“Dunia perlu diperbaiki.”
Avengers memang sudah endgame, tapi itulah kalimat yang disampaikan Thanos kepada penonton. Kalimat yang dikatakan Thanos di bagian awal film ini seharusnya memang kita ingat dan perlu wujudkan.
Film berdurasi tiga jam ini menampilkan banyak kejutan peristiwa yang membuat seantero bioskop penuh tepuk tangan—kerap sekali. Selain itu, dalam waktu tiga jam seberapa banyak yang bisa kita dapatkan? Aksi heroik dari para Avangers, suguhan teknologi modern, dan pesan tersirat maupun tersurat di dalamnya. Namun dalam waktu selama itu yang paling melekat di kepala saya adalah bagian Thanos berladang—eh, ini mungkin ada hubungannya dengan rasa primordialisme saya yang berasal dari desa.
Cerita Thanos hijrah ini berada di bagian awal film dan sayangnya hanya berdurasi kurang lebih 1 sampai 3 menit. Ceritanya,Thanos tinggal di planet lain, rumahnya dikelilingi ladang sayuran. Kemudian ada adegan Thanos berjalan di ladang membawa keranjang dan memetik buah. Ia tinggal di gubuk kecil dan ketika para Avengers menghampirinyaia curhatkan semuanya, bahwa ia telah menanggalkan kejahatan. “Dunia perlu diperbaiki,” katanya.
Di antara riuh tepuk tangan dan gerimis tangis lantaran permainan emosi begitu epic yang disuguhkan penulis skenario—kita justru harus mengingat pesan Thanos di awal tadi. Tokoh antagonis yang ingin menghancurkan semesta tiba-tiba ingin memperbaiki dunia—kegiatan harian yang ia lakukan ialah berladang. Jika latar film ini di Indonesia mungkin Thanos sudah tinggal di Klaten dan menanam padi Delanggu.
Apabila di film-film action tokoh antagonis selalu melakukannya misi kejahatan untuk perubahan jangka panjang ke depan dalam kehidupan. Tak bisa dipungkiri meski mereka melakukan tindakan kejahatan tapi mereka punya pola pikir yang visioner.
Barangkali Thanos telah sadar, dunia mendatang dengan pesatnya perkembangan teknologi juga akan mengorbankan banyak hal. Revolusi industri 4.0 meng-upgrade kebudayaan menjadi serba cepat dan digital ke jaringan tanpa kabel. Semua serba terkoneksi tanpa sentuhan fisik—seperti rindu. Pekerjaan beberapa akan digantikan robot dan mesin. Daratan semakin berkurang dengan kian banyaknya pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan bakar. Itulah hal yang sudah diwanti-wanti Thanos.
Pendapat yang mengatakan bahwa beberapa ratus tahun mendatang kita akan bisa tinggal di planet lain karena bumi semakin penuh dan rapuh memang tak bisa kita tolak mentah-mentah. Penemuan dan penciptaan baru di bidang teknologi semakin marak. Bukan tidak mungkin juga bakal ada orang yang punya kecerdasan seperti Iron Man menciptakan sebuah kendaraan ke masa lalu dan masa datang. Akan ada kendaraan yang bisa melaju dengan kecepatan setara cahaya—saling salip dengan Buroq.
Hal ini tambah dikuatkan 2 tahun yang lalu ilmuwan asal Rusia merencanakan negara baru yang berdiri di luar angkasa. Negara yang bernama Asgardia ini sampai kini sudah ratusan ribu orang yang terdaftar di sana. Pendaftaran untuk menjadi warganegara cukup melalui laman web dan bebas syarat biaya. Upaya lain juga dilakukan Elon Musk dan UEA. Planet Mars menjadi tujuan mereka untuk membuat peradaban baru.
Berbagai masalah di bumi dan dalam rangka program kemajuan ilmu pengetahuan menjadi alasan dari rencana mereka itu. Namun nampaknyaThanos telah lebih dulu bergerak ke sana, ia telah membaca pola dan mengambil langkah cepat. Di luar sana orang lain pada sibuk memikirkan bagaimana cara membangun peradaban di planet lain, sementara kita di sini tinggal maiyahan sambil udutan, biarlah mereka jungkir balik, yang penting kita kumpul adem ayem ora kerengan.
Aku curiga Thanos beberapa minggu sebelum pembuatan film Avengers, ia mengikuti seminar ekonomi kreatif yang diadakan di salah satu hotel di Yogyakarta. Seminar tersebut menghadirkan narasumber yang ahli di bidang sains. “Kelak yang dapat bertahan dan dijadikan tabungan bukan lagi SDA—SDA bisa habis. Tapi yang tetap bertahan dan bisa berkembang adalah rasa cipta, kreativitas.” begitu yang ia sampaikan. Rasa cipta tak bisa habis dan tak bisa digantikan oleh mesin.
Meskipun kita layak bangga dengan bekal itu dan takperlu cemas memikirkan ancaman tenaga kerja robot, tapi hal ini juga yang menjadi jalan semakin banyaknya temuan yang kemudian merubah kebudayaan. Setelah pulang dari seminar aku yakin Thanos berpikir keras kemudian mengambil langkah meninggalkan bumi lalu memilih tinggal dan melakukan babat alas bercocok tanam di planet lain.
Berita dari National Geograpic, beberapa perusahaan dari negara maju mulai menggencarkan misi temuan di planet lain. China salah satunya, telah melakukan percobaan menjejakkan kaki di bulan dengan membawa serta bibit tanaman. Tanaman tersebut sempat berkecambah meski pada akhirnya tidak bisa bertahan hidup.
Jika ladang pertanian Thanos berhasil, ia bisa melakukan hubungan dagang dengan bumi. Hasil pertanian dari sana diimpor ke bumi. Tinggal kita tunggu saja di supermarket-supermarket bakal ada kemasan buah dan sayur dengan nama Pisang Bulan, Jambu Pluto, Sawi lapisan ozon.Tak lupa Captain Marvel mendapat posisi sebagai Menteri Kesemestaan posisinya setara dengan ibu Susi Pudjiastiuti, “Jika ada tindak pelanggaran di jalur lalu lintas luar angkasa—ledakkan!”
Selama tiga jam—bagian itulah yang perlu kita ingat—hanya 2 menit tapi berpengaruh seumur hidup—”Dunia perlu diperbaiki”.
Namun sebelum melakukan dan berkobar-kobar menjadi kader Thanos, yang perlu kita tahu juga adalah bahwa Thanos ketika berkata seperti itu ia telah lebih dulu mengamalkan ucapan dari Jalaluddin Rumi, “Kemarin aku pintar, aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku bijak, maka aku ingin mengubah diri sendiri”.