Beberapa waktu lalu, Majelis Ulama Indonesia mengharamkan penggunaan uang kripto sebagai mata uang pengganti Rupiah, apalagi jika uang kripto itu tidak berbasis aset. Jumat minggu lalu, Indodax sebagai salah satu bursa kripto terbesar di Indonesia mengumumkan delisting Vidycoin karena Otoritas Jasa Keuangan menemukan adanya sistem berbasis multi level marketing. Nah, masalahnya, cukup banyak sudah masyarakat kita yang terlibat dalam perdagangan uang kripto baik di bursa domestik maupun internasional. Jadi?
Sepuluh tahun lalu, teman saya di sekolah yang kebetulan merupakan seorang overclocker komputer mengajak saya berpatungan memborong Bitcoin. Saat itu harganya hampir tidak ada. Seingat saya, saat itu Bitcoin muncul untuk pertama kalinya di media massa Indonesia yaitu koran Kompas, membelinya harus dari bursa internasional, dan menabungnya butuh hard disk khusus yang nilainya jauh lebih mahal dari Bitcoin itu sendiri. Kenapa? Ya agar tidak hilang akibat digunakan bersama-sama dengan kegiatan komputasi sehari-hari.
Jadi beli? Ya jelas tidak, merepotkan. Hari ini sudah banyak orang, termasuk beberapa di antaranya ada di sekitar saya, yang menikmati kenaikan derajat hidup secara signifikan alias kaya mendadak dari uang kripto. Tidak hanya dari Bitcoin, tetapi juga Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu, dan masih banyak lagi.
Terus terang, saya tidak pernah menyesal karena tidak mencoba peruntungan yang sama dan memilih untuk mencari uang via jalur konvensional. Menjadi pekerja kantoran dan salah satu sampingannya ya menulis di Mojok ini. Meskipun kenaikan harganya terbukti menjanjikan, saya memiliki beberapa alasan mengapa belum saatnya kita memiliki uang kripto.
#1 Transfer uang kripto itu mahal
Jika mau mengirimkan uang ke sesama rakyat Indonesia, Bank Indonesia akan segera menyediakan sistem BI-FAST dengan biaya per transaksi paling mahal Rp2.500. Sebelum sistem ini beroperasi pun, beberapa bank sudah memberikan jatah transfer gratis dengan batas dan ketentuan tertentu. Penerima uang bisa menarik uang yang mereka terima, jika berada dalam kondisi membutuhkan uang, secara gratis.
Lain halnya dengan transfer melalui kripto. Biayanya sangat beragam bergantung pada koin apa yang digunakan. Anda juga tahu bahwa harga uang kripto itu begitu volatile. Jika transaksi terkait dengan jual-beli barang fisik yang berharga, tentu pembeli menginginkan koin yang pergerakan harganya stabil seperti Bitcoin atau Ethereum.
Merujuk ke situs Tokocrypto, biaya transfer Bitcoin sekitar 0.0005 BTC atau setara Rp400 ribuan dan biaya transfer Ethereum sekitar 0.0035 ETH atau setara Rp240 ribuan. Sebenarnya bursa menentukan biaya setinggi ini sehingga mereka bisa memberikan miner fee lebih tinggi dan membuat transaksi selesai lebih cepat. Itu pun tetap tidak seinstan transfer antarbank saat ini. Jika penerima uang langsung ingin mengonversi uang kripto yang diterimanya menjadi uang tunai, mereka harus membayar lagi biaya penarikan ke bursa.
Bagaimana jika transfer uang ini melibatkan antarnegara? Tergantung seberapa cepat uang itu harus sampai dan berapa banyak uang yang dikirimkan. Penggunaan Bitcoin bagus untuk transaksi yang butuh waktu cepat dan bernilai sangat besar bahkan melebihi batasan yang diberlakukan oleh bank. Sebaliknya, layanan seperti TransferWise atau PayPal akan lebih menarik jika Anda bisa menunggu beberapa hari kerja dan nilai transaksinya tidak besar.
#2 Menciptakan gejolak kehidupan
Mayoritas uang kripto diciptakan dengan batas suplai tertentu yang ditentukan dari awal. Berbeda dengan mata uang pada umumnya, di mana Pemerintah bisa menetapkan kebijakan untuk menambah atau mengurangi jumlahnya. Hal ini menjadikan uang kripto sebagai aset yang lebih tahan terhadap inflasi secara teoritis, bahkan cenderung mengalami deflasi. Masalahnya, kenaikan harga kripto itu sedemikian luar biasa sampai-sampai banyak gejolak terjadi dalam kehidupan. Baik di dunia kripto itu sendiri maupun kehidupan sehari-hari yang tidak menggunakan uang kripto, sama-sama bermasalah.
Bagi pemilik kripto yang sudah sukses to the moon seperti Bitcoin dan Ethereum, modal kecil untuk pembelian saat ini hanya akan mendapatkan aset dengan nol di belakang koma yang cukup banyak. Meskipun menjanjikan peluang naik tanpa batas dalam waktu singkat, turun sampai habis dalam waktu singkat juga bisa. Dan ingat, pasar itu berlangsung selama 24 jam di seluruh dunia. Sedikit saja sentimen negatif yang tidak disukai pasar, ditambah lagi ulah dari para pemegang modal besar yang terlanjur untung besar pula, atau pelaku pump and dump, tampilan pasar bisa berubah menjadi berdarah-darah.
