Kemarin, saya mengalami sebuah peristiwa yang menyebalkan. Kenapa menyebalkan? Selain harus bangun pagi dan menuju kota, lagi-lagi harus berurusan dengan parkir. Masalah yang masih saja sering dan barangkali wajib ditemui dalam keseharian kita semua.
Berhubung saya mendapat amanah untuk mengurus dokumen di salah satu instansi pemerintah maka saya putuskan untuk berangkat lebih pagi. Tentu agar urusannya cepat selesai, begitu harapan saya. Mengendarai sepeda motor, saya pun tancap gas menuju kantor tersebut.
Sambutan ramah dari petugas keamanan sambil memberikan karcis parkir membuat saya yakin hari ini semuanya akan lancar. Bergegas saya lanjutkan menuju instansi yang mengurusi tentang kelahiran dan kematian tersebut. Alhamdulilah tidak sampai setengah jam urusan saya pun selesai. Senang hati ini rasanya.
Parkiran sepeda motor menjadi tujuan saya selanjutnya. Alangkah terkejutnya saya, semacam mendapat sambaran petir di siang hari. Tapi sayangnya saya tidak menjadi Gundala.
Sepeda motor matik yang saya tunggangi dengan sukses dan gemilang berhasil ditutupi oleh sepeda motor yang lebih besar ukuran ccnya serta bodinya. Pikiran pertama yang terlintas, apa saya sedang di-prank sama YouTuber ya? Kenapa nggak sekalian ditutupi mobil boks atau Harley Davidson. Kan pas banget pagi itu baru sarapan angin alias belum makan pagi, jadi saya bisa sekalian olahraga.
Pikiran positif masih saya tanamkan, mata saya lantas celingukan melihat di sekitar, apakah ada kamera yang tersembunyi. Woalah dan benar saja ternyata ada kamera yang sedang merekam. Saya dekati dan melambaikan tangan.
“Mas, jangan aneh-aneh. Itu kamera CCTV milik Pemerintah,” begitu ucapan seorang bapak petugas keamanan yang datang dari belakang menegur saya.
Gusti Allah, saya pikir bakalan masuk ke channel YouTube dan mendadak viral. Ternyata malah kebalikannya. Oke saatnya kembali ke masalah sepeda motor yang menutupi sepeda motor saya.
Sepeda motor tersebut ternyata juga dikunci stang, bisa kalian bayangkan bagaimana perjuangan untuk memindahkannya. Mau diapa-apain susah, bisa jadi malah dikira begal motor. Ditangkap polisi, terus ra sido rabi. Kan lebih repot lagi. Byuhhhh….
Dengan susah payah, akhirnya sepeda motor tersebut berhasil dipindahkan. Selain menutupi sepeda motor saya, sepeda motor tadi juga membuat akses jalan masuk tertutup juga. Entah apa yang ada di pikiran pemilik sepeda motor tersebut. Menaruh sepeda motornya di situ.
Setelah bahagia bisa mengendarai sepeda motor dan melanjutkan perjalanan. Masih di sekitaran instansi tersebut ada juga yang memakirkan sepeda motor di depan mobil dinas. Padahal sudah jelas ada larangannya. Sepanjang perjalanan, hati dan pikiran tidak bisa tenang melihat kedua fenomena tersebut
Fasilitas parkir yang disediakan memang gratis tetapi bukan berarti dengan sesuka hati kita bisa memarkir kendaraan bermotor yang dimiliki. Belum lagi kalau nanti ada tempat parkir yang berbayar masih juga dinyinyiri. Sungguh kasian sekali takdir tempat parkir.
Masalah perpakiran di perkotaan merupakan hal yang sebenarnya sangat rumit. Selain tempatnya semakin terbatas akibat himpitan pembangunan. Sikap para pengguna kendaraan bermotor pun juga seringkali memperparah kemacetan ataupun sirkulasi kendaraan bermotor di tempat parkir.
Dari contoh di atas saja bisa kita lihat apabila banyak orang memiliki perilaku sama menutup akses jalan dan tiba-tiba terjadi bencana. Tentu akan banyak korban jiwa. Sebenarnya tidak perlulah masalah parkir ini dimasukkan ke dalam kurikulum ataupun ekstrakurikuler. Ini hanyalah masalah logika dan sikap menghargai kepentingan satu sama lain. Toh tujuan kita sama kan? Memarkir kendaraan bermotor.
Fasilitas gratis yang diberikan sebenarnya memberikan kita tanggung jawab terhadap kendaraan bermotor yang kita bawa. Tidak boleh kita egois dalam memarkirkan kendaraan bermotor. Sebelum parkir alangkah baiknya membaca petunjuk ataupun melihat kemungkinan yang akan terjadi. Sebagai pengendara motor yang akan memarkir kendaraan bermotor kita haruslah memiliki pikiran visioner. Mumpung diberikan kesempatan berpikir visioner lho. Jarang-jarang kan?
Nah, daripada cuma nanti akhirnya sambat sepeda motormu dipindah ke antah berantah. Kenapa nggak dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk berbagi ruang dengan kendaraan bermotor lainnya. Jika toleransi bisa dimulai dari tempat parkir, kenapa tidak kita mulai dari sekarang. Alangkah indahnya apabila itu bisa diwujudkan. Mudah bukan? (*)