Pada Desember tahun lalu, saya sempat menulis sebuah artikel di Terminal Mojok yang bertajuk Europa League, Tempat yang Tepat bagi Xavi untuk ‘Test Drive’. Setahun kemudian, ternyata sama saja. Tim asal Catalan itu sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa pun, lantas membuat artikel saya tersebut masih relevan dengan keadaan setahun setelahnya.
Sebagaimana yang diketahui, Blaugrana harus rela kembali berkompetisi di Europa League setelah mereka hanya mampu finish di peringkat ketiga dalam babak fase grup UEFA Champions League musim ini. Meskipun sejatinya masih ada satu laga lagi yang perlu dimainkan, tetapi takdir untuk Ousmane Dembele dkk. telah tercipta: mau-tidak mau, suka-tidak suka, mereka harus turun kasta dan bermain di Liga Malam Jumat.
Dalam pertandingan hidup-mati yang berlangsung dini hari tadi, Camp Nou telah menyiapkan gemuruh terbaiknya untuk mengguncang mental Bayern Munchen. Namun, ketika babak pertama belum usai saja, El Barca justru sudah tertinggal dengan skor 0-2. Pavard meneteskan perasan jeruk ke luka dengan golnya di menit akhir.
Meskipun kecewa, tetapi saya, sebagai Cules sejati, mesti mengakui bahwa tim kesayangan kami memang layak menelan pil pahit. Mengapa? Sederhana saja: Barca kalah dari setiap aspek. Dari segi taktik? Xavi Hernandez jelas gagal menyiapkan strategi yang mumpuni demi menembus kokohnya lini pertahanan Bayern. Dari segi kualitas pemain? Die Roten juga memiliki skuad yang lebih padu dan siap untuk berlaga di ajang sebesar UCL. Sementara Barcelona, yah…
Permainan buruk yang ditampilkan oleh Blaugrana tentu juga memiliki penyebabnya tersendiri. Maklum, beberapa jam sebelum Camp Nou menjamu tamu asal Jerman, ada kabar buruk dari Italia yang seketika membuat mental para pemain jatuh: kemenangan telak 4-0 Inter Milan dari tamunya asal Republik Ceko, Viktoria Plzeň. Andai saja Romelu Lukaku dkk. tidak tampil menggila dan membiarkan Plzeň meraih poin berharga, saya yakin hal itu akan menyebabkan butterfly effect tersendiri kepada Barca. Toh, kemenangan Inter otomatis membuat langkah Barcelona untuk terus melaju di UCL musim ini dipastikan terhenti, sehingga pertandingan melawan Bayern München tak lebih dari drama menyedihkan yang mesti mereka mainkan.
Akan tetapi, tak usahlah kita terlalu banyak memandang ke masa lalu. Semua itu sudah terjadi; Barcelona sudah pasti tak lolos, dan Europa League pun sudah membukakan pintu selebar mungkin untuk menyambut mereka yang tersakiti. Maka dari itu, ada baiknya bila kita melihat dampak-dampak positif yang Barca dapatkan dari tersingkirnya mereka di UCL, serta hikmah yang akan mereka petik dari berlaga di UEL. Apa sajakah itu?
Di awal artikel, saya berkata, “Tim asal Catalan itu sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa pun, lantas membuat artikel saya tersebut masih relevan dengan keadaan setahun setelahnya.” Dan memang, hal itulah yang terjadi. Yang terjadi masih sama, poin-poin tersebut rasanya tak perlu saya ulangi lagi.
Meski akhirnya terjun ke Liga Malam Jumat, bukan berarti Barcelona tak punya peluang meraih trofi. UEL masih bisa diraih, La Liga masih bisa dikejar, Copa del Rey masih amat terbuka. Tapi, masalahnya adalah, dengan performa seperti ini, trofi yang amat mungkin diraih hanyalah Liga 1 Indonesia.
Xavi tak lagi punya alasan. Ia harus memutar otak. Manajemen sudah mengaktifkan lever-lever apalah itu untuk menuruti keinginannya. Skuat yang ada, sudah amat kompetitif. Tidak ada alasan lagi. Gagal lolos grup adalah tamparan yang amat besar untuk sekelas Barcelona. Jika tetap ngeyel dan merasa baik-baik saja, tak akan ada hasil positif yang bakal diraih. Rival Barcelona, Real Madrid, bahkan berbenah setelah juara.
Akhir kata, izinkan saya mengucapkan, Selamat datang (kembali) ke Europa League, Barcelona!
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sampai Kapan Jadi Menyedihkan seperti Ini, Barcelona?