Dari banyak masalah di dunia ini, memandikan kucing adalah salah satu yang paling menyebalkan. Kucing tenang saat mandi adalah anugerah terindah pokoke.
Ini adalah jenis persoalan hidup yang dialami oleh banyak orang, di mana pun itu. Mau agamanya apa, rasnya apa, sukunya mana, bahasanya apa, bintangnya apa, semua pasti setuju jika memandikan kucing bukanlah hal remeh. Perlu dedikasi yang tinggi dan banyak kejutan baru setiap kali kita melakukan prosesi ini. Banyak yang bilang kucing sebenarnya tak perlu mandi. Namun, hidup di masa kini tak semudah itu, Massszzzeeh.
Kucing perlu mandi karena dunia ini bukanlah dunia yang sehat. Polusi, kuman, kutu, virus, penyakit menular, semua bisa dengan mudah menempel ke kucing. Kalau mereka sakit, tentu kita juga yang repot dan sedih. Apalagi kucing yang punya bulu tebal dan panjang, sudah barang tentu harus mandi minimal sebulan sekali. Namun, itu adalah hal yang tak disukai manusia maupun kucing. Memandikan mereka adalah pintu masuk menuju tantangan dan rintangan yang lebih gawat dari Benteng Takeshi.
Masalahnya, entah kenapa, kucing nggak suka mandi. Bahkan, ada kalimat terkenal yang mengatakan “kucing tenang saat mandi adalah keajaiban dunia”.
Tak ada air yang mampu membuat mereka nyaman. Kalau nggak berontak, ya, nyakar. Ada banyak tips yang dibagikan oleh para ahli, tetap jarang yang berhasil. Padahal, kalau bersih mereka sendiri yang untung. Apalagi belum ada yang bikin tips cara menjelaskan pentingnya mandi ke kucing. Seandainya ada yang bikin, sudah pasti semua kucing bakalan nurut. Atau semoga saja akan segera ditemukan Kitab Aji Gineng punya Angling Dharma, biar kita bisa ngomong sama hewan.
Berbeda dengan saat memberi makan, saat disuruh mandi tak ada yang mau mendekat dengan sukarela, hampir selalu diwarnai kejar-kejaran dulu. Mirip anak SD yang kalau sore harus dijemput dari lapangan bola biar segera mandi. Tapi, ini versi yang lebih liarnya. Jika anak SD cukup dipanggil emaknya, kadang ada yang dengan ekstrim bawa kayu atau sapu, tak begitu dengan kucing. Baru dibopong dan melihat bak air, mereka langsung meronta mau kabur. Begitu juga saat air pertama kali mengenai bulunya, drama terbesar pun dimulai.
Tangan harus sigap, satu tangan memegang si anabul, tangan lain aktif menjangkau sabun dan air. Pokoknya di saat seperti ini, kita harus multitasking dan bekerja secepat Sasuke dengan Sharingan, Flash saat mengarungi dimensi waktu, membalas chat gebetan, dan tangan kurus kering anak kos meraih makanan gratis sehabis jumatan. Tapi, secepat apa pun kita, gerakan si anabul sudah barang tentu selangkah di depan dan lebih lincah.
Lalu, apakah hanya itu masalahnya? Nyatanya tidak seenteng itu. Masih ada peralatan mandi yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal dari peralatan mandi pemiliknya. Sebut saja shampo dalam botol kecil yang harganya nggak ngotak itu. Belum lagi yang digunakan untuk membersihkan gigi mereka. Odol saya saja sering dipencet sampai gepeng, hingga setipis kertas HVS. Benar-benar biadap banget. Sudah begitu, si kucing yang wangi dan bersih itu sering tak tahu diuntung. Baru selesai mandi sudah langsung glendotan di tanah atau masuk selokan lagi, angel.
Oleh karena itulah, punya kucing tenang saat mandi adalah sebuah privilese. Bisa bikin beban agak sedikit berkurang. Tak ada drama dan obat luka bernoda kuning di tangan-tangan manusia. Namun, serumit apa pun memandikan mereka, tetap saja mereka kawan yang baik, nggak cerewet, nggak selingkuh, nggak menghakimi, dan suci. Lagi-lagi, nggak kayak kamu, wes mbladus, nesunan sisan!
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya