Setiap pagi, saya pergi ke kantor menggunakan kendaraan roda dua. Pengalaman saya, jalanan Purbalingga semakin hari semakin ramai, baik jalur kota maupun jalur kecamatan. Kondisi ini sangat berbeda ketika saya masih duduk di bangku SMA beberapa tahun lalu. Saya merasa jalanan Kota Perwira masih lengang, tidak seramai saat ini.
Sekarang ratusan motor memadati jalanan, entah pagi atau sore hari. Keramaian nggak hanya disebabkan oleh pelajar, tapi juga para pekerja pabrik. Hampir setiap pagi saya selalu beradu kecepatan dengan para pegawai pabrik yang mengejar waktu ke tempat kerja. Tak jarang, saya mendapati para pegawai pabrik yang didominasi para perempuan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Semua itu mereka (para pegawai pabrik) lakukan semata-mata agar tidak terlambat. Saya juga sering menjumpai suami yang mengantarkan istrinya setiap pagi menuju pabrik tempat sang istri bekerja. Fenomena ini menjadi hal yang wajar ditemui ketika kalian melintasi jalanan Purbalingga di pagi atau sore hari.
Purbalingga Kota Industri, tapi UMR-nya nggak seberapa
Apabila dibandingkan dengan kota industri Karawang, Purbalingga sebenarnya sangat jauh tertinggal. Karawang menjadi tujuan para perantau yang hendak mengadu nasib. Selain banyak lowongan karena memang ada banyak industri di sana, UMR Karawang tergolong tinggi dibanding daerah lain di Indonesia. Bahkan, beberapa kawan saya yang baru setahun kerja di Karawang sudah bisa membeli motor. Bukan motor bekas yang mereka beli, melainkan motor dengan kecepatan 150 cc seperti, CB 150R, CBR, Vixion, dan KLX.
Bukan maksud saya untuk tidak bersyukur. Tapi, membandingkan UMR antara satu daerah dengan daerah lain adalah sikap manusiawi sebagai makhluk ekonomi. Ada keperluan sandang, pangan dan papan yang harus dipenuhi.
Saya selalu penasaran kenapa Purbalingga yang mulai banyak pabrik, UMR-nya begitu jauh dari Karawang. Lantas, apa urgensi pemerintah setempat mengizinkan pembangunan banyak pabrik kalau UMR Purbalingga segitu-gitu saja? Hanya adu gengsi sebagai daerah yang mampu menyerap tenaga kerja? Jika iya, maka pemerintah hanya mengais validasi semata.
Baca halaman selanjutnya: Banyak pemuda yang …