Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Resistensi Antibiotik, Pemicu Pandemi Mematikan di Masa Depan

Nabial Chiekal Gibran oleh Nabial Chiekal Gibran
4 November 2023
A A
Resistensi Antibiotik, Pemicu Pandemi Mematikan di Masa Depan

Resistensi Antibiotik, Pemicu Pandemi Mematikan di Masa Depan (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Antibiotik adalah obat yang akan menjadi momok menakutkan di masa depan, dan berbahaya bagi umat manusia. Hal ini disebabkan adanya kemunculan resistensi antibiotik. Penyebab munculnya resistensi antibiotik disebabkan oleh penyalahgunaan obat ini dengan dosis ngawur. 

Resistensi antibiotik atau disebut juga antimicrobial resistance (AMR) merupakan kondisi di mana antibiotik sudah tidak lagi mampu secara optimal membunuh bakteri di dalam tubuh yang terinfeksi. Sehingga bakteri-bakteri ini terus berkembang biak yang kemudian sakit dari pasien makin parah. Efek terparahnya jelas: bisa berujung meninggalnya pasien.

Saya sebagai apoteker sering sekali mendapatkan kisah perihal resistensi antibiotik ini dari sejawat saya. Beberapa kali mendapatkan broadcast bahwasanya ada pasien di RS A atau RS B yang mengalami resistensi obat jenis ini.

Gara-gara resistensi antibiotik, terapi tidak menjadi efektif. Padahal pasien tersebut membutuhkan terapi dari antibiotik karena mengalami infeksi bakteri. Sejatinya obat antibiotik yang efektif merupakan kebutuhan kita semua dalam berbagai skenario terapi pengobatan.

Mungkin judul artikel yang saya buat ini terlalu berlebihan, dan memiliki kesan menakut-nakuti. Akan tetapi jika dilihat dalam kacamata medis fenomena resistensi antibiotik menjadi perkara yang tidak bisa dianggap remeh. Kita semestinya responsif dengan keadaan ini. 

Resistensi antibiotik, the silent pandemic

Resistensi antibiotik sendiri memiliki istilah lain yakni Silent pandemic. Artinya bukan tubuh menjadi kebal pada pengobatan seperti penjelasan saya sebelumnya. Resistensi antibiotik membuat bakteri yang berada di dalam tubuh kita menjadi kebal terhadap zat antibiotik. Dalam artian lain, bakteri yang menginfeksi diri kita sudah beradaptasi dengan zat tersebut. Sehingga, pengobatan yang dilakukan pun jadi tidak efektif lagi.

Hal tersebut lantaran bakteri mampu memproduksi enzim yang dapat merusak atau menurunkan khasiat senyawa obat tersebut. Mari ambil salah satu contohnya, seperti Amoxicillin. Golongan obat penisilin bisa terdegradasi oleh enzim beta laktamase yang diproduksi oleh bakteri.

Potensi korban jiwa yang tidak bisa diremehkan

Namanya Silent pandemic, tentu saja akan memakan korban jiwa. Bahaya resistensi antibiotik ini membuat kemanjuran obat menurun. Kedepannya bisa saja membuat malapetaka bagi manusia jika tidak ditangani segera.

Baca Juga:

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Kok ya Masih Ada Orang yang Beli Antibiotik Tanpa Resep, Udah Mau Pindah ke Mars lho Kita, Update Dikit!

Dalam jurnal Global burden of bacterial antimicrobial resistance in 2019: a systematic analysis resistensi antibiotik atau AMR dikaitkan dengan 4,95 juta kematian pada tahun 2019 dan dilaporkan 1,27 juta orang meninggal. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2017, angka kematian yang disebabkan oleh resistensi antibiotik sebanyak 700.000 kasus kematian per tahunnya. Dengan semakin cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi bakteri, diperkirakan pada 2050, kematian akibat resistensi antibiotik di dunia mencapai 10 juta jiwa per tahun

Melihat data ini menunjukkan bahwasanya kejadian resistensi antibiotik tidak bisa dipandang sebelah mata. Saya yakin dari kita semua tidak ingin menjadi salah satu korban selanjutnya, dan sepertinya kita harus merespons dengan baik hal seperti ini. Masih ingat kan peliknya menghadapi pandemi corona seperti apa?

