Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Saya Baru Bisa Mensyukuri Purwokerto Setelah Merantau ke Jogja, Kota Istimewa yang Malah Bikin Saya Gundah Gulana

Wahyu Tri Utami oleh Wahyu Tri Utami
12 Mei 2025
A A
Sudah Saatnya Warga Jogja Menggunakan Fitur Klakson Saat Berkendara, Sebab Jalanan Jogja Sudah Mulai Berbahaya jogja istimewa purwokerto

Sudah Saatnya Warga Jogja Menggunakan Fitur Klakson Saat Berkendara, Sebab Jalanan Jogja Sudah Mulai Berbahaya (Jauzax via Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu saya pikir semua kota sama. Semua jalanan juga sama saja, asal lampunya nyala. Tapi setelah saya merantau ke Jogja, saya baru sadar bahwa tidak semua kota diciptakan setenang Purwokerto.

Saya asli Purwokerto. Lahir dan besar di Sidabowa, sebuah desa di Kecamatan Patikraja. Dulu saya pikir, dunia itu ya ukurannya segede GOR Satria. Mau belanja ke Rita, nonton ke Rajawali, dan nongkrong di alun-alun. Hidup terasa damai dan stabil. Tidak ada yang bikin deg-degan kecuali nilai rapor dan waktu Bapak ngomong dengan nada pelan (yang artinya beliau mulai curiga ada yang salah).

Tapi kemudian saya bekerja di Jogja. Kota yang katanya istimewa dan jadi tempat terbaik untuk jatuh cinta. Dan saya memang jatuh cinta…sama Susu Sarjana dan ayam goreng Cak Yunus. Yang lain masih saya pikir-pikir dulu.

Rasa waswas yang baru saya kenal di Jogja

Tinggal di Jogja membuat saya merasakan satu hal yang jarang saya rasakan di Purwokerto: rasa waswas kalau harus keluar malam. Saya mulai mengenal istilah yang asing di telinga saya sebelumnya: klitih. Kejahatan jalanan yang kadang seperti mitos, kadang seperti horor nyata.

Saya sendiri memang jarang keluar untuk nongki-nongki, apalagi di malam hari. Terlebih setelah beberapa kali dengar cerita orang dijambret, ditodong, atau ditebas pakai pedang, saya makin parno. Walaupun sebenarnya saya pengen juga menikmati malam Jogja dan kulineran di sekitar GSP. Bukan cuma takut dihantui mantan, tapi juga takut diteror klitih.

Bandingkan dengan Purwokerto. Kota kecil yang kalau tengah malam paling banter kamu jumpai warung angkringan berisi bapak-bapak ngudud sambil nonton bola. Polisi tidur lebih banyak dari manusianya. Malam-malam jalanan sepi, tapi bukan sepi yang menyeramkan. Sepi yang bikin tenang. Bahkan saya pernah pulang dari stasiun jam 1 pagi tanpa merasa cemas sama sekali.

Itu dia yang saya maksud: tinggal di kota yang tenang itu bikin kamu tidak merasa sedang “survive”. Kamu merasa sedang hidup, beneran hidup, tanpa perlu merasa waspada terus menerus.

Jogja punya Malioboro, Purwokerto punya mendoan dan rasa aman

Tentu saja saya tidak membenci Jogja. Kota ini punya pantai selatan yang megah dan pegunungan di utara yang bikin napas lega. Tapi ya, kenyamanan kadang datang dari hal-hal kecil yang tidak bisa disalin.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Saya bisa rindu Jogja karena Sate Ratu atau Jembatan Code saat matahari terbenam. Tapi saya mencintai Purwokerto karena saya tahu di sana, saya bisa keluar malam tanpa perlu menatap kaca spion terus menerus. Saya bisa jalan ke Alfamart jam 11 malam pakai sendal jepit tanpa rasa khawatir.

Kita sering meremehkan rasa aman karena menganggap itu hal biasa. Tapi begitu rasa itu hilang, kamu bakal tahu betapa mahalnya harga tenang.

Purwokerto mungkin tidak punya destinasi wisata sepopuler Candi Prambanan, tapi dia punya rasa tenteram yang langka. Tidak banyak orang menyadari ini, apalagi kalau belum pernah keluar dari kota itu.

