Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

PMII Itu (Masih) Organisasi Mahasiswa Islam, kan? Iya, kan?

Dimas Junian Fadillah oleh Dimas Junian Fadillah
8 Oktober 2025
A A
PMII Itu (Masih) Organisasi Mahasiswa Islam, kan? Iya, kan?

PMII Itu (Masih) Organisasi Mahasiswa Islam, kan? Iya, kan?

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu yang lalu, jagat media sosial—khususnya Instagram—digemparkan oleh sebuah unggahan flyer pelantikan pengurus PMII Kabupaten Sumenep. Bukan karena desainnya yang estetik atau isi acaranya yang sarat intelektual. Tapi karena flyer itu menampilkan hiburan musik dangdut lengkap dengan kehadiran model berpakaian seksi. Tak ayal, unggahan tersebut langsung viral dan jadi bahan perbincangan. Terutama di kalangan aktivis dan alumni organisasi kemahasiswaan Islam.

Tak butuh waktu lama, kontroversi pun merebak. Dan ya, saya ikut terseret. Beberapa kawan lama mengirimi saya flyer tersebut lewat DM dan WhatsApp, lengkap dengan komentar satir yang menyenggol masa lalu saya di PMII. “Lha iki organisasi Islam, to?” atau “Kok iso acara pelantikan isine biduan?” begitu kira-kira nada-nada yang mampir ke ponsel saya.

Sebagai seseorang yang dulunya cukup aktif berproses di PMII, tentu ada rasa janggal. Tapi jujur saja, saya tidak kaget. Wes ora nggumun.

Lewat tulisan ini, saya tidak sedang ingin berkhotbah atau meluruskan sesuatu. Ini bukan ceramah, bukan pula klarifikasi. Saya hanya ingin menulis satu dua catatan kecil sebagai refleksi, mungkin juga kritik yang mudah-mudahan masih relevan. Karena bagi saya, fenomena flyer dangdutan itu bukan soal moral semata. Tapi soal arah gerak organisasi yang makin hari makin terasa kehilangan pijakan. Jadi, kalau kamu heran kenapa saya tidak terkejut, yuk kita ulas pelan-pelan.

Kader PMII sudah banyak yang kehilangan arah pergerakan

Dulu, PMII dikenal sebagai organisasi yang serius dalam membina intelektual, spiritual, dan kepekaan sosial kader-kadernya. Forum-forum diskusi rutin, kajian ideologi, hingga aksi-aksi advokasi menjadi bukti nyata bahwa PMII bukan hanya tempat berkumpul, tapi ruang pembentukan watak perjuangan. Para kader ditempa untuk berpikir kritis sekaligus tetap berpijak pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah, dengan misi besar: membela kaum mustadafin.

Tapi sekarang, realitasnya mulai terasa jauh berbeda. Banyak kader yang terlihat abai pada hal-hal paling mendasar, seperti salat dan puasa. Bukan mau sok suci, tapi bukankah organisasi ini membawa embel-embel “mahasiswa Islam”? Lalu, bagaimana bisa urusan ibadah wajib justru dianggap sepele? Kalau hal yang fundamental saja mulai dilupakan, bagaimana kita bisa bicara soal perjuangan umat dan bangsa dengan serius?

Lebih ironis lagi, proses kaderisasi yang seharusnya menjadi jantung dari pergerakan justru kerap berantakan. Saya masih ingat ketika ikut PKD di salah satu cabang, rundown acaranya molor parah. Bukan hanya satu dua jam, tapi sampai berantakan total. Ketika ada peserta yang menyampaikan kritik, alih-alih ditanggapi dengan bijak, panitia malah nyeletuk: “Ya udah kalau nggak suka, pulang aja!”

Lah, ini pelatihan kader atau acara kondangan?

Baca Juga:

Hal-hal Menyebalkan yang Hanya Bisa Dipahami Mahasiswa UIN SAIZU Purwokerto

Organisasi Mahasiswa di Bangkalan Madura Tak Mungkin Melawan Oligarki, Mereka Sudah Sibuk Melawan Teman Sendiri

Sikap seperti ini jelas mencoreng semangat Amar ma’ruf nahi munkar yang selama ini selalu digaungkan. Jadi, kalau hari ini arah gerak PMII terasa kabur, ya kita memang sedang panen dari benih yang dulu ditanam dengan asal-asalan.

