Beberapa hari lalu, saya menulis tentang kerinduan saya dengan rokok Djarum Black Tea. Rokok rasa teh yang muncul tahun 2000-an ini sempat menjadi rokok favorit saya mengingat rasanya yang nyaris tanpa cacat. Setelah Djarum Black Tea lenyap dari pasaran, rasanya seperti ada yang hilang. Namun, kerinduan terhadap Djarum Black Tea sedikit terobati ketika beberapa tahun terakhir ini saya mengenal rokok dengan rasa serupa. Yap, rokok tersebut adalah rokok Juara Teh Manis.
Seperti namanya, rokok Juara Teh Manis adalah rokok dengan rasa teh manis (ya iya, lah), yang ternyata rasa teh manisnya cukup kuat. Bahkan dari segi aroma, aroma tehnya lebih kuat dari Djarum Black Tea meskipun ketika dibakar nggak sekuat itu. Bentuknya cukup padat dan berisi, walau nggak panjang. Dari segi pengelompokkan, rokok Juara berbeda dari Djarum Black Tea yang merupakan rokok filter, sebab rokok Juara adalah rokok kretek, rokok yang kalau kita isap kadang tembakaunya ada yang nyangkut di mulut.
Pertama kali saya kenal rokok Juara rasa teh manis dari salah seorang teman kampus yang tiba-tiba saja membawa rokok ini. Saat itu perasaan saya bungah bukan main. Ya gimana nggak bungah, lha wong bertahun-tahun saya kehilangan Djarum Black Tea, eh ndilalah suatu saat muncul rokok dengan rasa serupa. Meski secara bentuk dan kualitas rasa nggak sama persis, setidaknya kehadiran rokok Juara rasa teh manis sedikit mengobati kerinduan. Isapan pertamanya seakan membawa memori saya kembali ketika saya urunan dengan teman-teman membeli sebungkus Djarum Black Tea yang rasanya endulita sekali itu.
Saya semakin bungah ketika tahu harganya murah sekali. Untuk ukuran rokok kretek isi 12 batang per bungkus dengan rasa teh manis, harganya sekitar Rp9 ribu hingga Rp10 ribu. Sebagai perbandingan, rokok rutin saya saat itu adalah Gudang Garam Surya 12 yang harganya Rp18 ribu (sekarang Rp20 ribu, mahal banget, asu!). Bayangkan, berapa rupiah yang bisa saya hemat jika beralih ke rokok Juara!
Akan tetapi, niat untuk beralih ke rokok Juara urung saya lakukan. Alasannya begini, meski di awal rasanya enak seperti yang saya ceritakan di atas, ketika masuk menikmati batang keempat, kelima, dan seterusnya, rasa teh dari rokok ini sudah turun di mulut saya. Yang tersisa hanya rasa pahit dan agak spicy, serta terasa kasar di tenggorokan.
Saya sudah berkali-kali mencoba menjadikan Juara sebagai pengganti Gudang Garam Surya 12 sebagai rokok rutin, namun masalahnya selalu sama, rasanya ambyar ketika memasuki batang keempat dan seterusnya. Kalau saya paksa bakar terus malah jadi nggak enjoy. Kalau disimpan buat besok atau buat nanti takut rokoknya hambar karena sudah dibuka. Serba salah, kan?
Meski nggak apple to apple, mau tak mau saya jadi membandingkan rokok Juara dengan Gudang Garam Surya 12 yang ketika saya bakar dan isap sampai batang keenam dalam satu waktu pun rasanya tetap sama dan bisa dinikmati. Harga memang nggak bohong, ya. Ana rega ana rupa kalau kata orang Jawa. Jadi, untuk orang yang konsumsi rokoknya cukup kencang seperti saya, ini bukan rokok yang tepat dijadikan rokok rutin. Kalau untuk selingan saja, sih, nggak masalah.
Yah, balik lagi, ada rokok yang cukup enak dengan harga Rp9 ribuan saja sudah sepatutnya kita bersyukur. Setidaknya kalau nggak punya uang, masih ada rokok yang bisa kita beli. Bersyukur saja dulu sembari berharap rokok Juara ada perbaikan kualitas rasa dengan harga yang tetap murah meriah.
Sumber Gambar: YouTube Putra Pattinama