Sebagai seseorang yang menikmati alunan lagu dan musik dalam keseharian, saya terbiasa menyiapkan beberapa daftar lagu untuk didengar sebagai pendamping sekaligus penyemangat dalam banyak aktivitas. Saya sih, tidak terpatok pada genre musiknya apa, yang penting enak didengar dan sesuai selera. Pada akhirnya, penilaian akan subjektif—tergantung selera masing-masing.
Beberapa di antaranya ada lagu lawas seperti Koes Plus, Chrisye, sampai dengan Nike Ardila. Tidak ketinggalan lagu dari band pop ternama yang laris pada tahun 2000-an seperti Sheila on 7, Padi, juga Dewa 19. Selain itu, masih banyak lagi lagu yang beraliran rock, emo, posthardcore, dan lain sebagainya. Saya pun menyukai banyak lagu dangdut lawas yang dinyanyikan oleh para musisi tenar seperti Rhoma Irama, Jaja Miharja, juga almarhum Meggy Z. Semua terasa syahdu dan enak didengar. Oleh karenanya, tidak heran jika musik dapat menjadi salah satu instrumen pemersatu.
Berkenaan dengan hal tersebut, dulu boleh jadi musik dangdut dianggap hanya milik segelintir orang di pedesaan, terkesan jadul dan kolot. Namun, siapa sangka kini musik dangdut malah digandrungi oleh khalayak—termasuk kawula muda. Belum lagi musik koplo sebagai sub-genre dari musik dangdut. Tentu menjadi daya tarik sendiri. Apalagi kemasannya semakin menarik. Kini, lagu apa pun dapat dijadikan koplo—dan tak jarang malah menghasilkan alunan musik yang lebih asyik didengar.
Jika pada awalnya keriuhan musik dangdut dan musik koplo hadir saat ada pesta kawinan di desa, kini beberapa lagu yang sudah di-remix menjadi genre ini pun bisa didengarkan di beberapa kafe atau diskotik. Beberapa anak muda—baik lelaki maupun perempuan—tidak malu lagi dalam berjoget bersama jika memang bisa meramaikan suasana. Seperti beberapa waktu lalu yang diperagakan oleh Sintya Marisca yang sukses berjoget dengan santuy-nya kala mendengar alunan lagu Reza Artamevia, Berharap Tak Berpisah versi koplo.
Selain lagu Reza Artamevia yang sukses dijadikan koplo, masih ada banyak lagu dari berbagai genre yang bisa saja dijadikan koplo. Seperti misalnya lagu Blackpink, “ddu du ddu du” versi koplo yang pernah dibawakan oleh Via Vallen. Semakin lama, bisa jadi musik beraliran keras seperti screamo, punk, posthardcore, atau sejenisnya bisa juga dijadikan koplo. Lumayanlah, kalau ada suara alunan gendang yang bertalu-talu diantara teriakan dari para vokalis dengan aliran musik tersebut. Eh?
Memang, tidak bisa dimungkiri kalau genre ini identik dengan alunan gendangnya. Hal itu pula yang membuat semua lagu bisa di-koplok-an. Pada praktiknya, koplo dan gendang menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan hanya bermodalkan gendang, bukan tidak mungkin semua lagu akan menjadi koplo pada waktunya dan pada saat yang bersamaan, joget bareng adalah respons yang sulit dihindarkan.
Meskipun begitu, tidak semua musisi suka jika lagu ciptaannya dibuat koplo. Dilansir dari Tribun News Bogor, Rhoma Irama sang Raja Dangdut menyampaikan, jangan pernah koplo-kan lagu-lagu karya Rhoma Irama. Sebab, lagunya jadi rusak. Tidak dapat dimungkiri juga banyak lagu ciptaan beliau yang sarat akan makna dan bertemakan dakwah. Jadi, apa yang disampaikan bagi saya sih cukup beralasan.
Lain halnya dengan Jerinx Superman Is Dead yang pernah merasa keberatan dengan Via Vallen karena telah mengcover lagu ciptannya, Sunset di Tanah Anarki, menjadi versi koplo tanpa izin terlebih dahulu. Jerinx merasa “ruh” dari lagu tersebut akan hilang jika dibawakan dalam versi lain.
Saat ini, aliran musik koplo memang sedang naik daun, secara perlahan banyak anak muda yang menggemari aliran ini. Tidak ada lagi gengsi ketika mengaku suka dengan banyak lagu koplo. Di mana pun dan dalam acara tertentu, banyak yang menikmati jika harus joget bersama dengan orang lain ketika mendengar alunan musik koplo. Selain untuk berekspresi, joget itu bisa menjadi pelepas penat untuk sebagian orang. Nggak percaya? Cobain sekarang juga! Hehehe.
Dan lagi, sudah cukuplah menempatkan dangdut koplo di kasta bawah dalam aliran musik. Bagaimana bisa menilai koplo sebagai aliran musik rendahan jika banyak orang menikmati setiap musik yang dihasilkan? Lagipula, cepat atau lambat, semua lagu akan menjadi koplo pada waktunya. Jika saat itu tiba, semua orang akan joget bareng karenanya.
BACA JUGA Dangdut Koplo Hanya Naik Daun, Bukan Naik Kelas atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.