Jadi nggak perlu kaget dengan flyer dangdutan dan biduan seksi

Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya saya—atau bahkan siapa pun di luar sana—nggak perlu terlalu kaget dengan munculnya flyer pelantikan PMII yang dimeriahkan oleh hiburan dangdut dan penampilan model seksi. Reaksi heboh publik memang bisa dimengerti, apalagi mengingat label “organisasi mahasiswa Islam” yang melekat pada PMII. Tapi kalau melihat kondisi internal belakangan ini, hal seperti itu sejujurnya bukan kejadian yang mengherankan.

Fenomena semacam ini jelas bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba atau tanpa sebab. Ia adalah akumulasi dari perjalanan panjang yang pelan-pelan mengikis esensi organisasi. Dan perlu digarisbawahi—bukan jenis hiburannya yang jadi masalah utama, tapi bagaimana konteks acara dan nilai-nilai yang seharusnya dikedepankan justru diabaikan. Ketika komitmen terhadap nilai-nilai spiritual, sosial, dan intelektual mulai tergantikan oleh logika seremonial dan pencitraan media sosial, maka yang tersisa hanyalah kemasan kosong tanpa ruh perjuangan.

Ruang-ruang diskusi yang dulu hidup kini mulai tergeser oleh rutinitas acara yang lebih mementingkan euforia dan viralitas. Forum-forum yang seharusnya menjadi tempat menajamkan nalar kritis perlahan digantikan oleh gimmick, sound system, dan lighting panggung. Maka, saat substansi perlahan ditinggalkan, jangan kaget jika simbol-simbol keislaman pun ikut menguap. Dan pada akhirnya, pertanyaan seperti “PMII itu organisasi mahasiswa Islam, kan?” akan kembali muncul. Bukan dari mereka yang tak paham, tapi dari mereka yang pernah peduli dan kini hanya bisa mengelus dada.

Tak hanya kader di tingkat akar rumput tapi juga pengurus besar PMII mesti introspeksi diri

Jadi, kalau bicara soal perbaikan PMII, yang perlu berbenah bukan cuma kader di rayon, komisariat, atau cabang. Pengurus Besar di tingkat pusat juga harus mulai bercermin. Rusaknya nilai di bawah sering kali terjadi karena lemahnya arah dan contoh dari atas. Jangan sampai pusat sibuk bikin event besar, tapi lupa membina dan menjaga ruh perjuangan organisasi. Introspeksi perlu dilakukan bersama. Agar di kemudian hari tak ada yang bertanya dengan heran, “Lho, PMII itu organisasi Islam, kan?”

Fakta bahwa banyak kader mulai abai terhadap nilai-nilai dasar, dari disiplin ibadah sampai semangat intelektual, seharusnya jadi alarm serius. Jika pusat tak hadir memberi arah yang jelas, jangan salahkan jika kader di bawah ikut kehilangan pegangan. PMII butuh kepemimpinan yang bukan cuma hadir lewat spanduk dan seremonial, tapi juga nyata dalam pembinaan dan keteladanan.

Sudah waktunya PB PMII keluar dari rutinitas formalitas dan mulai membangun kembali semangat dzikir, fikir, dan amal sholeh yang dulu jadi kekuatan kita. Kalau pusat ikut berbenah, semangat di akar rumput pun pasti bangkit kembali. Tapi kalau tetap diam dan nyaman di menara gading, ya jangan kaget kalau yang muncul hanya flyer dangdutan dan biduan seksi lagi.

Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Alasan yang Bikin HMI Lebih Laku Dibanding PMII di Fakultas Saya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2025 oleh

Tags: kritik untuk PMIIpelantikan PMII SumenepPMIIPMII Sumenep
Dimas Junian Fadillah

Dimas Junian Fadillah

Lulusan S1 Ilmu Politik, tertarik dengan tata kelola & politik lokal.

ArtikelTerkait

Daripada Sering Bertengkar, HMI dan PMII Sebaiknya Kawin Silang Saja

Daripada Sering Bertengkar, HMI dan PMII Sebaiknya Kawin Silang Saja

25 April 2020
4 Keunikan UIN SAIZU Purwokerto yang Nggak Ada di Kampus Lain purwasera uin saizu

Hal-hal Menyebalkan yang Hanya Bisa Dipahami Mahasiswa UIN SAIZU Purwokerto

22 Agustus 2025
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Kaderisasi dan Romantisme PMII lewat PBAK

21 September 2020

Ormek Kayak HMI dan PMII yang Akurnya Cuma Lewat Ucapan “Selamat Ulang Tahun” Itu Kenapa, sih?

9 Februari 2020
HMI PMII

3 Alasan yang Bikin HMI Lebih Laku Dibanding PMII di Fakultas Saya

20 April 2020

3 Ormek yang Sering Dianggap Underbow Partai, Meski Sering Deklarasi Independen

12 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.