Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Politik Kepentingan adalah “Agama Baru” yang Selalu Disembah Sujud

Bonefasius Zanda oleh Bonefasius Zanda
30 Mei 2019
A A
3 Alasan Mas Gibran Pantas Menang Pilwalkot Solo Tanpa Bantuan Pak Jokowi terminal mojok.co

3 Alasan Mas Gibran Pantas Menang Pilwalkot Solo Tanpa Bantuan Pak Jokowi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Katanya politik itu adalah seni. Seni dalam mengelolah berbagai kemungkinan menjadi mungkin—artinya mengunakan cara-cara yang humanis. Biar politik adalah seni itu tetap menjadi warna yang unik ditengah keberagaman perbedaan. Alhasil ruang untuk mempersoalkan perbedaan itu tak lagi mendapatkan tempatnya. Sebab seni berpolitik dan bahkan cinta yang tulus selalu lahir dari perbedaan itu sendiri.

Secara idealis, pernyataan dan ulasan tentang hakikat politik di atas adalah benar [email protected] memang harus begitu adanya. Namun jika kita menengok pada realitas yang terjadi, idealis itu hanyalah pemanis bibir yang mudah diucapkan namun enggan dan bahkan jauh dari dunia praksis.

Untuk itu, ijinkan saya untuk menarasikan berbagai fakta yang saya lihat dan alami seputar politik tanah air. Kita bisa dan langsung membayangkan bagaimana dinamika Pemilihan Umum tahun ini (2019) dan juga tahun-tahun sebelumnya. Di mana panggung perpolitikan kita tak lagi menampilkan seni politik yang sesungguhnya.

Sebaliknya yang seringkali muncul bahkan digemari oleh para politisi tanah air adalah politik kepentingan yang sangat destruktif. Untuk apa? Ya, untuk mengamankan kepentingan itu sendiri. Akhirnya, agama, budaya, partai, ideologi, golongan bahkan harga diri pun gampang bahkan direlakan untuk dipolitisasi demi menggapai kepentingan politis individu maupun kelompok itu sendiri.

Selain itu, rakyat yang memiliki ketulusan dan kepolosan hati dipengaruhi sedemikian rupa agar mereka juga terperangkap di dalam jurang politik kepentingan sempit dan merusak. Banyak rakyat pun akhirnya jatuh dalam genggaman tangan para elit yang haus dan nafsu akan kuasa itu—bahkan tak bisa bangkit lagi. Dalam keadaan seperti ini, rayat akan sangat mudah di adu domba. Sikap saling cemooh serentak menghiasi hidup manusia, baik dalam dunia maya maupun dunia nyata.

Ketika permusuhan antar masyarakat kecil semakin kuat dan berkepanjangan—para kaum elit justru sebaliknya. Yang dahulu bermusuhan, tiba-tiba sudah saling berpelukan. Yang dahulu tidak searah, tiba-tiba seiring sejalan.

Ketika rakyat kecil mulai fanatik dan mendewakan politik kepentingan—saat bersamaan para elit politik tertawa terbahak-bahak. Ketika rakyat kecil sudah termakan virus politik destruktif hingga pada pengorbanan harga diri dan nilai-nilai kebenaran—para elit justru duduk pada kursi empuk kekuasaan sembari bergoyang kaki ria.

Sekelompok rakyat kecil yang sudah dimabukan oleh racun kepentingan politik yang ganas takkan pernah sadar bahwa politik kepentingan hanyalah panggung sandiwara. Tak ada kawan sejati atau musuh sejati—yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Tak ada kejujuran yang paling tulus—yang ada hanyalah kejujuran ada tapian. Tak heran jika para elit politik bisa gonta-ganti pasangan politik semau gue—sedangkan bagi masyarakat yang menjadi korban, penghayatan politik adalah perpecahan dan permusuhan yang abadi.

Baca Juga:

Pak Prabowo Foto Tanpa Pasangan: Ya Memangnya Kenapa?

Jika Politik Bisa Ada Plot Twistnya, Apakah Cinta Juga Bisa Demikian?

Alhasil, suara rakyat yang adalah suara Tuhan hanya sebatas menggema dibibir saja tanpa makna dalam dunia praksis. Suara rakyat sering dihempas dengan cara-cara mengganaskan. Virus politik kepentingan menjalar begitu cepat untuk merusak tatanan agama, budaya dan ideologi. Dampaknya, politi kepentingan menjelma menjadi “agama baru” yang terus disembah sujud tanpa henti. Entahlah sampai kapan berakhirnya—aku juga nggak tahu. Mungkin tanyakan saja pada rumput yang bergoyang—bukan begitu, Mas Ebiet?

Coba renungkan, jikalau hidupmu sebagai masyarakat kecil dilanda kesusahan, yang menolongmu bukan para elite politik yang selalu tertawa oleh kebodohanmu itu, melainkan sahabat, saudaramu dan tetangga terdekatmu itulah yang paling pertama menolongmu. Hidup, persahabatan, relasi cinta tanpa syarat yang telah dibangun sejak lama jauh lebih berharga untuk dikorbankan demi kepentingan orang lain dan juga demi penyembahan “agama baru” yang tak berfaedah itu.

Bagi masyarakat kecil yang mungkin pernah jatuh dalam jurang yang diciptakan oleh para elite, segeralah kalian sadar. Atau mungkin masih ada keinginan untuk coba-coba bergabung, segera batalkan rencana itu. Ketahuilah bahwa Tuhan sudah menciptakan kita unik dan yang paling mulia dari semua ciptaaNya.

Ketahuilah, bahwa kebahagiaan hidup bukan ditentukan oleh kuasa dan uang. Melayani tak harus memiliki sederet kursi kekuasaan dan jabatan yang mentereng. Seyogyanya, kita diciptakan untuk saling melayani tanpa tapian.

Berhentilah menyembah atau mencoba menyembahan terhadap “agama baru” buatan para politis yang tak bermoral itu. Sebab mereka lebih mementingkan uang, jabatan dan kuasa ketimbang menumbuh kembangkan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Agama BaruPemilu 2019Politik IndonesiaPolitik Kepentingan
Bonefasius Zanda

Bonefasius Zanda

ArtikelTerkait

Memahami Beda Disinformasi, Malinformasi, dan Misinformasi Biar Nggak Keder terminal mojok.co

Negeri Ini Darurat Hoaks

9 Oktober 2019
dewi fortuna

Mungkinkah Dewi Fortuna Menjadi Milik Joko Widodo – Ma’ruf Amin di Pilpres 2019?

13 Juni 2019
plot twist

Jika Politik Bisa Ada Plot Twistnya, Apakah Cinta Juga Bisa Demikian?

23 Oktober 2019
bermaafan di idulfitri

Ajaibnya Kaum Muslim di Hari Raya Idulfitri

7 Juni 2019
hewan atau diam

Mau Mengkritik, Tetapi Takut Dianggap Anakan Hewan

28 Mei 2019
moeldoko

Sudah Betul Kata Pak Moeldoko, Kabut Asap Itu Bencana dan Kita Harus Ikhlas Menerima

18 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.