Kebiasaan konsumsi yang salah bikin resistensi antibiotik

Seperti yang sudah saya bilang di atas, pemicu terjadinya resistensi antibiotik tentunya karena penggunaan obat yang tidak tepat. Penggunaan yang masif dan ngawur seakan lumrah di negara ini. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 86,1% obat ini diperoleh tanpa resep.

Jamak ditemukan di berbagai lapisan masyarakat masih menggunakan obat jenis ini untuk jenis sakit apa pun. Sebenarnya, hal wajar jika penggunaan antibiotik tinggi di negara tropis. Penyakit tropis menjadi salah satu penyebabnya.

Beberapa penyakit tropis di Indonesia memang banyak yang membutuhkan obat golongan antibiotik seperti TBC, malaria, DBD, dan masih banyak lagi.

Hingga kini pun masih banyak masyarakat lebih meminta antibiotik untuk menangani demam ketimbang antipiretik seperti paracetamol. Saya pun masih sering dimintai obat golongan ini, padahal mereka tidak bawa resep sama sekali.

Nyatanya untuk mendapatkan obat golongan antibiotik pasien harus memiliki resep dari dokter terlebih dahulu. Barulah pasien mendapatkan obat yang diinginkan. Ditambah jika sudah mendapatkan obat tersebut, pasien harus diwajibkan mengikuti aturan minum obat yang sudah diresepkan oleh dokter. 

Kami para apoteker selalu menulis etiket (aturan minum obat) obat untuk menghabiskan obat ini sehingga pasien bisa terhindar dari resistensi antibiotik. 

Efek plasebo

Dugaan saya sebagai apoteker, kenapa orang selalu minta obat antibiotik semata karena efek plasebo.

Efek plasebo sendiri dalam dunia medis cukup umum. Zat ini, atau plasebo, tidak memiliki efek medis yang diketahui. Terkadang plasebo berbentuk pil (pil gula), tetapi bisa juga berupa suntikan (larutan garam), atau cairan sekali pakai.

Dalam kasus ini masyarakat menganggap bahwa antibiotik memberikan efek kesembuhan bagi mereka. Padahal ya beda. Hanya berdasar pengalaman sembuh dari meminum obat jenis ini, lalu semua penyakit dihajar dengan obat yang sama.

Munculnya kebiasaan inilah yang harus diwaspadai. Kalau sudah kelewat parah, resistensi antibiotik jadi begitu umum.

Tentunya hal ini bisa ditangani asalkan masyarakat mau mengubah persepsi bahwasanya antibiotik bukan obat penyembuh segalanya. Segala sakit belum tentu disembuhkan oleh obat yang sama. Ditambah lagi ada oknum nakal yang bebas memperjualbelikan obat ini tanpa resep.

Penjual nakal ketemu konsumen bebal. Wah, kombinasi mematikan. 

Jadi, sebagai konsumen obat, mari kita cerdas dikit. Ketimbang merasakan hal-hal ngeri, baiknya jadi konsumen yang bijak. 

Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Paracetamol, Obat yang Aman tapi Juga “Bahaya”

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 November 2023 oleh

Tags: antibiotikpandemiresistensi antibiotik
Nabial Chiekal Gibran

Nabial Chiekal Gibran

Penjual obat yang legal| Penikmat film semua genre kecuali horor| Hanya menyediakan jasa tanya-tanya obat-obatan sisanya tanyakan saja pada rumput yang bergoyang

ArtikelTerkait

permintaan maaf pak luhut mojok

Pak Luhut Seharusnya Nggak Perlu Minta Maaf ke Masyarakat

19 Juli 2021
bakso boraks terminalmojok

Ke Mana Perginya Penjual Bakso Boraks yang Sering Muncul di TV?

2 Februari 2021
31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali, Terus Kenapa 31 Negara Mencekal Pelancong dari Indonesia?

14 Juli 2021
Nonton Hospital Playlist Adalah Cara Mengobati Rindu pada Hidup Tanpa Pandemi terminal mojok

Nonton ‘Hospital Playlist’ Adalah Cara Mengobati Rindu pada Hidup Tanpa Pandemi

12 Juli 2021
orang sombong dalam islam hukuman virus corona pandemi menular mojok.co

Bersiap Menghadapi Orang Sombong yang Akan Muncul setelah Corona Mereda

30 Maret 2020
Alasan Kenapa Hogwarts Adalah Tempat Paling Ideal Untuk Menghadapi Pandemi terminal mojok

Alasan Kenapa Hogwarts Adalah Tempat Paling Ideal untuk Menghadapi Pandemi

19 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.