Sedari kecil saya memang sudah akrab dengan angkot. Mulai dari TK saya sudah diantar sekolah naik angkot, berlanjut ketika SD hingga saya lulus SMP. Angkot berperan penting menyokong aktivitas saya dalam menuntut ilmu sampai ke ujung kecamatan kala itu. Letak rumah dan sekolah saya yang berada di dua ujung kecamatan yang berlawanan, membuat angkot menjadi satu-satunya transportasi dengan ongkos yang merakyat meski jarak yang ditempuh lumayan jauh. Makanya saya tahu betul soal posisi duduk di angkot yang paripurna.
Sayangnya, romantisme antara saya dan angkot harus berakhir pada 2014. Tepatnya, setelah saya dibelikan motor Honda Blade Repsol berwarna orange oleh orang tua saya—yang membuat saya merasa seperti Daniel Pedrosa ketika mengendarainya. Seingat saya, saya belum pernah naik angkot lagi sejak motor Honda Blade Repsol tiba di depan rumah.
Tapi, berdasarkan pengalaman saya naik angkot selama bertahun-tahun itu, saya tahu betul pemetaan tempat duduk di angkot. Ternyata ada beberapa posisi duduk di angkot, yang membuat anak-anak puber merasa lebih keren. Nah, barangkali kalian ada yang mau duduk di posisi tersebut, berikut posisi-posisi duduk di angkot yang membuat anak di kecamatan saya merasa keren.
#1 Duduk di depan dekat sopir
Duduk di samping pak sopir yang sedang menyetir mungkin bagi sebagian orang biasa saja. Tapi, di kecamatan saya, anak-anak yang berangkat sekolah naik angkot dan duduk di depan sudah terhitung keren. Sebab, nggak semua anak sekolah bisa dapetin posisi tersebut. Hanya ada dua orang beruntung yang bisa menduduki singgasana tersebut dalam sekali jalan rute angkot— atau bisa juga tiga orang, kalau salah satu rela duduk melangkahkan satu kakinya melewati tuas persneling yang akan menghantam organ reproduksinya saat oper gigi 4.
Orang yang duduk di posisi ini tidak akan pernah tergantikan sampai mereka lulus. Biasanya karena mereka sudah sangat akrab dengan pak sopir bahkan mungkin sudah saling nge-add Facebook. Selain itu, mereka mendapatkan privilege dari jalur angkot—rumah mereka terlebih dahulu dilalui oleh angkot sehingga bisa memilih duduk di posisi mana pun karena angkot masih kosong.
#2 Duduk di dalam
Ada diskriminasi posisi duduk di angkot bagi pelajar di kecamatan saya, baik dari penumpang maupun dari sopir angkot. Anak laki-laki dilarang duduk di dalam ketika jam pulang sekolah, itu adalah peraturan angkot tidak tertulis yang berlaku di kecamatan saya. Sebab, tempat duduk di dalam bisa menambah pemasukan apabila digunakan oleh siswi, sedangkan siswa dipersilakan untuk bergelantungan mempertaruhkan nyawa.
Tapi, ada juga siswa laki-laki yang bisa duduk di dalam angkot ketika jam pulang sekolah. Hanya ada dua jenis siswa yang bisa menempati posisi ini. Pertama, siswa yang biasanya duduk di depan ketika berangkat sekolah dan sudah akrab sama sopir. Jadi kamu punya backing yang lebih kuat apabila mendapatkan pandangan kurang mengenakan dari penumpang lain. Kedua, siswa yang punya pacar dan duduk di dalam dengan maksud untuk berpacaran. Siswa semacam ini tidak akan mendapatkan diskriminasi dan akan dilindungi oleh pacar dan anggota geng pacar.
Di kecamatan saya, kalau bisa duduk di dalam angkot pada saat jam pulang sekolah berarti kerennya double.
#3 Gelantungan di pintu samping
Alasan orang yang berada di posisi ini bisa mendapat predikat keren adalah karena dia gentleman sejak muda. Biasanya, anak yang bergelantungan berasal dari pria-pria yang merelakan tempatnya di dalam angkot untuk diduduki oleh para siswi ketika angkot terasa semakin penuh. Selain gentleman, orang yang berada di posisi ini juga harus bernyali. Pengalaman terburuk saya bergelantungan adalah berdesak-desakan dengan 7 anak di satu pintu angkot yang sempit itu, saling tindih kaki untuk mendapat pijakan adalah hal yang lumrah. Jadi, kalau kamu nggak bernyali, jangan coba-coba menempati posisi ini.
Dengan kebiasaan bergelantungan di pintu angkot seperti itu. Tidak menutup kemungkinan skillnya dapat digunakan untuk menunjang profesi di masa yang akan datang. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh rekan saya—yang merupakan top global pergelantungan angkot biru tua nomor 48, mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan hobinya menjadi kernet bus antarkota.
#4 Gelantungan di belakang angkot
Jelas posisi ini lebih tidak aman dari gelantungan di pintu samping angkot. Entah siapa yang punya ide pertama kali untuk bergelantungan di belakang angkot ini, sudah tau angkot penuh masih tidak mau menyerah dan menunggu angkot selanjutnya lewat. Posisi ini hanya bisa ditempati oleh maksimal tiga orang, kalau lebih—sopir nggak bisa liat kendaraan di belakang angkot, yang keliatan cuma celana biru pendek berjejer kayak lagi dijemur.
Usut punya usut, yang biasa bergelantungan di belakang angkot, punya keterampilan memusatkan chakra di telapak kaki, mirip Naruto pas latihan memanjat pohon, makanya mereka bisa menjaga keseimbangan meskipun pijakannya sempit.
#5 Duduk di atas angkot
Sepertinya, mindset pemuda di kecamatan saya, semakin tidak safety ketika berkendara, semakin keren. Makanya banyak yang mencoba duduk di posisi ini, kalau yang cuma bergelantungan di samping dan di belakang angkot aja dibilang keren, apalagi yang duduk di atas, resikonya lebih tinggi, bos.
Yang duduk di atas angkot, biasanya menganggap diri mereka avatar pengendali empat elemen—pengendali angin karena diterpa angin syahdu sepanjang perjalan perjalanan, pengendali api karena sambil ngerokok, pengendali air karena menembakkan potongan es batu kecil menggunakan sedotan dari es seribuan yang dibeli sebelum naik angkot. Tak lupa mereka menganggap menunggangi angkot sama saja kayak naik Appa si banteng terbang.
#6 Duduk di pangkuan sopir
Hiyaaaaaaaaa, nggak lah bercanda posisi ini berbahaya!
BACA JUGA Pura-pura Kena Hipnotis di Depan Kelas Biar Guru Saya Nggak Malu dan tulisan Doni Erfin Rukiawan lainnya.