Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
16 Mei 2022
A A
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak kota sudah punya Malioboro di kotanya. Kok, Magelang yang nempel sama Jogja, malah nggak punya?

Sudah sejak lama saya menyadari jika diri ini punya empati yang besar, jika tak boleh disebut overthinking. Begitu juga keinginan untuk selalu kritis dan mengomentari segala yang terlihat di mata, terasa di kulit, terkecap di lidah, dan tercium di hidung. Jika itu tak boleh disebut nyinyir. Salah satu hal yang membuat saya berempati dan selalu pengin nyinyir adalah perihal keadaan pariwisata di Magelang.

Magelang, wilayah yang airnya saya gunakan untuk asah-asah, tanahnya untuk ditanami gelombang cinta, dan namanya yang tertera di salah satu kolom KTP saya. Ia adalah separuh jiwa saya.

Ia adalah kota dan kabupaten yang saling terkait, bersatu padu, dan akan segera dibelah oleh jalan tol. Lebih daripada itu, ia dikenal sebagai kawasan wisata. Ada banyak tempat wisata yang sangat boleh dijadikan sebagai bukti kehebatan pariwisata Magelang. Dengan kata lain, Magelang diciptakan di bumi sebagai pengisi ceruk kebutuhan berwisata umat manusia. Walau itu adalah kepastian jika kita masih ada di Indonesia, negara yang bisanya sangat bergantung pada pariwisata.

Magelang punya Candi Borobudur. Ia agung, megah, bersejarah, dan sudah pasti penting. Tapi, apakah itu cukup? Saya pikir tidak. Ngomongin wisata, hanya satu kiblat yang sangat pantas dituju. Kiblat yang tak hanya lengkap jenis wisatanya, tapi seolah hidup dan dikontrol oleh kata berbunyi “pariwisata”. Ialah Jogja, yang membuat Katon Bagaskara selalu ingin kembali dan Aditya Sofyan meyakini ada sesuatu di sana, entah apa. Kurang hebat apa wilayah istimewa ini? Borobudur saja kerap dikira ada di Jogja. Betapa Magelang masih perlu menggempur lagi usahanya, tentu dengan mencuil sedikit dari apa yang dimiliki Jogja.

Sedikit banyak tentu Anda bisa menebak ke mana arah tulisan ini. Ya, betul! Malioboro. Ia bukan hanya kawasan bersejarah, ia adalah kawasan ajaib yang mampu mempengaruhi pikiran orang-orang agar mau berfoto di bawah plang-nya. Betapa hebat kawasan itu, sampai banyak yang merasa tak afdol kalau pergi ke Jogja tanpa tilik Malioboro. Dan hanya Jogja yang punya Malioboro, tempat suci alias bukti naik hajinya pelancong yang mendatangi Jogja. Magis.

Jalan Malioboro (Shutterstock.com)

Banyak kota yang sering mengaku-ngaku punya Malioboro versinya sendiri. Dan Magelang, saya kira perlu hal semacam itu, segera berikrar soal Malioboro-nya Magelang. Saya kira ini langkah konkret yang paling sat set demi keberlangsungan wisata kita. Tak perlu sungkan dan malu, karena cara ini umum sekali digunakan di banyak tempat.

Lantaran kalau ngomong Magelang sebagai kawasan seribu candi, rasanya tetap kurang berhasil. Kita tahu, banyak penemuan candi dan yoni di wilayah keren ini. Tapi, dari banyaknya peninggalan dan warisan itu, saya lihat masih banyak yang tak terawat. Di kampung saya, tiga arca yang ditemukan di sekitaran sungai Bolong pun masih berhubungan dengan prasasti Tuk Mas, sudah hilang bertahun-tahun lalu. Padahal sudah dilaporkan sejak tahun 70-an. Saya pikir, jika orang di wilayahnya saja tak menghargai dan serius menjaga warisan ini, julukan seribu candi itu tak lebih dari bualan belaka.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Candi Borobudur (Shutterstock.com)

Contohlah Jogja, ia melestarikan warisan dengan sangat baik. Pemagaran dan pemugaran alun-alun adalah contohnya. Betapa kawasan yang dikira punya rakyat itu, dijaga dengan sangat baik dengan melarang warga memasukinya. Dana yang dihabiskan pun tak hanya secuil, buanyak buanget. Nah, soal warganya butuh atau tidak, itu lain soal. Sebab ini adalah pelestarian, titik.

Apalagi masih banyak yang ngeyel mau menggunakan jargon “Magelang Kota Sejuta Bunga”, saya kira ini lucu. Saya masih sering melihat taman-taman kota yang menyedihkan dan rusak tak terawat, meski ada kabar habis duit banyak. Contohlah Jogja, ia melakukan pemugaran tugu dan tempat bersejarah lain dengan sat set. Bahkan, boleh dibilang ia terlalu sering merenovasi kotanya. Tapi, itu tak apa. Yang penting kotanya indah dan makin romantis. Soal warganya perlu atau tidak punya kota indah dan diganjar habisnya banyak uang, lagi-lagi itu lain soal. Yang penting indah, meski indah itu relatif.

Gereja Ayam di Magelang (Shutterstock.com)

Saya pikir Magelang harus punya Malioboro versinya sendiri. Itu tak mengapa, wajar adanya di masa kini. Menggali keunikan dan ke-khasan wilayah sendiri itu baik. Meski tak perlu meniru dan menemukan jati diri juga amat sangat baik. Tapi, banyak kota yang punya Malioboro, Paris, Ubud, dan segala tempat nge-hits versi kota mereka sendiri. Itu bukan kehilangan identitas, hanya meningkatkan pariwisata dan romantisasi kepolen saja.

Di masa sekarang, meningkatkan pariwisata itu keniscayaan, dan kehilangan jati diri serta menipu diri sendiri itu hanya perspektif yang berbeda. Itu sudut pandang semata. Pokoknya, jangShuttan sampai kebutuhan dan kehidupan masyarakat mengganggu dunia wisata, karena itu yang utama. Jaya, jaya, jaya wisata Indonesia!

Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Audian Laili

BACA JUGA Nggak Cuma di Jogja: Malioboro Juga Punya Cabang di Beberapa Kota

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Mei 2022 oleh

Tags: JogjamagelangMalioboropilihan redaksi
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

Jalan Adisucipto Jogja Diam-diam Menyedihkan di Balik Keramaiannya Mojok.co

Jalan Adisucipto Jogja Diam-diam Menyedihkan di Balik Keramaiannya

18 November 2025
Jalan Magelang-Semarang Adalah Halang Rintang Berkedok Jalan Raya Mojok.co

Jalan Magelang-Semarang Adalah Halang Rintang Berkedok Jalan Raya 

21 Maret 2024
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
5 Dosa Penjual Mi Ayam yang Jarang Disadari Pembeli

5 Dosa Penjual Mi Ayam yang Jarang Disadari Pembeli

4 Maret 2023
Wonogiri dan Gunungkidul, Saudara Kembar Beda Nasib

Wonogiri, Tempat Terbaik untuk Hidup, Tempat yang Tepat untuk Lari dari Kecemasan

16 Juli 2023
Wisma Hartono Jogja Kini Tinggal Kenangan bagi Pelajar yang Pernah Bersekolah di Sekitar Sana Mojok.co

Wisma Hartono Tinggal Kenangan bagi Pelajar SMAN 6 Jogja

3 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.