Ditambah lagi mata uang kripto baru terus bermunculan, sehingga mereka yang menginginkan untung maksimal harus terus pasang mata kapan momen terbaik untuk masuk dan meninggalkan suatu mata uang. Tentu mengkhawatirkan kan jika suatu hari pengembang dan miners atau stakers tidak lagi mau setia, lalu memutuskan untuk lari dengan mata uang baru mereka?
Bagi mereka yang tidak punya uang kripto dan memiliki kebutuhan untuk bertransaksi dengannya, ya jelas membuat pusing kepala. Jika harus bekerja sama dengan para pemilik uang kripto, ya harus siap menghadapi fluktuasi mood dan fokus mereka yang tidak penuh karena mungkin saja mereka begadang demi memastikan nilai aset digitalnya baik-baik saja.
Ketika membutuhkan kartu grafis yang mumpuni untuk content creation dan gaming, harganya sudah terkerek naik oleh para miners. Jika memiliki bisnis yang membutuhkan sokongan modal, mereka harus bersaing untuk memberikan prospek investasi yang menarik dibandingkan membeli uang kripto dan terlibat dalam kegiatan mining atau staking. Waduh.
Yang paling kesal adalah jika Anda yang tidak berinvestasi uang kripto berada dalam satu circle dengan mereka yang berhasil kaya dari uang kripto dan mereka berbuat semena-mena. Standar harga-harga jadi naik karena mereka begitu royal dalam mengeluarkan uang, ditambah lagi Anda mungkin diledeki. Investasi ilmu, investasi properti, punya surat berharga, berbisnis, bekerja keras, tetapi tidak kaya-kaya dan kalah terhadap investor kripto!
#3 Apa dasar valuasinya dan ke mana uang hasil penawaran koin perdana?
Saham yang merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan bisa dinilai berbeda oleh pihak yang berbeda. Tergantung pada bagaimana memandang secara historis kinerja teknikal dan fundamental, serta prospek perkembangan perusahaannya ke depan. Jika suatu perusahaan yang bisnisnya cukup jelas, gambaran besar rencana bisnisnya terpublikasi, dan laporan keuangannya teraudit saja cukup sulit untuk dilakukan valuasi terhadapnya, bagaimana terhadap mata uang kripto? Ini tergantung pada bagaimana kita memandang mata uang kripto tersebut.
Mata uang kripto yang benar-benar diposisikan sebagai mata uang untuk berkirim paling tidak memiliki dua sudut pandang dalam menentukan nilainya. Pertama, jika mata uang ini masih bisa ditambang, berapa biaya yang dikeluarkan oleh miners untuk membeli kartu grafis mahal itu dan mendanai operasional rig-nya, serta berapa fee yang didapat akan menentukan seberapa mahal harga uangnya.
Jika mata uang ini menggunakan sistem proof-of-stake, berapa insentif yang diberikan kepada mereka yang mau mengunci kepemilikan uangnya dalam durasi tertentu alias staking. Kedua, bagaimana prospek perkembangan sistem blockchain di belakangnya sehingga bisa menyediakan solusi bertransaksi yang cepat dan murah. Ketiga, bagaimana pengembang sistem dan miners atau stakers mengalokasikan dana yang mereka dapat masing-masing. Dari penawaran koin perdana dan pendapatan atas transaction fee untuk diinvestasikan kembali dalam pengembangan sistem.
Intinya, nilai mata uang bergantung pada komitmen pengembang sistem dan keberadaan miners atau stakers.
Mata uang kripto yang diposisikan sebagai mata uang untuk pembelian dalam aplikasi atau bursa lainnya bergantung pada nilai produk yang diperdagangkan. Lalu, ditambah seberapa besar minat warganet terhadap produk tersebut, dan bagaimana pengelola terus mengembangkan produknya sehingga senantiasa menarik. Mata uang berbasis aset memiliki nilai minimum berupa nilai dari cadangan aset yang dialokasikan per satuan nilai uang, tetapi pergerakannya jelas kurang menarik. Apalagi jika mata uang ini bersifat stablecoin seperti USD Tether.
Nah, kalau mata uang kriptonya bisa menjadi paket lengkap, itu akan memudahkan dan menarik. Apalagi jika mata uangnya merupakan buatan anak bangsa, berguna untuk masyarakat, dan menguntungkan, ini lebih luar biasa lagi. Bangga kan? Bangga kan?
Saya mendukung Pak Ridwan Kamil untuk memasarkan hasil kreativitas seniman lokal dan memaksimalkan harga jualnya melalui NFT. Tetapi, saya lebih senang lagi jika NFT tersebut bisa dipasarkan di bursa, jaringan blockchain, dan mata uang kripto terbitan dalam negeri. Saya ingin mata uang tersebut laku di mata konsumen domestik maupun internasional dengan daya beli yang terjaga, tetapi laku tersebut haruslah berdasarkan prospek alaminya. Bukan atas permainan dari kelompok pump and dump, menggunakan sistem MLM seperti Vidycoin, atau menjanjikan bunga yang tinggi melalui proses staking.
Selama mata uang seperti ini belum ada, memang belum saatnya kita memiliki aset berupa uang kripto dan setialah saja bersama Rupiah yang ditabung di bank terdekat.
Sumber Gambar:Â Pixabay