa yang Milanisti rasakan. Hiruk-pikuk, tempik sorak dan kibaran bendera masih melanda seisi stadiun. Bagi penikmat sepak bola layar kaca seperti saya, meriuhkan kolom komentar fanpage di Facebook dan berdebat tidak jelas di kolom komentar OA sepakbola yang bisanya hanya copy-paste dan memicu perselisihan adalah sebuah rutinitas. Memang tidak akan berpengaruh kepada apa yang akan dihasilkan oleh Milan di San Siro yang sakral. Namun setidaknya, sahabat saya yang melabeli dirinya Milanisti, kini menikmati tugasnya sebagai seorang fans sepakbola pesakitan yang siap menerima hujatan demi hujatan fanboy Cristiano Ronaldo yang tidak akan pernah melihat bahwa nomer enam lebih sakral bagi kami. Dalam manifestasi bernama Franco Baresi. Tahu? Urus saja berapa piala yang kalian dapat, tidak usah urusi kami yang sedang menata hati lantaran Milan, kini, hanyalah sebuah melankoli sepi yang hanya menyisakan orang-orang siap mati dalam sunyi. (*)

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: cristiano ronaldoitaliamilanistiSepak Bolaserie Asuporter bola
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Sanksi FIFA dan UEFA pada Rusia: Standar Ganda atau Sekadar Pamer Kekuasaan?

Sanksi FIFA dan UEFA pada Rusia: Standar Ganda atau Sekadar Pamer Kekuasaan?

4 Maret 2022
4 Macam Sensasi Tempat Duduk di Stadion Manahan Solo terminal mojok.co

4 Macam Sensasi Tempat Duduk di Stadion Manahan Solo

13 Januari 2022
Fan klub sepak bola

Kesetiaan Fan Klub Sepak Bola Semenjana yang Bisa Bikin Pasangannya Tetap Nempel

21 Agustus 2019

Betapa Menyenangkannya Mendukung Tim Kecil dalam Kejuaraan Sepak Bola

18 Juni 2021
giant killing Real Madrid vs chelsea taktik sepak bola Eden Hazard Main 20 Menit Jauh Lebih Bagus dari Vinicius Junior dalam 3 Musim terminal mojok.co

‘Giant Killing’: Manga Sepak Bola Terbaik Tanpa Jurus-jurus Ra Mashok

16 Juli 2021
liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Derita Seorang Cowok yang Tidak Suka Sepak Bola

17 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.