ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Punya Profesi Abad 21 di Lingkungan Manusia Abad 20 Kayak Dikutuk Jadi Sysiphus

Aliurridha oleh Aliurridha
17 Maret 2020
A A
Punya Profesi Abad 21 di Lingkungan Manusia Abad 20 Kayak Dikutuk Jadi Sysiphus
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang yang multi-profesi, biasa disebut juga freelancer atau bahasa udiknya pekerja serabutan, pasti susah untuk menghindari pertanyaan, “Kerja di mana?” dari tetangga kepo. Apalagi jika pekerjaanmu adalah profesi abad 21 dan tetangga kepo menanyaimu itu berusia di atas 50 tahun, maka naas hidupmu sudah bisa diperkirakan. Mau menjelaskan sekeras apa pun tidak akan bisa dimengertinya.

Saya sudah sering sekali mengalami kenaasan nasib ini. Tidak bisa menghindari pertanyaan abad 20 tentang profesi dan karier. Padahal karier itu sendiri baru dikenal sejak abad 20 dan profesi itu terus berkembang dari waktu ke waktu. Pekerjaan berubah dengan cepatnya akibat disrupsi teknologi. Lihat saja pialang saham layanan penuh yang digantikan pialang saham online, teller bank yang mulai digantikan layanan ATM setor tunai, dan pekerjaan-pekerjaan yang sudah punah maupun hampir punah lainnya. Siapa pula yang menyangka saat ini akan ada pekerjaan jasa merangkai kata, buzzer, influencer, sampai admin media sosial?

Perkembangan teknologi selalu menghancurkan teknologi yang telah mapan. Lihat saja telpon kabel yang digantikan ponsel, film fotografi digantikan fotografi digital, buku teks standar digantikan buku teks digital, pesawat tempur berawak digantikan drone, dan masih banyak teknologi mapan lainnya yang telah digantikan teknologi baru.

Dunia ini berubah begitu cepat dan manusia harus beradaptasi. Fleksibilitas kognitif adalah kunci untuk menghadapi tantangan abad 21 menurut Yuval Noah Harari. Bekerja tidak melulu harus keluar rumah, menggunakan seragam, berangkat ke kantor pukul 07.00 dan pulang pukul 17.00 karena perkembangan teknologi mempermudahkan pekerjaan dan melahirkan berbagai profesi baru yang tidak membutuhkan semua peraturan kerja abad 20.

Akan tetapi menjelaskan kepada mereka yang tidak mengenal profesi baru akan sangat melelahkan. Jauh lebih melelahkan dari pekerjaan Sisyphus yang mendorong batu ke atas sebuah bukit terus menerus dan ketika sudah sampai di atas malah batu itu dijatuhkan. Kemudian Mas Sisyphus-nya harus mengulangi pekerjaannya mendorong batu ke atas bukit. Kurang lebih seperti itu rasanya menjelaskan pekerjaan abad 21 kepada mereka, manusia abad 20 yang gagap dengan perkembangan zaman.

Saya sering kali melakukan pekerjaan Sisyphus dengan tanya jawab tentang pekerjaan ini yang terjadi berulang-ulang. Misalnya ketika keluar berbelanja dengan wajah kumuh baru bangun maka tetangga saya akan bertanya, “Kamu nggak kerja apa kok baru bangun?” Dalam hati ingin mengumpat rasanya.

“Iya, Bu, sekarang lagi musim rebahan, eh Corona. Saya pilih kerja di rumah saja.”

“Emangnya kerja apa di rumah?”

“Penerjemah, Bu.”

“Ih kalau kerja itu harusnya di kantor. Kamu kan sudah S2 masak tidak bisa cari kerja.”

Kalau sudah seperti ini ya sudah, jalan pura-pura tidak dengar meski hati miris. Itu belum juga apa-apa dibandingkan kalau ada keluarga jauh yang datang berkunjung. Pertanyaan yang paling sering muncul sudah pasti, “Sekarang kerja di mana?” suatu pertanyaan yang sudah saya golongkan sebagai pertanyaan abad 20 karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.

Di era teknologi informasi yang melahirkan banyak profesi baru yang sama sekali tidak bisa dinalar dengan otak abad pertengahan, maka pertanyaan seperti kerja di mana itu rasanya sungguh-sungguh menyesakkan. Ditanya kerja apa masih mending, ini ditanya kerja di mana.

Mau jawab di rumah sudah jelas akan disangka rebahan mulu. Padahal profesi-profesi abad 21 sudah banyak yang tidak membutuhkan kantor dan kerjanya bisa di mana saja, termasuk di rumah. Tapi ya begitulah tetap saja ada yang menyangka bahwa kerjaan profesi abad 21 ini bukanlah kerja sama sekali.

Saya sering kali ditawari kerja ini dan itu yang jujur tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk membiayai hidup keluarga saya ketika beberapa orang keluarga jauh datang mengunjungi. Mungkin merasa kasihan dengan saya yang kerjaannya di rumah terus disangka pengangguran. Padahal sih memang iya, hahaha. Freelancer ya kerja lima hari liburnya bisa tiga minggu. Tergantung bagus tidaknya rezeki dan sekuat apa menyikut saingan.

Sebenarnya saya sih senang-senang saja ditawari kerja. Malah bersyukur kalau pekerjaannya bagus, siapa sih yang tidak mau? Tapi, ini kerjaan anak magang yang kerjanya lebih lelah dari pegawai tetap. Sudah begitu bukannya memberikan penghasilan malah nambah pengeluaran. Upah magangnya bahkan tidak cukup untuk biaya transportasi dan makan saya sendiri, apalagi untuk menghidupi keluarga.

