Katanya nama adalah sebuah doa. Berlaku untuk manusia saja? Nggak juga. Nama adalah doa juga berlaku untuk sebuah daerah. Apa yang terjadi ketika nama sebuah daerah itu mirip dengan daerah lain? Jangan-jangan nama-nama tersebut dipersiapkan untuk anak kembar. Bisa jadi, kan, ketika nama Purwokerto, Purwakarta, dan Purworejo diciptakan.
Tiga nama daerah itu bisa sangat “menyesatkan”, terutama bagi mereka yang suka bolos pelajaran Geografi. Sekilas terlihat mirip. Bahkan Purwokerto dan Purwakarta sering dikira nama satu daerah mengingat penggunaan huruf “o” dan “a”. Padahal, kedua daerah berada di provinsi yang berbeda.
Membedakan ketiga nama itu bisa jadi urusan yang menantang. Sudah begitu, masih menghadirkan dilema, khususnya bagi pendatang, seperti saya.
Dilema karena nama
Ceritanya begini….
Saya asli Pati. Suatu ketika, saya mendapat kabar diterima di sebuah kampus negeri di Purwokerto. Tentu ini sebuah kabar yang menyenangkan mengingat saya memang pengin melanjutkan kuliah. Udah gitu, dapat negeri, pula. Namun, di balik euforia, ternyata ada sebuah dilema yang muncul, yaitu menjelaskan lokasi kampus yang ternyata bikin saya mumet.
Suatu hari, salah teman orang tua saya mengucapkan selamat setelah tahu saya diterima di sebuah kampus di Purwokerto. Katanya begini: “Oh, kamu keterima kuliah di Jawa Barat, ya? Selamat, ya.”
“Lho, kok Jawa Barat,” batin saya.
Beberapa detik kemudian saya baru sadar kalau yang dimaksud oleh teman orang tua saya adalah Kabupaten Purwakarta. Eits, tunggu dulu, kerumitan terjadi lantaran di Kabupaten Purwakarta, ada juga kecamatan dengan nama… Kecamatan Purwakarta. Nah, hayo, mana yang sebetulnya dimaksud? Kecamatan atau kabupaten?
Selama puluhan menit selanjutnya saya habiskan untuk menjelaskan bahwa saya diterima di kampus negeri di Kota Purwokerto, yang berada di Kabupaten Banyumas. Kota Purwokerto bahkan menjadi ibu kota dari Kabupaten Banyumas. Yah ini informasi tambahan aja, sih. Biar saya terlihat “sudah menguasai medan” sebelum kuliah di sana.
Sempat ada sanggahan kecil, tapi berhasil saya “bungkam”. Gimana, ya. Purwokerto dan Purwakarta memang cuma beda di huruf “o” dan “a”. Tapi, ya buat orang Jawa, jangan lantas membaca Purwakarta sebagai Purwokerto atas asas “a” dibaca “o” kalau buat orang Jawa. Nggak, ini sangat beda.
Purwokerto yang terasa jauh
Lain hari lain cerita. Setelah Purwakarta, kali ini Purworejo yang terseret. Ada teman yang nyeletuk, “Enak, ya. Tempat kuliahmu dekat Jogja. Berarti kamu ke kota yang teman kita pernah pindah dulu ya?”
Kalau pertanyaan perbedaan Purwokerto dan Purwakarta sudah bisa diantisipasi, kali ini saya harus punya jalan pintas lagi. Kalau provinsi sudah nggak bisa, saya mengeluarkan jurus lainnya.
Akhirnya, kalau menjelaskan Purwokerto dan Purworejo, saya pakai pengetahuan soal karesidenan! Walaupun kadang nggak relevan sama anak zaman sekarang, justru perbedaan letak geografis ini masih relevan bagi orang-orang yang cukup sepuh.
Namun, karena pertanyaannya datang dari teman saya, mau tidak mau harus ada opsi kedua. Karena provinsi dan karesidenan sudah tidak mempan, satu-satunya jalan ya cuma pembedaan berdasarkan plat nomor. Ya setidaknya kalau bertemu plat nomor R itu berarti dari sekitar Banyumas, kalau AA dari sekitar Purworejo.
Tantangannya nggak sampai situ saja. Ada juga orang yang ingin tahu tapi hanya paham landmark atau kota terkenal saja. Di sini tantangan yang cukup susah karena Purwokerto juga nggak punya kota terkenal yang dekat dari daerah ini.
Jangan bolos pelajaran Geografi
Kalau Purwakarta bisa dijelaskan dengan “2 jam dari Bandung”, Purworejo “1 jam dari Jogja”, terus kalau Purwokerto apa? Dari Semarang sekitar 5 jam, Jogja, dan Solo juga malah lebih jauh lagi. Paling mentok menghubungkannya dengan Tegal atau Brebes meskipun ya sebenarnya cukup jauh juga. Atau kalau nggak mau repot, paling bilang 2 jam dari perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penjelasan ini yang kadang bikin orang mikir kalau Purwokerto jauh dari mana saja.
Buat kalian yang akan mengambil kuliah di Purwokerto, mulai sekarang harus mengasah pengetahuan geografis tentang kota ini. Pertanyaan basa-basi tentang daerah yang ada di lereng Gunung Slamet ini terkadang lebih sulit daripada ujian masuk PTN-nya sendiri!
Penulis: Laksmi Pradipta Amaranggana
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Bangsa Ngapak Itu Nggak Cuma Banyumas, Ada Pemalang Juga yang Kaya Cerita.