Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Alifia Putri Nur Rochmah oleh Alifia Putri Nur Rochmah
10 Desember 2025
A A
Saya Bangga Setengah Mati Lahir dan Besar di Kebumen (Unsplash)

Saya Bangga Setengah Mati Lahir dan Besar di Kebumen (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada kalimat lama yang bilang “Pikir dua kali sebelum ke Kebumen.” Dulu, kalimat itu bukan sekadar bercanda. Itu peringatan serius.

Saya ingat betul masa-masa itu. Saat ditanya asal, jawaban “Kebumen” sering disambut dengan senyum simpati. “Oh, ya… jauh ya ke sana?” atau “Jalan ke sana masih rusak kan?” Bahkan ada yang lebih blak-blakan, “Emang ada apa di sana?”

Pertanyaan-pertanyaan itu memang menyakitkan, tapi jujur saja, sulit dibantah. Kebumen memang kota yang… ya begitulah. Bukan kota besar seperti Semarang, nggak happening seperti Jogja, dan nggak punya industri sekuat Cilacap. Kami hanya kota kecil yang dilalui orang dalam perjalanan ke tempat lain.

Akses transportasi? Jangan ditanya. Jalan menuju Kebumen berlubang sana-sini. Kalau mau ke Jogja atau Purwokerto, siap-siap mental menghadapi perjalanan yang melelahkan.

Titik balik Kebumen yang nggak terduga

Tapi lima tahun terakhir ini, Kebumen berubah drastis. Dan saya nggak lebay.

Transformasi dimulai dari hal paling mendasar, yaitu infrastruktur jalan. Pemkab mulai serius membenahi kondisi jalan. 

Tahun 2022, anggaran perbaikan jalan mencapai Rp113 miliar. Bukan main-main. Tahun 2025 ini, pembangunan jalan mencapai 48,05 kilometer yang tersebar di 59 titik di 23 kecamatan dengan anggaran Rp138 miliar.

Yang lebih penting lagi, semua proyek jalan sekarang menggunakan konstruksi beton, bukan aspal. Kenapa? Karena jalan-jalan di kabupaten ini banyak yang melewati daerah pegunungan dan dilalui kendaraan berat. Beton lebih tahan lama. Ini bukan solusi tambal sulam lagi, tapi pembangunan yang benar-benar sustainable.

Baca Juga:

Pengalaman Mengunjungi Tamansari Jogja, Istana Air di Mana Sejarah Kerajaan Berpadu dengan Kehidupan Sosial Masyarakat

Warga Klaten Lebih Memilih Kuliah di Jogja Atau Solo Bukan karena Nggak Ada Kampus, tapi karena Alasan Ini

Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) juga dipasang di 399 titik dengan anggaran lebih dari Rp4,6 miliar. Dulu, malam di sini gelap gulita. Sekarang? Jalan-jalan utama terang benderang. Orang jadi lebih berani keluar malam, ekonomi malam mulai bergerak.

Game changer: UNESCO Global Geopark Kebumen

Tapi yang benar-benar mengubah nasib Kebumen adalah pengakuan UNESCO Global Geopark pada April 2025. Jadi, Geopark Kebumen, yang dijuluki “The Glowing Mother Earth of Java,” resmi menjadi bagian dari UNESCO Global Geoparks. 

Ini bukan prestasi sepele. Indonesia hanya punya 12 geopark yang diakui UNESCO, dan Kebumen salah satunya.

Geopark ini mencakup 22 dari 26 kecamatan, dengan 42 geosite, 9 tangible culture site, 15 intangible culture site, dan 8 biosite. Mulai dari Karangsambung dengan batuan tertua di Pulau Jawa, Gua Jatijajar yang eksotis, hingga Pantai Menganti yang sekarang jadi ikon wisata Jawa Tengah.

Pengakuan UNESCO ini langsung mengangkat citra Kebumen. Tiba-tiba, Kebumen jadi destinasi wisata yang disegani. Bukan lagi sekadar “kota yang dilalui,” tapi “kota yang dituju.”

Ekonomi tumbuh, kuliner berkembang

Dampak paling nyata adalah pertumbuhan ekonomi. Tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Kebumen mencapai 5,74% atau tertinggi se-Jawa Tengah. Angka kemiskinan juga turun di tahun 2025.

Sektor kuliner dan ekonomi kreatif berkembang pesat. Kapal Mendoan pusat kuliner dua lantai di Alun-alun Kebumen dibangun dengan anggaran Rp4,3 miliar untuk menampung 170 PKL. Alun-alun yang dulu serabutan sekarang rapi dan tertata.

Di Gombong, kafe-kafe kekinian mulai bermunculan. Kopi Klotok, Kafe Urban Vibes, hingga Ndalem Singo Kafe dan Resto yang mengusung konsep tempo dulu dan budaya Jawa. Bukan cuma tempat nongkrong, tapi juga jadi spot foto yang instagramable.

Event-event besar juga rutin digelar. Kebumen International Expo (KIE) yang diadakan selama delapan hari berturut-turut mendatangkan ratusan ribu pengunjung dari berbagai daerah. Kebumen Fest 2025 yang mengusung tema “Kebumen to the World” bahkan kebanjiran pendaftar UMKM target 100 booth, yang mendaftar 200 booth.

Tol Cilacap-Jogja: Masa depan yang cerah

Tapi yang paling bikin excited adalah proyek tol Cilacap-Jogja yang konstruksinya dimulai dari Kebumen sejak 2024. Tol sepanjang 171,25 kilometer ini akan punya 3 interchange di Kebumen, antara lain IC Gombong, IC Kebumen, dan IC lainnya.

Proyek dengan investasi Rp38,47 triliun ini akan menghubungkan kami dengan Jogja, Cilacap, bahkan sampai Jawa Barat lewat Tol Getaci. Bayangkan, perjalanan Kebumen-Jogja yang dulu butuh 3-4 jam, sebentar lagi mungkin bisa cuma 1,5 jam.

Sebanyak 53 desa di 15 kecamatan terdampak pembangunan tol ini. Daerah-daerah yang dulu terisolasi tiba-tiba jadi strategis. Harga tanah naik, investor mulai lirik, peluang usaha terbuka lebar.

Reaksi orang luar yang kaget melihat perubahan Kebumen

Yang paling memuaskan adalah reaksi orang-orang dari luar yang baru datang sekarang. Mereka shocked.

“Kebumen sekarang udah kayak gini?”

“Kok bersih banget sih jalanannya?”

“Ada kafe kekinian juga di sini?”

Bahkan teman saya yang orang Jogja sempat bilang, “Saya mikir sini tuh masih kampung. Ternyata sekarang jadi lebih rapi ya.”

Stigma lama perlahan terkikis. Generasi muda yang dulu pengen cepat-cepat kabur ke kota besar, sekarang mulai mikir dua kali. “Kayaknya di Kebumen juga oke nih.”

Bahkan ada yang memilih balik setelah merantau bertahun-tahun. Peluang kerja mulai terbuka, biaya hidup lebih murah, tapi kualitas hidup nggak kalah dari kota besar.

Bukan tanpa PR

Tentu saja, Kebumen nggak langsung jadi perfect. Masih banyak PR. Transportasi publik masih terbatas. Beberapa daerah masih perlu perbaikan infrastruktur. Kemiskinan masih jadi fokus utama RPJMD 2025-2029.

Tapi yang jelas, mindset sudah berubah. Dulu, Pemkab cuma bisa meratapi nasib. Sekarang, mereka aktif bikin kebijakan dan program yang konkret. Event demi event digelar untuk menggerakkan ekonomi lokal. Pembangunan infrastruktur bukan lagi janji kosong.

Yang paling penting, masyarakat sendiri sekarang lebih bangga dengan kotanya. Nggak lagi malu bilang “Saya orang Kebumen.” Malah dengan bangga bilang, “Iya, saya dari Kebumen. Udah main ke Geopark belum? Ke Pantai Menganti kapan?”

Redemption arc yang nyata

Kalau ada yang bilang, “Kota itu nggak bisa berubah dalam waktu singkat,” kami adalah bukti nyata bahwa itu salah.

Tujuh tahun yang lalu, Kebumen adalah kota yang jarang disorot. Sekarang, kami adalah kota yang diincar. Dari “Pikir dua kali sebelum ke Kebumen” menjadi “Kapan ke Kebumen lagi?”

