Daftar Isi
Keberadaan stasiun yang merepotkan warga Purbalingga
Nah, inilah yang dikeluhkan teman saya, yaitu soal stasiun. Dulu, Purbalingga memiliki sebuah stasiun yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Kandang Gampang. Namun, kereta api jurusan Purwokerto-Wonosobo malah sudah tidak beroperasi sejak 1978.
Hal ini yang membuat stasiun di kabupaten yang terkenal dengan knalpotnya ini hanya menyisakan sebuah kenangan belaka. Kami, sebagai warga Purbalingga, mau nggak mau harus ke Purwokerto dulu jika hendak bepergian dengan kereta api. Sangat merepotkan!
Moda transportasi
Untuk moda transportasi, Purwokerto memiliki dua pilihan, yaitu Trans Banyumas dan Trans Jateng. Trans Banyumas sendiri beroperasi di Purwokerto, Baturraden, dan Ajibarang. Sementara itu, Trans Jateng melayani rute Purwokerto-Purbalingga.
Purbalingga? Kami hanya bisa menikmati layanan Trans Jateng saja. Rutenya saja malah tidak merambah semua sudut Purbalingga. Paling mentok hanya sampai Kecamatan Bukateja Saja.
Fasilitas publik dan ruang terbuka
Purwokerto berevolusi sedemikian cepatnya dari tahun ke tahun. Pemugaran di berbagai lini sudah terlaksana. Pembangunan kawasan Jalan Bung Karno yang terdiri dari jembatan, Madhang Maning Park, dan Menara Teratai sudah terealisasi. Sementara itu, proses pembangunan masjid agung dan islamic center masih dalam proses pembangunan. Alun-alun pun selalu ramai oleh pengunjung dan penjual di segala sisi.
Mari kita bandingkan dengan Purbalingga, kota ini memang punya alun-alun di pusat kota. Namun, saat ini sepi karena pemerintah melarang PKL jualan di sana. Kami juga punya islamic center, kok. Bahkan lebih dulu daripada Purwokerto. Sayangnya, islamic center kami dikorupsi sama bupati yang sekarang dan sudah duduk di kementerian sosial itu, loh! Dasar problematik!
Bidang F&B Purwokerto jauh lebih maju
Saya masih ingat betul saat McD membuka cabangnya di Purwokerto pada Mei 2023. Adik sepupu saya memaksa saya untuk mengantarnya berburu burger di restoran asal Amerika itu. Padahal, antrenya itu panjang banget persis kaya ngantre dana bansos yang salah alokasi itu. Selain itu, setiap pergi ke Purwokerto, adik saya merengek untuk dibelikan Mie Gacoan. Hal ini karena Mie Gacoan nggak ada cabangnya di Purbalingga.
Itulah kecemburuan saya kepada Purwokerto. Sebuah rasa cemburu yang sebetulnya kini sudah berubah menjadi iri. Semoga Purbalingga lekas berbenah dan semakin maju sehingga kami tidak iri lagi dengan tetangga.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Masalah Purwokerto: Terminal Bulupitu yang Berpotensi Menyusahkan Mahasiswa dan Warga