Walaupun saya bukan seorang rapper, tapi saya cukup menikmati musik hip hop dan mengikuti perkembangannya. Khususnya di Indonesia. Genre ini saya rasa lebih fleksibel jika dibanding dengan genre musik lainnya. Mereka (musisi hip hop) selalu punya sajian seru buat para pendengarnya. Baik itu lewat kompetisi rap, rap battle, freestyle, dan sebagainya. Kalau diibaratkan masakan, genre ini menyajikan hidangan yang paling komplit menurut saya.
Tapi, apa benar saat ini musik hip hop mulai redup dan kurang peminat?
Jujur saja, walaupun saya kurang selera dengan lagu-lagu Young Lex, tapi saya akui Young Lex cukup punya peran dalam mempopulerkan kembali musik hip hop di Indonesia kala itu. Meskipun saya sudah menggemari musik-musik hip hop jauh hari sebelum kemunculan Young Lex, Tapi justru lewat lagunya yang berjudul “O aja ya kan”, yang sempat viral sekitar tahun 2015 lalu lah, saya mulai mencari tahu dan mendengarkan lagu dari rapper-rapper lainnya di Indonesia.
Banyak dari mereka bermunculan sejak kontroversi yang dilakukan Young Lex dengan menyinggung beberapa legenda hidup musisi hip hop tanah air melalui sebuah video yang tersebar. Jujur saya menikmati perseteruan mereka. Karena perseteruan mereka menghasilkan sebuah karya yang asik kalau diikutin. Balas-balasan lagu gitu. Dan sejauh ini saya belum mendengar kalau perseteruan mereka berujung kontak fisik. Walaupun liriknya tak jarang saling menyerang dan menjatuhkan.
Namun, seiring dengan semakin sukses dan semakin dewasanya Young Lex dalam berkarya. Banyak orang berfikir skena hip hop indonesia sudah nggak seasyik dulu. Disini saya mengerti, beberapa orang memang suka dan menantikan perselisihan di skena ini begitupun saya. Orang-orang yang berfikiran seperti ini saya rasa hanya mendengarkan dan mengulik informasi dari musisi hip hop idola mereka saja. padahal, masih banyak rapper-rapper indo yang berselisih dan saling berbalas fiksi diss track ( lagu yang bertujuan “meremehkan” seseorang atau komunitas tertentu), SonyBLVCK dan Jacson Zeran contohnya. Tapi mari kita kesampingkan dulu masalah dissing dan perselisihan dalam musik hip hop.
Sejak saya mulai menelusuri beberapa karya dari musisi hip hop tanah air, saya rasa mereka cukup berbakat dan nggak kalah jauh dari rapper-rapper di Amerika sana. Ya walupun mungkin masih belum sekelas Eminem, Drake dan berbagai nama rapper besar lainnya.
Tapi yang membuat saya takjub, ada beberapa rapper yang benar-benar independen dalam berkarya. Dari mulai menulis lirik, produksi beat, syuting video klip, editing video, sampai memasarkan lagu mereka, semuanya dilakukan sendiri. Mereka benar-benar multitalenta dan niat kalau mengerjakan sesuatu.
Hanya saja yang membuat mereka tidak terlalu dilirik oleh media, tidak lain dan tidak bukan karena ke indie-an mereka dalam berkarya yang pada akhirnya berimbas pada lagu-lagu yang mungkin terlalu eksplisit untuk ditayangkan di saluran televisi. Dikarenakan budaya kita yang mengenal sopan santun dan tata karma ini, perkembang kultur hip hop pun jadi sedikit tak terlihat dan tak dirasakan oleh masyarakat.
Tapi jangan salah, meskipun kultur hip hop mungkin agak sulit diterima oleh sebagian masyarakat Indonesia, tapi orang-orang yang berkecimpung di dalamnya tetap konsisten dalam berkarya. Sebut saja, Laze. Seorang rapper asal Bandung yang kini menetap di Jakarta ini sudah melalang buana di industri hip hop. Laze pernah tampil di acara Mtv Asia dan pernah masuk dalam nominasi AMI Awards untuk karya produksi Rap/HipHop terbaik tahun lalu. Ada lagi Yacko, rapper yang juga seorang dosen yang saat ini gencar menyuarakan isu-isu sosial terkait budaya patriarki lewat lagu-lagunya.
Sebenarnya masih banyak rapper berbakat lainnya yang nggak mungkin saya sebutkan satu-satu di sini beserta prestasinya. Sekarang kita kembali ke topik awal.
Kultur hip hop yang terkesan bebas, tidak suka diatur, frontal, dan berseberangan dengan industri kultur pop di Indonesia saat ini, mungkin menjadi salah satu alasan juga mengapa musisi hip hop butuh perjuangan ekstra jika ingin karya mereka lebih dikenal dan diminati oleh masyarakat. Pasalnya, sejak dulu hingga sekarang, masyarkat Indonesia terbiasa menikmati lagu-lagu dengan tema kegalauan dan semacamnya, ditambah lagi dengan industri permusikan yang umunya mengikuti selera pasar yang memang suka mendayu-dayu sendu ini.
Sedangkan, di lain sisi, musik hip hop hadir dengan warna berbeda dengan cara bernyanyi yang seperti berbicara, hanya saja lebih terformat melalui rimanya, dan beberapa gemar membahas isu-isu sosial hingga politik yang mungkin cukup berat jika harus dikonsumsi oleh telinga masyarakat sehari-hari.
Tapi apapun jenis musik kesukaan kalian, kalian berhak memilih apa yang menjadi playlist harian tanpa ada paksaan. Karena kembali lagi musik itu masalah selera. Tapi nggak ada salahnya juga kalau sesekali mendengar lagu-lagu hip hop dari rapper-rapper Indonesia dengan warna musik yang lebih berbeda dari yang biasa kalian dengar. Hitung-hitung sebagai bentuk apresiasi terhadap karya mereka. Indonesia ini kaya loh, dengan orang-orang berbakat dan kreatifnya.