Transformasi ini bukan keajaiban. Ini hasil kerja keras pemerintah daerah, dukungan masyarakat, dan timing yang tepat dengan berbagai proyek nasional. Kami nggak lagi jadi kota pinggiran yang cuma jadi jalur transit. Kami adalah destinasi.

Dan yang paling bikin bangga? Kami sekarang disejajarkan dengan Jogja dan Purwokerto. Bukan karena kami jadi sama persis dengan mereka, tapi karena kami punya identitas dan keunggulan sendiri.

Dulu malu bilang orang Kebumen. Sekarang? Bangga setengah mati.

Penulis: Alifia Putri Nur Rochmah

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Desember 2025 oleh

Tags: alun-alun kebumencilacapGeopark KebumenGombongjawa tengahJogjakapal mendoanKebumenPantai Mengantipurwokertotol cilacap jogja
Alifia Putri Nur Rochmah

Alifia Putri Nur Rochmah

Penulis kelahiran Kebumen. Anak Ekonomi Pembangunan UNS yang lebih tertarik pada cerita di balik data. Berpengalaman sebagai content writer dan content creator, gemar berkelana ke tempat-tempat baru, dan menulis tentang apa saja dari yang serius sampai yang receh.

ArtikelTerkait

Dilema Menjadi Warga "Bantul Coret": Terlalu Jogja untuk Disebut Bantul, Terlalu Bantul untuk Disebut Jogja Mojok.co

Dilema Saya Menjadi Warga “Bantul Coret”: Terlalu Jogja untuk Disebut Bantul, Terlalu Bantul untuk Disebut Jogja 

17 Juni 2024
Perubahan yang Tak Sepenuhnya Enak di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal (Unsplash)

Perubahan yang Tak Sepenuhnya Enak di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal

17 April 2023
Ilustrasi Jembatan Merah Purbalingga, Jembatan Ikonik Penuh Masalah (Unsplash)

Jembatan Merah Purbalingga, Jembatan Ikonik yang Penuh Masalah. Dari Berita Korupsi Sampai Kondisinya yang Gelap-gulita Membahayakan Pengendara

6 Mei 2024

3 Spot yang Harus Kalian Coba Kalau Ingin Menikmati Purwokerto dari Ketinggian

14 Juli 2024
Subang Jawa Barat Lebih Bobrok Dibanding Cilacap Jawa Tengah, tapi Anehnya Bisa Bikin Nyaman Mojok.co

Subang Jawa Barat Lebih Bobrok Dibanding Cilacap Jawa Tengah, tapi Anehnya Bisa Bikin Nyaman 

24 Juni 2024
Berwisata ke Tumpeng Menoreh Kulon Progo yang Dikelola Swasta Lebih Murah daripada Malioboro Jogja yang Dikelola Pemerintah Mojok.co

Berwisata ke Tumpeng Menoreh Kulon Progo yang Dikelola Swasta Lebih Murah daripada Malioboro Jogja yang Dikelola Pemerintah

17 Juni 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang Mojok.co

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

8 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Indomaret Tidak Bunuh UMKM, tapi Parkir Liar dan Pungli (Pixabay)

Yang Membunuh UMKM Itu Bukan Indomaret atau Alfamart, Tapi Parkir Liar dan Pungli

6 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
4 Menu yang Wajib Dicicipi di Spesial Soto Boyolali Hj. Hesti Widodo Mojok.co

4 Menu yang Wajib Dicicipi di Spesial Soto Boyolali Hj. Hesti Widodo

6 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign dari BUMN karena Lelah Mental di Jakarta, Pilih “Pungut Sampah” di Kampung agar Hidup Lebih Bermakna
  • Gaji Cuma Rp2 Juta Ludes di Awal Bulan demi Sewa LC, Judi Slot, dan Modif Motor. Biarkan Orang Tua Merana
  • Lupakan Garuda Indonesia, Citilink, dan Lion Air: Naik Pesawat Paling Menyenangkan Justru Bersama Susi Air
  • Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm
  • Siasat Kelompok Pencuri Buku di Jogja: Robin Hood atau Krimininal?
  • Korupsi, Pangkal Penderitaan Buruh dan Penghambat Penciptaan Lapangan Kerja


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.