Gunung di belakang rumah, letusan di dalam kepala

Meski lebih nyaman ketimbang Jogja, tentu saja Purwokerto juga punya rasa waswasnya sendiri. Namanya juga kota di kaki gunung berapi aktif. Gunung Slamet berdiri gagah seperti kepala sekolah yang sedang mengawasi ujian. Setiap kali gunung itu batuk sedikit, pasti sudah langsung jadi trending topic.

Tapi begini: gunung meletus itu kejadian alam yang punya pola. Dia kasih sinyal dulu. Pusat Vulkanologi juga stand by. Kamu masih punya waktu untuk kabur kalau keadaannya memang sudah parah. Bahkan seumur hidup saya yang sudah menyentuh kepala tiga, seingat saya hanya dua kali Gunung Slamet batuk-batuk. Pertama waktu SD dulu dan kedua waktu kuliah semester akhir.

Sedangkan kejahatan jalanan seperti klitih? Datangnya tidak pake notifikasi. Tahu-tahu kamu bisa kena giliran. Dan itu justru yang lebih menyeramkan. Sesuatu yang tidak kelihatan dan tidak bisa kamu prediksi.

Jadi ya, kalau harus memilih antara cemas karena gunung atau karena manusia, saya pilih gunung. Minimal gunung tidak punya dendam pribadi.

Mensyukuri kampung halaman justru setelah pergi

Ada satu hal lucu tentang orang-orang perantauan: kami baru menyadari betapa berharganya kampung halaman setelah jauh darinya. Saya sendiri baru bisa menghargai alon-alon asal kelakon-nya warga Purwokerto setelah mencicipi hiruk pikuk Jogja. Baru bisa rindu suara kodok malam di pekarangan setelah terganggu suara motor brong di ring road.

Saya sekarang mengerti kenapa banyak orang tua yang tetap memilih tinggal di kota kecil, walau anak-anaknya sudah sukses dan bisa ajak pindah ke kota besar. Mereka bukan tidak mau ikut. Mereka cuma tahu bahwa ketenangan itu bukan soal ukuran rumah atau nominal gaji. Tapi soal bisa tidur tenang di malam hari dan bangun pagi tanpa rasa cemas.

Purwokerto, dengan segala keterbatasannya, telah menyediakan itu semua buat saya. Dan saya, untuk pertama kalinya, benar-benar mensyukuri itu setelah merantau ke kota yang lebih besar.

Jadi, kalau kamu orang Purwokerto yang sedang mikir buat pindah ke kota besar, silakan. Jalan-jalan, merantaulah. Tapi jangan heran kalau nantinya kamu akan rindu… bukan pada tempat-tempat besar, tapi justru pada rasa aman yang jarang bisa dibeli.

Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Tahun Tinggal di Purwokerto Bikin Saya Sadar, Kota Ini Sama Problematiknya dengan Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2025 oleh

Tags: gunung slametJogjaklitihpurwokerto
Wahyu Tri Utami

Wahyu Tri Utami

Pembaca buku, penonton film, penulis konten. Sesekali jadi penyelam andal (di internet, bukan di air).

ArtikelTerkait

Bantul Nggak Aneh! Sebagai Orang Kota Jogja, Saya Justru Iri pada Bantul

Bantul Nggak Aneh! Sebagai Orang Kota Jogja, Saya Justru Iri pada Bantul

27 Juni 2024
Review Bus Bumel Jogja-Solo Sebagai Solusi Jika Kehabisan Tiket Prameks

Review Bus Bumel Jogja-Solo Sebagai Solusi Jika Kehabisan Tiket Prameks

14 Februari 2020
3 Destinasi Museum Date di Jogja biar Kencanmu Nggak ke Situ-situ Aja terminal mojok.co

3 Destinasi Museum Date di Jogja biar Kencanmu Nggak ke Situ-situ Aja

3 Oktober 2021
Yamaha Grand Filano Teman Setia Healing di Sudut Jogja

Skripsi, Lari, dan Yamaha Grand Filano: Teman Setia Healing di Sudut Jogja

24 November 2025
Jalan Magelang Jogja Penuh Bahaya, Nggak Cocok buat Pengendara Bermental Tempe

Jalan Magelang Jogja Penuh Bahaya, Nggak Cocok buat Pengendara Bermental Tempe

15 Januari 2025
Kecamatan Kalasan Memang Nanggung, Terlalu Cupu untuk Jogja, tapi Terlalu Modern untuk Klaten  

Kecamatan Kalasan Memang Nanggung, Terlalu Cupu untuk Jogja, tapi Terlalu Modern untuk Klaten  

23 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.