Saya adalah salah satu dari sekian banyak pembaca buku yang punya kebiasaan agak aneh. Kalau ditanya buku seperti apa yang disukai, saya akan menjawab: buku yang sedih. Memang kedengarannya nggak lazim. Saya sering mencari rekomendasi novel atau buku yang bisa membuat air mata ini mengalir deras.
Selama ini, alur cerita dari novel atau buku semacam itu lebih bisa saya ingat dibandingkan yang lainnya. Gejolak emosi, usaha menahan suara tangis agar nggak mengganggu teman kos sebelah kamar, dan mata bengkak keesokan harinya adalah pengalaman membaca yang anehnya selalu saya ulang dengan sukarela.
Karena nggak pengin dicap aneh sendirian, berikut saya bagikan rekomendasi novel yang cocok dibaca kalau kalian juga ingin menumpahkan kesedihan. Siapa tahu di antara kalian ada yang sedang mellow dan ingin menangis sesenggukan, tapi malu kalau sampai ketahuan.
#1 Hujan – Tere Liye
Rekomendasi novel pertama adalah novel berjudul Hujan karya Tere Liye. Hujan bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Lail yang nggak pernah berani mengungkapkan rasa kagum dan cintanya kepada pemuda bernama Esok. Lail mengagumi sosok Esok yang cerdas dan penyayang.
Perasaan Lail itu nggak muncul seketika. Pertemuan mereka berawal saat gunung api purba meletus dan menimbulkan gempa dahsyat. Lail dan ibunya yang terjebak di kereta bawah tanah saat itu susah payah berusaha menyelamatkan diri. Sayangnya hanya Lail yang berhasil lolos, sementara ibunya harus bertemu maut. Hingga kemudian Lail bertemu dengan Esok dan melewati hari-hari mereka di pengungsian.
Membaca novel ini akan membuat kalian terenyuh saat mengikuti kisah Lail dan Esok yang menyambung hidup sebagai sesama anak yatim. Kehidupan di pengungsian nggak mudah untuk anak remaja seperti mereka. Mereka harus beradaptasi dengan ritme hidup baru sambil sesekali digelayuti rasa sedih dan rindu kepada orang tua. Namun, di tengah perubahan hidup yang nggak diharapkan itu, kedua sahabat ini tetap ada untuk menyemangati satu sama lain. Sampai ketika Lail mulai memendam perasaan khusus kepada Esok.
Karakter Lail digambarkan sebagai cewek yang nggak ingin berterus terang, tapi diam-diam berharap si cowok bisa peka. Hujan memberikan pelajaran bahwa ada kalanya diam bukanlah solusi. Diam hanya menutupi dan menunda masalah. Kita juga nggak bisa berharap orang lain mengerti apa yang nggak kita ucapkan.
#2 Di Tanah Lada – Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Rekomendasi novel kedua adalah novel karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Membaca novel-novel Ziggy berarti siap-siap untuk hanyut dalam diksi indah, tapi tetap mudah dimengerti. Sama halnya dengan novel keduanya yang berjudul Di Tanah Lada ini. Ziggy mengajak kalian untuk mengikuti kisah bocah cewek bernama Ava yang berusia 6 tahun dan sahabatnya, P, yang berusia 10 tahun.
Berbeda dari anak seusianya, Ava terbiasa berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baku hingga terdengar agak kaku. Sedangkan P digambarkan sebagai bocah cowok yang dipaksa dewasa oleh keadaan.
Perasaan kalian akan dibuat campur aduk ketika membaca novel ini. Ada satu potongan cerita yang membuat saya terheran-heran, yaitu ketika ayah Ava dulu berniat menamainya Saliva yang berarti air liur. Ayahnya menganggap kalau Ava sama sekali nggak berguna seperti air liur.
Di balik tingkah polos dan sikap Ava dan P yang menggemaskan, rupanya tersimpan kenyataan pahit. Siapa pun bisa bergetar hatinya ketika membaca pandangan lugu anak kecil yang merespons rumitnya hidup orang dewasa.
#3 Seribu Wajah Ayah – Azhar Nurun Ala
Banyak hal yang bisa menghalangi seseorang untuk mengungkapkan kerinduannya kepada orang lain. Tidak ingin mengganggu, gengsi, hingga menganggap semua baik-baik saja selama ini adalah tiga alasan yang membuat tokoh ayah dan anaknya di novel ini saling memendam rindu.
Rekomendasi novel yang bisa membuat kalian nangis sesenggukan adalah novel karya Azhar Nurun Ala. Novel berjudul Seribu Wajah Ayah ini bercerita tentang seorang ayah dan anaknya yang saling memendam rindu mendalam, tapi nggak pernah diungkapkan sekali pun.
Saat sang ibu meninggal ketika melahirkan, anak dan ayah ini masih melewati hari-hari dengan kehangatan dan kasih sayang. Namun, sejak si anak dewasa, kehidupan perantauan lebih banyak menyita waktunya. Di kampung halaman, sang ayah nggak ingin membuat si anak khawatir dengan kabarnya terkini dan hanya bisa berdoa dalam diam untuk kesuksesan si anak. Nggak pernah terpikirkan oleh si anak bahwa kepulangannya yang berikutnya adalah untuk menemui sang ayah di peristirahatan terakhir.
Saya sangat merekomendasikan novel ini karena bagi saya pribadi, segala hal tentang orang tua selalu mampu menguras air mata. Apalagi ketika dihadapkan dengan kisah kematian yang datangnya nggak pernah menunggu siapa pun siap.
#4 Laut Bercerita – Leila S Chudori
Novel Laut Bercerita bisa dibilang jadi novel yang sering direkomendasikan orang. Dan saya setuju mengapa novel karya Leila S Chudori ini memang wajib masuk daftar rekomendasi novel. Kebanyakan pembaca akan terenyuh dengan kisah Biru Laut dan teman-temannya yang memperjuangkan reformasi bagi Indonesia yang sudah lama hidup dihantui bayang-bayang Orde Baru.
Bagi saya, ada satu bagian yang rasanya pedih sekali saat dibaca. Adalah ketika Laut dan teman seperjuangannya disiksa, ditendang, disetrum, disayat, bahkan digantung. Membayangkan luka fisiknya memang sangat mengerikan, tapi luka batin dan trauma psikologis yang nggak main-main jauh lebih membuat kepikiran.
Di sisi lain, keluarga para aktivis itu terus mendesak pemerintah untuk mengusut kejelasan nasib anak-anak mereka. Sama seperti di negeri Wakanda, para aktivis yang hilang itu hanya tinggal nama. Maka dari itu, membaca novel ini juga mengantarkan kalian kepada pelajaran mengikhlaskan.
Nah, itulah 4 rekomendasi novel yang alur ceritanya akan mengundang air mata. Jika ingin menghabiskan waktu bersedu sedan, deretan novel di atas layak untuk kalian pertimbangkan. Sudah pernah baca yang mana?
Penulis: Cindy Rebecca Christine
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Novel Klasik Bertema Horor yang Bisa Kamu Baca Gratis di iPusnas.