Saya sering kepikiran soal bagaimana kehidupan manusia zaman dahulu. Saat teknologi masih mustahil ada, dan kerjaannya cuma berburu.
Sempatkah mereka julid dan berpikir macam-macam tentang orang lain? Meganthropus paleojavanicus pernah bikin self reminder buat dirinya dan ternyata ada yang kesindir, nggak ya? Soalnya entah kenapa, saya juga tidak tahu. Insting kesindir manusia modern makin hari makin tajam. Semakin hari ajang self reminder yang dibuat oleh orang-orang semakin kabur tujuannya. Bahkan sampai ada yang ketrigger dengan yang namanya self reminder.
Kalian pasti sudah tahu soal self reminder. Isinya ya kalau nggak soal motivasi pasti tentang hal-hal yang berbau pengembangan diri. Jadi intinya, self reminder itu media yang membuat seseorang lebih mawas diri. Medianya apa? Semuanya bisa dijadiin self reminder.
Kamu foto orang buang sampah sembarangan terus upload di instastory dengan ngasih tulisan self reminder pun sudah masuk dalam kategori self reminder. Dan yang paling sering dijadikan media self reminder tentu saja tulisan. Ngeliat tulisan bijak, upload. Ngeliat tulisan romantis, upload. Ngeliat foto cewek cantik di Instagram, follow. Eh bukan, bukan. Jadi self reminder itu intinya ajang mawas diri yang bisa didapat dari manapun.
Tapi yang jadi masalah, self reminder ini makin kesini niatannya sering ditunggangi unsur politis. Kadang ajang self reminder bukannya sebagai ajang mawas diri tapi condong untuk menyindir dengan halus dan kena di hati. Memang tidak semua orang yang isi instastorynya kalimat bijak itu sedang nyindir. Tapi ya kita harus sadar bahwa tidak semua orang yang instastorynya selalu bahagia kenyataannya bahagia, kan? Maka dari itu, sekarang self reminder seringkali ditanggapi sebagai daerah abu-abu yang dianggap sedang self reminder apa mau nyindir.
Saya pernah mengalami sendiri soal betapa abu-abunya self reminder ini. Waktu itu saya senang saja dengan kalimat ini, “sebagai seorang manusia biasa kita seharusnya sadar bahwa bikin bahagia diri sendiri saja kita masih terseok-seok, apalagi semua orang.” Lagian quotes itu bikinan saya sendiri. Tapi ya hitung-hitung saya suka, saya uploadlah quotes itu.
Awalnya tidak ada maksud untuk menyindir siapapun lewat quotes yang saya upload itu. Tapi lucunya, tulisan yang saya maksudkan sebagai pengingat diri saya sendiri agar tetap bahagia di tengah semakin ribetnya pemikiran orang lain terhadap diri saya sendiri. Justru malah ditanggapi dengan ketus dan terkesan tersinggung. Lima orang langsung ngasih komentar di kolom komentar instastory saya dan mengatakan, “nyinggung aku, ya?” Lima orang ini memang saya kenal, tapi saya pun bodo amat sama masalahnya. Jadi buat apa saya bikin tulisan self reminder itu buat mereka.
Seklumit pengalaman di atas ternyata bisa dijadikan self reminder jika kalin ingin self reminder. Apaan sih, ribet amat. Jadi intinya, bedanya manusia meganthropus paleojavanicus dengan manusia modernitus serba ketus saat ini adalah semakin mudahnya mereka untuk berpikir yang tidak-tidak terhadap orang lain. Bahkan senyuman saja bisa jadi hal aneh yang bisa bikin orang berpikir yang tidak-tidak. Tidak terkecuali self reminder ini.
Sering saya melihat di Twitter dan Instagram bagaimana ajang self reminder ini dipublikasikan. Self reminder yang maksud awalnya adalah sebagai ajang pengingat diri, nyatanya tidak akan pernah bisa dicerna semua orang dengan maksud yang sama. Hal ini tentu berlaku sama jika maksud awal kamu memang mau nyindir tapi ditanggapinnya sebagai self reminder. Wah itu lebih baik sebenarnya. Tapi asemnya jika kamu memang niatnya nggak mau nyindir siapapun tapi dianggap nyindir, itu memang kadang bikin jengkel.
Nah solusi dari saya, baiknya seperti arti si self reminder ini. Self itu diri dan reminder itu pengingat. Lebih baik buat self reminder yang cukup kamu saja yang tahu. Bisa lewat wallpaper gawaimu, lewat fitur note di gawaimu dan kalau mau lebih privat, coba simpan saja di otakmu.
Oh iya, kalau self reminder-mu bakal dilihat orang lain. Jangan lupa kasih #SelfReminder. Supaya orang lain tahu, gitu. Hal tersebut sebagai langkah pencegahan saja supaya orang lain nggak merasa kesindir. Tapi kalau mau cara yang lebih gampang, niatkan saja self remindermu untuk menyindir. Instastory kamu yang isinya quotes-quotes penuh motivasi, niatkan saja untuk menyindir. Siapa tau ada yang menanggapinya sebagai self reminder. Dasar manusia modernitus serba ketus yang gampang ketriggerus~
BACA JUGA Berdebat Sama Orang Fanatik Itu Merepotkan atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.