Momen berpelukan Jokowi-Prabowo yang diinisiasi Hanifan Yudani saat merebut emas di cabang pencak silat pada Asian Games 2018 lalu masih terekam jelas dalam memori bangsa ini. Saya membayangkan betapa lapang hatinya Jokowi dan Prabowo dalam menahan bau dan rasa risih akibat keringat bercucuran si atlet yang mendekap erat selepas bertanding dan berlarian di arena. Berhubung dapat emas, ya okelah, nanti bisa mandi ini.
Peristiwa itu begitu mengejutkan sekaligus mengharukan, mengingat rivalitas keduanya di dua kali pilpres. Otomatis, tensi pendukung dua kubu yang sudah kadung tinggi akibat perseteruan di dunia maya dan nyata dapat diturunkan, tanpa harus mengonsumsi daun seledri tiap hari.
Keindahan itu berlanjut sesudah Jokowi terpilih sebagai presiden 2019-2024. Mungkin karena belajar dari kisah Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat, Jokowi merangkul Prabowo menjadi menteri pertahanan. Rangkulan yang disambut hangat Prabowo. Keduanya rangkulan lagi, sepakat menyukseskan program rekonsiliasi bangsa, namun disambut pendukung norak keduanya dengan mencak-mencak.
Sudah, itu sudah berlalu.
Terbaru, Prabowo didaulat Jokowi untuk menjadi pimpinan proyek pengembangan lumbung pangan baru di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Proyek tersebut dinamai food estate. Tujuannya untuk mengantisipasi potensi krisis pangan di masa mendatang.
Sisihkan dulu sejarah food estate yang bukan barang baru di Indonesia dan mengapa di masa silam proyek beginian lebih banyak ditentang aktivis. Dalam kasus food estate di Kalimantan ini, yang pertama bikin publik heran sekaligus bertanya-tanya ialah mengapa harus dikoordinir Menteri pertahanan?
Pertanyaan tersebut telah dijawab Jokowi. “Yang namanya pertahanan itu bukan hanya urusan alutsista, tetapi juga ketahanan di bidang pangan menjadi salah satu bagian dari itu. Ini sudah disampaikan Menhan dengan hitung-hitungan cost berapa, anggaran berapa, dalam membangun food estate yang ada di Kapuas dan Pulang Pisau.”
Jadi untuk para guru IPS di mana pun Anda berada, ingat, ketahanan pangan sudah menjadi tupoksi Kementerian Pertahanan.
Walau sudah dijawab oleh Presiden, masih banyak komentar miring soal kebijakan Jokowi satu ini. Misal, apakah ini bentuk kekecewaan Jokowi pada Menteri Pertanian, gara-gara gaduh kalung antivirus corona? Tolong jangan suuzan dulu. Syahrul Yasin Limpo mengatakan tetap dilibatkan dalam program ini kok.
Memahami kebijakan Jokowi tidak mudah, termasuk di proyek food estate ini
Publik sering kecele ketika menebak maksud kebijakan Jokowi. Bilangnya A, ternyata maksudnya B. Bahkan ada rumus tak resmi bahwa jika Jokowi bersabda tentang sesuatu, biasanya yang terjadi adalah kebalikannya.
Jadi, apa arti dari penunjukan Prabowo sebagai pemimpin proyek food estate ini? Saya mencoba membuat tujuh spekulasi soal itu.
#1 Ingin meringankan tugas menteri pertanian.
Selepas gonjang ganjing kalung antivirus corona, beban berat menggandul di pundak menteri pertanian. Jokowi segan untuk memecat, nggak enak sama yang mbaurekso di sana. Lalu win-win solutionnya, SYL fokus saja meneliti dengan serius produk antivirus tersebut. Mengurus ketahanan pangan itu berat, biar Pak Prabowo yang menangani.
#2 Meredam dominasi Kepala Bulog Budi Waseso
Semua orang tahu, pernyataan menteri pertanian sering di-counter attack Kabulog Budi Waseso yang juga mantan kabareskrim Polri berpangkat komisaris jenderal. Syahril mau impor beras, Budi bilang tak perlu impor. Belum lagi kalau bicara masalah perbedaan data di Bulog dan Kementan. Tentu ini tidak baik bagi keberlangsungan program ketahanan pangan.
Solusi terbaiknya apa? Ya, mengangkat “Panglima Ketahanan Pangan” dari kalangan mantan jenderal, syukur-syukur yang pangkatnya lebih tinggi. Terpilihlah eks danjen Kopassus Prabowo Subianto.
#3 Proyek food estate adalah kesempatan Prabowo memenuhi visi-misinya.
Saat kampanye sebagai capres, Prabowo yang merupakan mantan ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia punya visi-misi mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Jokowi tentu tak lupa visi rival yang kini jadi sahabat ini. Jadi, sekarang ia mau memberi kesempatan kepada Prabowo untuk mewujudkan visi-misinya tersebut. Jokowi hendak membuktikan pada rakyat Indonesia, Prabowo bukan tipe orang yang bisanya omong doang. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
#4 Prabowo berpengalaman di lapangan
Untuk masalah ketahanan pangan di lapangan, sebagai mantan prajurit, pastilah Prabowo tahu bagaimana cara agar tetap bertahan di tengah kelaparan, tetap mekar di masa sukar. Pengalamannya bertempur di medan sulit akan menjadi modal utama Prabowo dalam melaksanakan tugas sebagai leader proyek ketahanan pangan Indonesia.
#5 Minim potensi korupsi
Berdasarkan laporan LHKPN per 31 Desember 2019, total harta kekayaan Prabowo sebesar Rp2 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding kekayaannya di tahun 2018 yang sebesar Rp1,95 triliun. Sangat, sangat cukup untuk membeli Milkita sepabrik-pabriknya.
Apa artinya kekayaan sebegitu besar? Kemungkinan Prabowo untuk korupsi sangat kecil. Lha untuk apa? Wong berkali-kali nyapres gagal terus tapi tetep kaya kok. Bahkan kalau mau nyapres lagi pun, uangnya masih turah-turah.
#6 Pembuktikan Jokowi kepada public bahwa pemilihan Prabowo sebagai menteri bukan gimmick atau bagi-bagi jabatan
Jika Prabowo berhasil membawa food estate ini ke jalan kesuksesan, semua syak wasangka bahwa Jokowi memilih Prabowo hanya untuk menenangkan rakyat atau sekadar formalitas akan langsung terbuang jauh. Jokowi akan membuktikan dirinya tidak asal pilih.
#7 Pertimbangan politik
Ini memang spekulasi yang klise banget. Tapi gimana ya, urusan apa-apa di Indonesia ini nggak bisa dilepaskan dari pengaruh politik sih. Namun, kalau ditanya agenda politiknya apa, saya juga belum bisa jawab. Bisa berhubungan dengan pilkada serentak Desember besok atau pilpres 2024.
“Lha, kan Jokowi udah nggak bisa nyalon?”
Iya, blio udah nggak nyalon, tapi kan masih ada Jokowi junior.
So, walau di dunia politik tidak ada kawan dan lawan abadi, bolehlah kita sedikit berharap pada aksi collab kedua sosok ini di masa pandemi, demi ketahanan pangan Indonesia di masa mendatang. Dalamnya laut bisa diukur, hati Jokowi siapa yang tahu?
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Alasan Kenapa Prabowo Adalah ‘Koentji’ dalam Pemerintahan Jokowi dan tulisan Yesaya Sihombing lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.