Saya berusaha untuk menjelaskan bahwa saya sebenarnya sudah bekerja, meski kerjaannya datang Senin Kamis, tapi setidaknya satu kali datang kerjaan bisa lebih dari gaji pekerjaan yang ditawarkan kepada saya. Belum lagi kerjaan begitu butuh biaya operasional, paling tidak transportasi karena jarak lokasi yang tidak dekat dengan rumah. Sedangkan kalau kerja di rumah modal paket data, sudah cukup. Intinya tidak capek, tidak keluar duit untuk transportasi, dan bisa dikerjakan sambil rebahan. Nikmat dunia mana lagi yang kau dustakan, Wahai para Perebah?

Tapi ya begitu, tidak peduli kamu menjelaskan sehebat apa, tetap saja informasi itu tidak bisa di proses. Seperti Sisyphus yang terus mendorong batu ke atas bukit, begitulah rasanya hidup dengan profesi abad 21 di lingkungan yang penuh dengan manusia abad 20.

BACA JUGA Penjelasan Ilmiah Kenapa Boomer Nggak Bisa Ngerti Profesi Abad 21 atau tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Maret 2020 oleh

Tags: boomerfreelancerkerja di rumahrebahan
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

Sistem Kerja Remote, Bakal Bikin PNS Setara Freelancer

Sistem Kerja Remote, Bakal Bikin PNS Setara Freelancer

23 Desember 2019
Macam-macam Tipikal Klien yang Sering Dihadapi Seorang Content Writer content writer

Betapa Sulitnya Menjelaskan Profesi ‘Content Writer’ pada Boomer

14 Maret 2020
naskah jawa tembang jawa kaum rebahan serat wulangreh pakubuwana iv cegah dhahar lawan guling mojok

Kaum Rebahan Harus Tahu Nasihat ‘Cegah Dhahar Lawan Guling’ dari Pakubuwana IV

10 Mei 2020
Alasan Kita Nggak Usah Berdebat Masalah Guling yang Dijadikan Bantal dan Sebaliknya

Alasan Kita Nggak Usah Berdebat Masalah Guling yang Dijadikan Bantal dan Sebaliknya

7 Februari 2020
Bagi Saya, Bawa HP ke WC Saat Boker Nggak Kalah Enak Dibanding Rebahan

Bagi Saya, Bawa HP ke WC Saat Boker Nggak Kalah Enak Dibanding Rebahan

7 Maret 2020
investor kaya hanya modal rebahan trading forex platform investasi dunia saham tips investasi binomo trading trader forex saham mojok

Sebenarnya Bisa Nggak sih Kaya Hanya Modal Rebahan?

21 Februari 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Menghitung Penghasilan Kojiro Hyuga di Juventus

Menghitung Penghasilan Kojiro Hyuga di Juventus

Setelah Banyak Kekecewaan, Melihat Politisi Baik Rasanya Aneh terminal mojok.co

Epidemi Virus Corona dan Ketimpangan di Sekitarnya

Kalau Boleh Jujur, Lagunya Mulan Jameela Itu Cihuy Banget, Cuy! terminal mojok.co

Udah, Ngaku Aja Kalau Nyanyi Sambil Berkendara Itu Asyik Betul!



Terpopuler Sepekan

6 Hal yang Perlu Disiapkan Warga Kabupaten yang Berencana ke Jakarta Mojok.co

6 Hal Perlu Disiapkan Warga Kabupaten yang Berencana ke Jakarta agar Tidak Kerepotan

oleh Ahmad Arief Widodo
2 Desember 2023

Saya Kini Curiga dengan Rumah Makan Murah, dan Saya Nggak Asal Omong

Saya Kini Curiga dengan Rumah Makan Murah, dan Saya Nggak Asal Omong

oleh Ahmad Arief Widodo
3 Desember 2023

Rekomendasi Baju Anak di Musim Hujan, Solusi Kekhawatiran Ibu-ibu yang Takut Buah Hatinya Meriang

Rekomendasi Baju Anak di Musim Hujan, Solusi Kekhawatiran Ibu-ibu yang Takut Buah Hatinya Meriang

oleh Hammam Izzuddin
27 November 2023

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

oleh Prabu Yudianto
30 November 2023

5 Rekomendasi Makanan dan Minuman Korea Halal yang Bisa Dibeli di Alfamart

5 Rekomendasi Makanan dan Minuman Korea Halal yang Bisa Dibeli di Alfamart

oleh Intania Lathifah Kirana
28 November 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=auMw4xKznj8

DARI MOJOK

  • Saat Hanung Bramantyo Coba Menghilangkan Mitos Keramat Novel ‘Cinta Tak Pernah Tepat Waktu’
  • 13 Musisi Sepakat, Isu Krisis Iklim Semakin Mendesak Dibicarakan
  • Gudeg Kaleng Bagong Bisa sampai Mancanegara, Ini Kuncinya Awet dan Tahan Lama
  • Seno Gedhe, Sosok yang Kerap Disebut Guru Politik Jokowi Bantah Prediksi Prabowo-Gibran Akan Menang Satu Putaran
  • Glorifikasi Bule Main Musik Keroncong Bukti Inferiority Complex Orang Indonesia dan Masalah Laten yang Tak Kunjung Usai
  • Perjuangan Atlet Renang Cilik Sleman yang Sempat Gagal Naik Podium, Awalnya Takut Air Kini Mimpi Jadi Atlet Nasional
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .