Sakit Gigi ya ke Dokter Gigi, Bukan Beli Obat doang, Masak Gini Aja Nggak Paham?

Sakit Gigi ya ke Dokter Gigi, Bukan Beli Obat doang, Masak Gini Aja Nggak Paham?

Sakit Gigi ya ke Dokter Gigi, Bukan Beli Obat doang, Masak Gini Aja Nggak Paham? (Pixabay.com)

Orang-orang yang membiarkan gigi berlubang dan memilih sakit gigi ketimbang pergi ke dokter gigi adalah orang dengan bakat ruwet. Sumpah. Nggak usah dengerin lagunya Meggy Z yang bilang mending sakit gigi ketimbang sakit hati. Dua-duanya sakit, kok mendang-mending.

Jujur saja saya heran sama orang-orang yang kayak gini. Menghindari dokter gigi dan memilih mencari obat. Padahal giginya berlubang, yang jelas harus ditangani dokter gigi. Tapi lagi-lagi, orang-orang memilih painkiller, yang jelas-jelas tidak menyelesaikan masalah.

Umumnya orang yang sakit gigi memiliki masalah karena giginya berlubang yang jadinya membuat gigi terinfeksi dan alhasil bengkak nyeri. Rasa nyeri pada gigi ini sangat terasa, cukup memberikan trauma yang paripurna. Saya pernah merasakannya saya, sakit gigi sampai jungkir balik, meronta-ronta layaknya kuda lumping. Dan tidak jarang nyeri gigi dan nyeri kepala menjadi satu padu membuat hari-hari penuh pilu. 

Solusi sederhana dan mudah ya minum obat. Sebagai apoteker saya tahu obat pereda nyeri yang mujarab untuk mengatasi sakit gigi itu apa. Saya juga sering diminta rekomendasi obat anti nyeri untuk menghilangkan rasa sakit. Dua kombinasi obat yang selalu saya rekomendasikan adalah antiradang dan analgetik. Tidak lebih, tidak kurang.

Sakit gigi kok dipelihara

Saat memberikan obat, saya juga merekomendasikan agar konsumen untuk pergi ke dokter gigi. Tentu saran itu muncul agar akar dari sakitnya diatasi, bukan hanya meredakan rasa sakitnya saja. Yaaa seringnya sih, saran saya diabaikan. Masih saja ada orang yang sama, datang membeli obat pereda nyeri untuk menghalau rasa sakit giginya. Saya sampai hafal nama obat, dan jumlah obat yang diminta. 

Perkara orang yang malas untuk bertemu dengan dokter gigi ini jamak ditemui. Kalau saya lihat secara anabel (analisis gembel), ada beberapa alasan kenapa mereka malas ke dokter gigi. Yang pertama malas, dan yang kedua takut dicabut giginya.

Padahal Jalan terbaik untuk mengatasi sakit gigi adalah dengan bertemu dengan dokter gigi no debat. Jika tidak, ya bakal beli obat, lagi dan lagi. Ini bukan karena saya sudah bekerja sama dengan para dokter gigi, memang begitulah seharusnya. Sakit gigi berarti ada permasalahan gigi, dan sudah semestinya melakukan pemeriksaan. 

Selain sakit yang tak kunjung sembuh, sakit gigi tuh efeknya nggak sepele. Bisa merambat ke mana-mana. Sini, saya jelaskan.

Gangguan metabolik gara-gara sakit gigi

Sakit gigi membuat kita kesulitan mengunyah makanan secara baik dan benar. Jika makanan tidak tercerna secara sempurna hal yang paling bisa terjadi adalah sembelit ataupun diare. Hal wajar rasanya jika gigi bengkak makanan tidak dikunyah secara sempurna. Nyatanya perkara sakit gigi ini lebih dari itu. 

Melansir dari jurnal yang berjudul Interrelationship between Periapical Lesion and Systemic Metabolic Disorders bahwasanya peradangan jaringan periapikal gigi yang dipicu oleh infeksi pada pulpa gigi mampu mempengaruhi tubuh yang di mana lesi periapikal mempengaruhi sensitivitas dari insulin. Walaupun masih perlu pengkajian lebih lanjut, namun temuan dari Hajime Sasaki, dan kawan-kawan ini menunjukkan bahwasanya sakit gigi berpotensi menimbulkan gangguan metabolik tubuh.

Demi kesehatan sebaiknya menghindari potensi-potensi keburukan yang bisa dihindari. Melakukan pembiaran dan rela menahan sakit gigi agar tidak bertemu dokter merupakan tindakan yang kurang bijak. 

Infeksi bakteri potensi resistensi antibiotik

Sakit gigi berpotensi infeksi bakteri celah pada gigi yang berlubang sangat rentan dengan sarang kuman dan bakteri. Dan penanganan hal tersebut mengharuskan meminum antibiotik. Masa iya mau koleksi bakteri? Koleksi yang lain saja loh, masa bakteri yang dikoleksi.

Pemberian antibiotik wajib diberikan pada pasien yang memiliki infeksi bakteri. Nah permasalahan selanjutnya adalah banyak dari pasien ini yang nggak patuh minum obat. Asal sudah tidak sakit, obat langsung nggak diminum.

Nah antibiotik ini obat yang harus dihabiskan sesuai arahan dari dokter. Semisal obat antibiotiknya 10 tablet yang diberikan, ya berarti semuanya diminum sesuai aturan minum obat. Jika malas-malasan minum obat antibiotik secara teratur potensi resistensi antibiotik menjadi tinggi.

Menurunkan kinerja

Munculnya sakit gigi yang cenat-cenut membuat gagal fokus. Dan pastinya hal itu membuat performa kerja kita akan menurun. Coba deh kamu bayangin lagi dikejar deadline tapi, harus berperang juga dengan sakit gigi. Pasti rasanya ingin bakar rumah orang.

Selain kuratif, perkara gigi ini sebaiknya dicegah juga. Kegiatan preventif yang baik dan benar ya sikat gigi. Makanya itu sikat gigi di rumah jangan dipajang saja, dan pasta gigi jangan dikoleksi doang. 

Sakit gigi memang terlihat sepele. Dikasih obat, kelar. Padahal, semuanya bisa dicegah dengan datang ke dokter gigi. Jauh lebih sepele ketimbang beli obat terus menerus. Tapi ya kalau emang situ ruwet, ya monggo beli obat terus. Toh yang rugi duit kan kalian.

Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pertolongan Pertama pada Sakit Gigi yang Dapat Kamu Coba di Rumah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version