Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Rasulan Gunungkidul: Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

Jevi Adhi Nugraha oleh Jevi Adhi Nugraha
17 Maret 2023
A A
Rasulan Gunungkidul: Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

Rasulan Gunungkidul: Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Rasulan atau bersih dusun menjadi salah satu tradisi masyarakat Gunungkidul yang sampai detik ini masih lestari. Hampir setiap tahun, mayoritas warga yang hidup di Bumi Handayani akan menggelar upacara adat ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Biasanya, pelaksanaan upacara adat Rasulan akan diadakan setelah panen atau sesuai hari yang telah ditentukan tokoh adat setempat. Dalam pelaksanaannya, warga akan berbondong-bondong ke Balai Padukuhan atau tempat sakral tertentu untuk mengikuti upacara kenduri. Adapun ubarampe yang dibawa saat prosesi ini, yaitu nasi ingkung dan lauk-pauk, apem, ketan, kolak, gedhang raja, serta jajanan pasar lainnya.

Tujuan utama dari tradisi Rasulan sendiri adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah. Selain itu, tradisi ini juga sebagai bentuk doa atau permohonan agar warga masyarakat terhindar dari segala musibah dan mara bahaya.

Lahir dan tumbuh besar di Gunungkidul, bikin saya cukup akrab dengan tradisi Rasulan. Bahkan, sama seperti hari Lebaran, acara bersih dusun ini juga acap dijadikan momentum untuk berkumpul bersama keluarga dan silaturahmi dengan orang-orang terdekat. Banyak sekali kerabat, sahabat, dan orang-orang terdekat yang akan berkunjung ke rumah dan menyantap hidangan tradisional bersama-sama nan menggugah selera.

Tradisi baik yang disalahgunakan

Seiring berjalannya waktu, tradisi Rasulan tampaknya mulai mengalami pergeseran nilai. Dulunya, upacara adat ini cukup dilaksanakan dengan acara kenduri, ater-ater (memberi makanan untuk sanak-saudara), dan menjamu tamu. Namun saat ini, setiap kampung yang melaksanakan tradisi Rasulan, hampir bisa dipastikan akan menyisipi atau mengadakan hiburan tertentu, seperti acara pawai, konser musik, pertandingan sepak bola, dan jenis hiburan lainnya.

Sebenarnya nggak ada yang salah dengan kebiasaan ini. Sebab, ada sejumlah kampung yang memang wajib mengundang kesenianan tradisional, seperti pertunjukan, wayang kulit, Tayuban, dan Jathilan, sebagai syarat menggelar tradisi Rasulan. Namun, yang menjadi persoalan adalah ketika mengisi tradisi ini dengan hiburan yang jauh korelasinya dengan nilai-nilai luhur Rasulan dan cuma sekedar untuk unggul-unggulan tontonan antardesa.

Ya, nggak sedikit kampung di Gunungkidul setiap tahunnya seolah berlomba-lomba ingin menjadi desa terpandang dengan cara menghadirkan tontonan yang super wah dan gembebyar. Bahkan, ada semacam paham bahwa semakin mewah hiburannya atau kondang bintang tamu yang dihadirkan, maka wilayah tersebut akan diakui oleh kampung lain.

Rasulan yang (sayangnya) berubah jadi ajang adu gengsi

Adanya pemahaman tersebut, tak ayal membuat agenda tahunan masyarakat Gunungkidul ini tak ubahnya seperti ajang adu gengsi antardesa. Agar ambisi ini terpenuhi, warga acap dimintai iuran oleh pemangku wilayah dengan jumlah nominal yang nggak sedikit.

Baca Juga:

Kasihan Solo, Selalu Dibandingkan dengan Jogja, padahal Perbandingannya Kerap Tidak Adil!

Drini Park, Tempat Wisata Viral di Gunungkidul yang Cukup Dikunjungi Sekali Saja

Sama seperti di kampung lainnya, di desa juga menerapkan pola yang sama. Setiap kali mau mengadakan tradisi Rasulan, biasanya warga diminta untuk iuran sekitar 400- 500 ribu. Jumlah yang tentu cukup besar untuk ukuran warga yang tinggal di bawah kaki bukit dan mayoritas bekerja sebagai buruh tani.

Biaya segitu belum termasuk anggaran yang dikeluarkan warga untuk membeli bahan pokok makanan khas Rasulan. Pasalnya, dalam tradisi Rasulan, ada kebiasaan memberi sega berkat untuk sanak-saudara atau orang Gunungkidul menyebutnya ater-ater. Jadi, menurut riset kecil-kecilan yang saya lakukan, warga harus merogoh kocek sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta setiap kali mengadakan tradisi Rasulan.

