Sebagai salah satu orang yang diberikan tugas oleh Tuhan untuk menggemari animasi Tamiya, rencana yang diadakan oleh Pemprov DKI Jakarta adalah sebuah jawaban dari doa yang selama ini saya panjatkan. Yang biasanya saya hanya bisa bersorak ketika Go Seiba menggeber Beat-Magnum, akhirnya bisa melihat secara langsung seperti apa sih balapan mobil yang sesungguhnya. Ya, walaupun beberapa kali saya lihat balapan Formula 1 di YouTube, pembubaran trek-trekan liar di acara 86 dan film Herbie yang sering diputar di televisi, rasanya apa yang sedang diupayakan oleh Pemprov DKI Jakarta patut diapresiasi lantaran pagelaran yang akan dihelat adalah skalanya internasyonel.
Pagelaran yang dimaksud adalah ajang balapan Formula E. Ajang balap yang spesifikasi balapan mobil yang menggunakan tenaga listrik. Sangat berbeda dengan Formula 1 yang diadakan di negara tetangga, Vietnam. Formula E deru mesinnya lebih tenang dan kalem. Pun, trek yang menjadi spesifikasi tentu lebih ringan dari Formula 1 yang menggunakan trek grade satu, Formula E menggunakan grade tiga yang sejatinya semua jalan beraspal bisa. Yang jelas bukan aspal yang pating gronjal. Waktu untuk melakukan satu perlombaan balap pun relatif lebih singkat, kurang lebih hanya menghabiskan waktu 45 menit saja.
Kredit dan apresiasi tersendiri untuk Bapak Anies Baswedan selaku gubernur yang begitu getol ingin perhelatan ini mampir di Jakarta. Berbarengan dengan banjir yang menjadi problem Ibukota, pun masalah perizinan dengan pengelola kawasan Monas yang begitu ribet, seakan menambah beban kepala Pak Anies. Banyak yang menduga-duga, mulai dari dendam atas pemilu lalu yang menyebabkan izin jadi molor, hingga hal-hal ndagel yang sepatutnya ditertawakan.
Walau begitu, JakPro selaku pelaksana pembangunan Sirkuit Monas mengeluarkan statement yang dapat menghibur Pak Anies. Mereka yakin bahwa trek bisa tersedia tepat dari jadwal yang telah dicanangkan. Dan hadirnya saya dalam tulisan ini sejatinya sama seperti apa yang dilakukan oleh JakPro, yakni membuat beban Pak Anies setidaknya berkurang. Tentu dengan cara saya sendiri, yakni memberikan deretan lagu yang semoga saja bisa menghibur blio. Berikut daftarnya,
#1 Jam Makan Siang karya Hindia feat Matter Mos
“Ku diantara gemuruh ragu yang menggetarkan jiwa
Seorang manusia yang sedang memimpikan mimpinya….”
Begitu penggalan lirik yang dihaturkan secara sopan oleh Matter Mos. Lagu ini pun secara keseluruhan sebenarnya membicarakan masalah hidup yang acap kali terjadi ketika di jam makan siang. Sempitnya jam makan siang mengisyaratkan bahwa kerja kantoran tidak senikmat yang dipikirkan kebanyakan orang. Ya, setidaknya itu yang dialami oleh sebagian orang.
Dan rasanya cocok untuk Pak Anies karena mengurus Jakarta adalah bukan perihal sepele. Jakarta adalah cerminan Indonesia. Jam makan siang patut didengar oleh blio dalam berbagai suasana, tidak melulu ketika jam dua belas siang saja. Bisa ketika menuju lokasi banjir atau ketika mengawal berjalannya proyek pembangunan Sirkuit Monas. Dengan sementara menutup telinga atas nyinyiran netizen, kemudian Pak Anies maknai lirik, “Satu-satunya yang kutahu. Aku cuma bisa jadi aku,” dengan khidmat.
#2 Pahlawan karya Captain Jack
“Dan semakin sulit temukan orang baik
Kemana mereka?
Apakah tlah musnah?”
