Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Repotnya Jadi Dekorator Pernikahan yang Belum Pernah ‘Didekor’

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
16 November 2020
A A
Repotnya Jadi Dekorator Pernikahan yang Belum Pernah 'Didekor' terminal mojok.co

Repotnya Jadi Dekorator Pernikahan yang Belum Pernah 'Didekor' terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya ini sering disebut tukang dekor alias dekorator pernikahan alias tukang padi-padi. Entah dari mana asalnya sebutan padi-padi muncul sebagai sinonim menghias atau mendekor.

Kalau dihitung dengan jari pasti tak akan cukup. Maksud saya, yang dihitung jumlah pelaminan ataupun dekorasi yang pernah saya bikin. Kalau satu kali bikin dekorasi sama dengan satu buah kerupuk, pasti rumah saya tertutup kerupuk setinggi sutet. Masalahnya bukan pada kerupuk tapi pada pada omongan ataupun bacotan yang muncul dari kawan, keluarga dan juga kerabat. Gini biasanya

“Tukang dekor kok belum pernah didekor?”

Oke gini deh. Pertama, saya memang belum menikah. Siapa tahu ada yang belum mengerti maksud pertanyaan tadi. Itu maksudnya nyindir saya. Oke ya, sudah diperjelas. Jika satu pertanyaan itu sama dengan sebuah kerupuk, maka satu kabupaten banjir kerupuk. Orderan saya nyatanya tak sebanyak bacot mereka. Saya tidak masalah dengan hal itu. Tapi, akhir-akhir ini kok makin sering yang begitu. Terutama sekali para manusia yang bukan kawan maupun lawan. Saya males nyebut mereka saudara, tapi sudah begitu adanya. Beberapa tetangga juga mulai sering tanya begitu. Beberapa orang yang semoga masuk surga, seringnya mendoakan. Harusnya semua orang begitu, mendoakan. 

Bermacam nasihat yang berupa rundungan sering saya terima. Mereka kan niatnya ngasih nasihat. Cuman saya saja yang mungkin kurang bijak menanggapi. Melihat pernikahan yang bertubi-tubi, saya belum merasa perlu join sama mereka. Mungkin belum ada yang cocok saja. Biasanya itu alasan saya saat ditanya kawan. Nyatanya mereka juga kebanyakan belum nikah. Tapi, mereka kok ikut-ikutan rese? Mungkin aneh saja, orang yang bekerja sebagai dekorator pernikahan kok belum menikah. Akhirnya saya jadi tokoh bujang yang sentral.

Kebanyakan dari mereka menyuruh saya untuk segera menikah. Apalagi yang sudah menikah, mereka lebih sering mengiming-imingi enaknya di ranjang. Basi lah menurut saya. Ada juga yang ngasih wejangan dan nasehat tentang memilih jodoh. Saya dengarkan dengan seksama walau sebenarnya agak malas kuping ini menerima. Saya dengar saja sampai si motivator capek. Kebanyakan teman, teman lho ya belum sahabat apalagi jadi saudara. Teman sekolah, teman sekampung, teman yang dulu ngeband bareng, teman di grup jual beli dan jenis teman yang lain. Namun, sahabat karib kebanyakan belum. Mungkin itu yang bikin saya tidak termotivasi. Sahabat saya yang budiman dan saya yang belum budiman ini lebih sering santai menghadapi perundungan tentang status kami. Jengkel iya, tapi santai.

Sebenarnya lucu juga melihat orang ditanya kapan nikah. Salah satunya saat teman saya yang kebetulan sama-sama berprofesi sebagai dekorator pernikahan ditanya seperti itu. Saya tengok pasti mukanya berubah, menunjukan mimik marah. Agak menghibur sih. Saya mau ngetawain, tapi males karena saya tahu pasti selanjutnya saya yang disindir. Saya biasanya cukup jawab, minta doanya saja semoga segera. Saya sertakan senyum sok baik dan sabar sembari tetap terlihat cool.

Oke, mungkin saya nggak nyaman karena sudah terlalu sering dengar pertanyaan itu.

Baca Juga:

Alasan Mengapa Anak Madura yang Kuliah di Jakarta Lebih Sulit Menemukan Pasangan ketimbang yang Kuliah di Jogja

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

Tapi, hal yang bikin lebih nggak nyaman adalah kata mutiara orang tua. Saya anak pertama dan pakdhe, budhe, paklik, bulik saya semuanya sudah bercucu. Kata mutiara dan motto itu keluar sejak pakdhe saya punya cucu. Berlanjut lahirnya cucu dari paklik dan pakdhe saya yang lain. Kerjaan bapak saya adalah mengajak jalan-jalan dan membelikan hadiah untuk anak dari sepupu saya. Saya sepertinya tak perlu bercerita tentang apa saja sindiran yang harus saya terima. Sebab sudah jelas dan bisa ditebak.

Saya tak menganggap menikah sebagai beban. Saya merasa tidak terlalu kebelet nikah. Walau sebenarnya ingin juga punya anak. Namun, beristri kok sepertinya belum masuk fase kebelet. Sebagai dekorator pernikahan yang belum pernah didekor, saya mengimbau Anda sekalian.

Bila bertemu orang yang seprofesi dengan saya dan belum menikah, janganlah kami dibully. Kami tahu menjadi bujang sekaligus seorang dekorator pernikahan pasti ironis bagi Anda. Maaf, saya suuzan saja karena biasanya benar begitu. Saya tak masalah masih bujang yang penting masih bisa jomlo. Baiknya gini saja. Cukup kenalkan saya dengan adik Anda, teman, ataupun saudara. Siapa tahu cocok.

BACA JUGA Saya Bukannya Antimenikah, tapi Punya Pertimbangan yang Kompleks

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2020 oleh

Tags: Cari JodohPernikahan
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

Bridesmaid di Pernikahan Nggak Wajib-wajib Amat, Kenapa Masih Drama Soal Seragam sih Terminal Mojok pager ayu

Pager Ayu, Sebuah Tradisi Mantenan Jawa yang Tergusur oleh Bridesmaid

11 September 2023
ukhti

Ukhti, Mengapa Aku Berbeda?

23 Agustus 2019
Buanglah Khayalan Romantis Pernikahan kalau Masih Serumah dengan Mertua terminal mojok.co

Buanglah Khayalan Romantis Pernikahan kalau Masih Serumah dengan Mertua

19 September 2020
kondangan saweran pernikahan dinda hauw MOJOK.CO

Pernikahan Dinda Hauw adalah Pernikahan yang Sulit Terjadi

11 Juli 2020
daftar tamu undangan pernikahan ra srawung rabimu suwung seserahan adik nikah duluan gagal nikah dekorator pernikahan playlist resepsi pernikahan mojok

Seserahan di Desa Saya Adalah Ajang Roasting Pengantin

16 Juni 2021
Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Menggadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga Mojok.co

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

24 Juli 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.