Memang, hal seperti ini nggak semestinya dikalkulasi. Saya paham betul kalau tradisi ini semata-mata sebagai ungkapan rasa syukur. Tapi, adanya agenda tambahan berupa hiburan yang berlebihan dengan maksud adu gengsi, bukankah justru semakin memberatkan beban warga?

Yang wajar-wajar saja

Sekali lagi, sesungguhnya nggak ada yang salah menghadirkan tontonan atau hiburan saat menggelar tradisi Rasulan. Terlebih untuk tujuan nguri-nguri kesenian tradisional, seperti kethoprak, karawitan, wayang kulit, tari tayub, dan jathilan. Sebab biar bagaimana pun, Rasulan juga menjadi salah satu cara atau bentuk apresiasi. Terlebih untuk para seniman tradisi.

Kendati demikian, tentu saja kalau mau mengadakan acara hiburan saya pikir harus ada ada korelasi sama tradisi Rasulan. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Kita tahu, kebutuhan sehari-hari masyarakat Gunungkidul itu sangat banyak lho. Nggak sedikit acara-acara tradisi di luar Rasulan yang juga membutuhkan biaya besar. Sebut saja tradisi selametan orang meninggal, hajatan pesta pernikahan, ruwahan, hingga tagihan bulanan.

Jadi, menurut saya pribadi, tradisi Rasulan harus kembali ke khittahnya, yakni melakukan upacara adat kenduri sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan agar terhindar dari mara bahaya. Bukan malah dijadikan ajang adu gengsi yang kering makna dan minim esensi.

Maka dari itu, saya rasa sudah seyogyanya para pemangku wilayah di setiap dusun lebih bijak dan peka dengan kondisi ekonomi warga. Misal ngebet banget bin ngeyel pengin mengisi Rasulan dengan hiburan, pastikan biaya iuran nggak memberatkan warga dan sewajarnya saja. Sederhananya, buat apa bikin acara gembebyar dan kampung terpandang, kalau masyarakatnya masih banyak yang mati kelaparan?

Percayalah, “maksa” bikin acara gede-gedean di tengah masyarakat berstatus ekonomi rendah, nggak akan membuat sebuah kampung dipandang maju. Justru sebaliknya, hal itu cuma bakal jadi bahan olok-olokan dan menambah daftar panjang angka kemiskinan di Bumi Handayani.

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Rasulan, Ekspresi Nyata Kegembiraan Masyarakat Gunungkidul

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Maret 2023 oleh

Tags: adu gengsiGunungkidulpergeseran nilairasulan
Jevi Adhi Nugraha

Jevi Adhi Nugraha

Lulusan S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdomisili di Gunungkidul.

ArtikelTerkait

Surat Terbuka untuk Bupati Gunungkidul yang Lagi Sibuk Bikin Taman Kota

Surat Terbuka untuk Bupati Gunungkidul yang Lagi Sibuk Bikin Taman Kota

24 Oktober 2022
Kicikan, Kuliner Khas Gunungkidul yang Layak Dikenal Banyak Orang, biar Taunya Nggak Cuma Belalang Goreng

Kicikan, Kuliner Khas Gunungkidul yang Layak Dikenal Banyak Orang, biar Taunya Nggak Cuma Belalang Goreng

28 April 2025
Pantai di Gunungkidul Tak Seindah Dulu: Kebanyakan Promosi, Banyak yang Perlu Dibenahi

Pantai di Gunungkidul Tak Seindah Dulu: Kebanyakan Promosi Padahal Banyak yang Perlu Dibenahi

10 Juli 2023
5 Gua di Gunungkidul yang Sebaiknya Dikunjungi Mapala Reza Fitriyanto Shutterstock

5 Gua di Gunungkidul yang Sebaiknya Dikunjungi Mapala

5 Maret 2022
5 Mi Ayam Paling Lezat di Gunungkidul Terminal Mojok

5 Mi Ayam Paling Lezat di Gunungkidul

10 April 2022
Bocoran Jenis-jenis Ritual yang Dilakukan oleh Calon Pejabat Saat Musim Pemilu dari Dukun Gunungkidul

Bocoran Jenis-jenis Ritual yang Dilakukan oleh Calon Pejabat Saat Musim Pemilu dari Dukun Gunungkidul

17 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.