Universitas Terbuka dikenal sebagai perguruan tinggi negeri (mungkin satu-satunya) di Indonesia yang tidak memberlakukan kebijakan drop-out. Kalau di kampus lain, jika mahasiswa sudah 12 semester tidak lulus-lulus, ia akan dikeluarkan dari kampus.
Berbeda halnya dengan Universitas Terbuka. Walaupun tidak lulus lebih dari 12 semester, asalkan mahasiswa tersebut masih hidup dan tidak mengundurkan diri dari kampus, maka ia tidak akan dikeluarkan.
Dari satu sisi, memang aturan ini dinilai cukup bagus karena memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk menyelesaikan pendidikannya tanpa batas waktu. Terlebih lagi Universitas Terbuka merupakan kampus yang ramah terhadap pekerja. Mereka yang biasanya lulusnya lama ini salah satunya disebabkan karena tugas akhir yang bentrok dengan pekerjaan.
Namun sebagai mahasiswa Universitas Terbuka, saya ingin memberikan saran kepada Bapak Rektor UT beserta jajarannya yang berwenang, untuk membuat aturan drop-out bagi mahasiswa UT. Buatlah batas maksimal waktu kuliah, lama pun tidak apa-apa (misal 30 semester), yang penting ada batasnya.
Tentu saja bukan tanpa alasan mengapa saya menyarankan hal ini. Pada faktanya, ketiadaan aturan drop-out ini memberikan efek yang sejatinya kurang positif.
Daftar Isi
Mahasiswa tidak terpacu lulus tepat waktu
Dengan tidak adanya aturan drop-out ini, membuat sebagian mahasiswa (sebagian ya, bukan semua) cenderung tidak memiliki motivasi buat lulus kuliah tepat waktu. Yang saya maksud tepat waktu ini adalah menyelesaikan kuliah selama 4 tahun untuk S1. Ya selambat-lambatnya 5 tahunlah.
Sebagian mahasiswa akan berpikiran, “Ah santai aja kali, nggak mungkin di-DO kok”. Saya sendiri bingung, kok ada ya mahasiswa yang dengan sengaja betah lama-lama kuliah. Padahal salah satu tujuan kuliah itu mendapatkan gelar demi memperbaiki hidup di masa yang akan datang.
Kalau kuliah malas-malasan sampai nggak lulus-lulus bagaimana bisa mendapatkan gelar tersebut? Memang, gelar tidak menjamin nasib seseorang. Akan tetapi dengan gelar setidaknya bisa memperbesar peluang seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Maka dari itu, supaya mahasiswa tidak lagi malas-malasan dan menganggap enteng perkuliahan di Universitas Terbuka alangkah lebih baik dalam waktu dekat mulai diberlakukan kebijakan drop-out.
Baca halaman selanjutnya
Memengaruhi kualitas lulusan UT…
Memengaruhi kualitas lulusan UT
Saat ini kulitas lulusan Universitas Terbuka memang cukup baik. Terlebih lagi perguruan tinggi ini sudah berakreditasi dan banyak lulusannya yang diterima jadi CPNS.
Namun harus diakui juga jika lulusan UT tidak 100% semuanya bagus. Salah satu alasannya adalah karena sebagian mahasiswanya lulus dalam waktu yang sangat lama. Ada yang 10 tahun baru lulus, bahkan ada yang lebih dari itu.
Tentu saja hal tersebut sangat memperngaruhi perusahaan memandang kualitas lulusan di Universitas Terbuka. Kalau UT membuat aturan drop-out bagi mahasiswanya yang nggak lulus-lulus, saya yakin mereka akan termotivasi untuk segera lulus dalam waktu dekat dan berusaha mendapatkan nilai terbaik.
Sebenarnya ini bukan hanya masalah untuk UT sih. Semua kampus mengalami juga. Jadi jika kampus yang punya kebijakan DO saja mengalami hal serupa, bukankah memperkuat argumen?
Memengaruhi akreditasi Universitas Terbuka
Pada akhirnya kualitas lulusan perguruan tinggi bisa relevan dengan akreditasinya. Sebab, salah satu indikator penilaian akreditasi adalah kualitas alumni.
Supaya Universitas Terbuka mendapatkan akreditasi yang lebih baik dari saat ini, aturan drop-out untuk mahasiswa yang lama tidak lulus bisa menjadi solusi jangka menengah yang cukup bagus. Demi memacu mahasiswa tingkat akhir untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya.
Semakin banyak lulusannya, apalagi jika didukung nilai yang bagus, maka bisa menjadi nilai positif di mata tim penilai akreditasi.
Jadi itulah beberapa alasan mengapa Universitas Terbuka harus memberlakukan aturan drop-out. Masukan ini bukan atas nama seluruh mahasiswa Universitas Terbuka. Tetapi, atas nama saya pribadi sebagai mahasiswa UT. Ingat, opini pribadi loh.
Penulis: Firdaus Deni Febriansyah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Universitas Terbuka Bukan Tempat bagi Mahasiswa Malas
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.