Band yang terbentuk di Jogja ini barangkali pernah menjadi seperti .Feast pada zamannya. Ribuan anak muda hadir tiap kali band ini manggung entah ketika di Jogja atau sekitarnya. Yang jelas, lagu ini mengajari banyak hal tentang kehidupan. Pernah menjadi “alat terapi” untuk kawan-kawan saya pada zamannya. Entah Pak Anies pernah mendengarkan lagu ini atau tidak. Tetapi satu makna yang dapat dipetik dan disisipi teriakan penuh amarah dari Momo sang vokalis: Tak ada penolong, tak ada penyelamat. Kitalah pahlawan bagi diri kita.
#3 Rancang Rencana karya Kunto Aji
“Malam segera berlalu
Esok kita singkap takdir”
Cocoknya lagu ini didengar ketika sepertiga malam setelah menjalankan ibadah. Dalam jam-jam kecil yang sering kali mempertemukan pikiran dan perasaan. Dua hal yang kadangkala memiliki perbedaan yang amat besar. Pikiran berbicara A, sedangkan perasaan lebih condong ke B. Dalam lagu yang syahdu ini, Pak Anies bisa menggunakan sebagai kontemplasi sekaligus relaksasi. Kerja itu capek, lho, Pak. Mbok yao istirahat dulu. Dengerin lagu ini, lagu yang liriknya menohok sekali, apalagi bagian ini, Pak,
“Ku terjebak dalam pusaran waktu
Kau menahanku tak terburu buru
Ambisiku, impianku, yang membutakan….”
#4 Jakarta Story karya Thirteen
“Tempatku lahir, penuh derita dan cerita…”
Lagu ini hadir pada album Thirteen yang berjudul “Epidemic” pada 2011 silam. Jauh di mana Pak Anies dilantik sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta. Namun, dalam lagu ini, barangkali Pak Anies bisa menerawang bagaimana perasaan warganya akan Jakarta itu sendiri. Kesepian di tengah keramaian, asing di sekitar pertemuan yang sering, hingga contoh lainnya seperti apa yang digambarkan dalam lagu ini, “Jakarta penuh dengan benci, penuh dengan deritanya. Jakarta takkan pernah kembali seperti dulu”.
#5 Aku Bukan Musuhmu karya Pee Wee Gaskins feat Erwin Saz
Entah kenapa, lagu pop punk yang satu ini pokoknya harus didengarkan sama Pak Anies dalam mengisi tenaga ketika hari libur. Atau sebagai teman mengiringi jogging di Minggu pagi. Walau sebenarnya Pak Anies tidak memiliki musuh karena dicintai oleh umat, tapi sah-sah saja lah untuk didengarkan oleh blio. Apa lagi bagian ini,
“Dunia ini penuh angkara
Janganlah kita tambah lagi
Saling bicara berjabat tangan
Kita semua anak manusia…”
Kemudian Erwin Saz dengan chill-nya mendendangkan lirik yang tak kalah indah dari teriakan magis San-san, “Oh kenapa kau, tak berikan aku satu senyuman, seperti teman, bukan kepalan, aku bukanlah lawan.”
Semangat untuk Pak Anies dan seluruh jajaran yang terlibat dalam pembangunan Sirkuit Monas. Juga, semangat untuk mengatasi banjir yang melanda Jakarta.
#6 Winning Run karya Opening Anime Let’s Go (Indonesia Version)
Berkat anime yang sering diputar di Minggu pagi, masa kecil saya sungguh luar biasa dengan melihat mobil-mobil Tamiya melaju dengan begitu ganasnya. Termasuk opening dalam anime ini, sepertinya cocok untuk didengar oleh Pak Anies. Bukan apa-apa, hanya saja supaya Bapak Anies Baswedan sadar bahwa apa yang ia upayakan adalah sebuah perwujudan kepingan puzzle impian anak-anak di Indonesia yang ingin melihat balap mobil tingkat dunia.
Akhirnya, sebentar lagi saya bisa melihat live action Sonic Saber dan Magnum Saber dengan skala mobil balap yang lebih besar di Sirkuit Monas. Dan semoga saja, playlist yang saya buat ini bisa dibaca oleh blio agar tidak jenuh apa lagi kecapekan karena semua sayang Pak Anies.
BACA JUGA Menyoal Balapan Mobil di GBK: Setuju atau Tidak? atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.