Jika Anda selama berkendara punya pikiran bahwa karyawan konter penyebar brosur adalah biang kemacetan, jangan buru-buru menyalahkan orang liyan. Mereka ada untuk Anda. Sadari potensinya.
Persis sama ketika ada cegatan polisi, saya yang baru punya SIM C selalu ndredeg jika banyak orang berjejer di tepi jalan. Alih-alih bertemu bapak-bapak bersepatu lars tinggi memegang pulpen dan blangko, saya malah menjumpai mbak-mbak karyawan konter yang ayu menik-menik tersenyum sambil mengacungkan kertas brosur hape murah. Tentu saja, sambil jingkrak-jingkrak sumringah.
Fenomena ini agaknya sudah dari dulu dan tersebar masif di berbagai kota. Namun, di daerah berkembang seperti Banyuwangi, tingkah laku mereka bisa jadi hal yang baru sekali. Karyawan konter, tidak peduli laki-laki atau perempuan menunjukkan etos kerja tinggi. Melupakan ego dan gengsi untuk membantu pemburu promo gawai mendapatkan informasi terkini. Mulia sekali.
Jangan sekali-sekali Anda bayangkan kalau mereka hanya diam mematung di pinggir jalan. Misi utama kawan kita ini memang hanya membagikan brosur kepada pengendara yang lewat. Namun, bagaimana cara mereka supaya jadi pusat perhatian dari pengguna jalanlah yang unik. Mereka tersenyum, kadang menyanyi, lain waktu malah sambil bergoyang. Enak sekali untuk dipandang.
Seiring semaraknya pembangunan deretan pertokoan di sekitaran perlimaan kota, kehadiran mereka jadi perhatian tersendiri. Saling berseberangan jalan, mereka bahu-membahu menyemarakkan kota dengan keriuhannya. Kalau tak percaya, jalan saja ke arah selatan atau barat lampu merah. Jika sedang beruntung, kalian akan mendapatkan hiburan sekaligus penawaran barang.
Tulisan ini bukan tentang kritik tata ruang kota atau sebuah satire keluhan kemacetan jalan. Saya hanya ingin membedah satu fenomena pemasaran melalui sudut pandang pemotor, versi saya yang baru lulus ujian SIM. Saya coba tuliskan potensi kehebatan para sales konter yang tidak kita sadari dan seringnya dipandang sebelah mata oleh pengguna jalan.
Satu: Belajar Menghargai
Penampilan adalah kunci. Mereka semua menyadari untuk tampil sempurna sekalipun hanya mengulurkan brosur bagi Anda. Namun, dalam 3 detik waktu kita menyamber brosur tak akan memberi otak kita kesempatan memikirkan berapa lama karyawan tersebut rela dandan di depan kaca.
Hargai dengan memperhatikan mereka, jangan malah melengos. Penampilan mereka menarik. Kalau tidak percaya, baca saja poin pertama persyaratan lamaran kerja mereka.
Dua: Kampanye Literasi
Jika ada yang berpendapat kehadiran mereka mengganggu pengguna jalan lain. Hal itu salah besar. Mungkin jika kamu sedang berboncengan dengan pacarmu, lalu saat kamu lihat dari spion dia melirik ke para sales di belakang, ya jangan generalisasi kalau semua orang terganggu. Itu kan masalah rumah tanggamu sendiri.
Lagian kalau semua pengendara memutuskan untuk berhenti saja di depan konter, mematikan kendaraan, membuka kaca helm, membalas senyuman mereka, dan meraih sodoran brosur dengan rasa berterima, maka siapa lagi yang terganggu konsentrasinya?
Secara mereka juga dibebani target menghabiskan brosur. Selama belum punya NMAX, jangan angkuh-angkuhlah kalau jadi pengendara motor. Sambut sodoran dengan tangan terbuka. Mereka sedang menyebarkan bacaan, mereka berliterasi.
Tiga: Meningkatkan Skill Berkendara
Posisi mereka yang berdiri sejajar dan diatur presisi dengan jarak masing-masing dua depa itu mengingatkan saya atas contong-contong oranye di halaman Polres. Naluri saya ingin pamer skill berkendara zig-zag di antara para sales.
Jahat? Nggak juga. Kan konsep kegiatan mereka adalah drive thru. Potensi kesampluk spionnya sama. Malah, kalau nyetir secara zig-zag justru dapat membantu orang supaya tidak ngebut di depan konter. Potensi sudah ada, kita saja yang kurang punya jiwa adventure.
Saya tidak jahat untuk membandingan kawan sales dengan contong simulasi uji SIM. Saya membicarakan posisi, cara mereka berbaris rapi. Bukan orangnya. Saya tahu mereka berjuang dalam mencari nafkah. Kehadiran mereka di tepi jalan benar-benar meningkatkan keahlian kita menguasai kendaraan.
Bahkan, saat kita melaju kencang dan mengerem secara mendadak saat ada orang di depan kita berbaik hati untuk berhenti. Ada sensasi adrenalin, kemesut kalau dalam kosakata Banyuwangi. Syukur kalau kita tiba-tiba langsung ingat Gusti Allah dan menyebut asma-Nya.
Empat: Misi Budaya
Kalau berpikir keahlian mereka hanya menyodorkan brosur, kamu salah besar. Mereka agen kebudayaan. Seperti warga Banyuwangi pada umumnya, DNA penari melekat pada tiap-tiap warganya.
Kegiatan sebar brosur bagaikan panggung buat mereka. Mereka punya halaman luas di depan konter. Kalau masih kurang, pedestrian kadang disikat juga. Tidak apa-apalah digunakan. Toh, sudah jarang dari kita semua yang hobi jalan kaki. Para karyawan bisa menari dan bergoyang seleluasanya.
Ada lagi seperangkat standing sound system lengkap dengan mic. Makin kencang suaranya, makin banyak orang ikut bersenandung saat berkendara. Kurang syahdu bagaimana jika kegiatan sebar brosur diiringi lagu Dian Piesesha. Malah, kalau mau membuat gebrakan sebenarnya mereka juga bisa memutar musikalisasi puisi-puisi Pak Sapardi Djoko Damono di depan konternya.
Terlepas dari berbagai imbas positif di atas, ada satu saja hal yang membuat saya kuatir mereka dicaci pengendara motor. Saking semangatnya, kawan-kawan sales dari konter sering kebablas. Mereka merasa dirinya Mourinho yang boleh bergerak ke depan sampai garis batas putih putus-putus. Ini jalanan, bukan bench pinggir lapangan. Kalau sudah begitu, dipastikan bukan spion lagi yang nyampluk.
BACA JUGA Pengalaman Jadi Sales: Suka, Duka, dan Tips Biar Dapat Banyak Komisi atau tulisan Arik Riuh lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.