Daftar Isi
Enaknya rapat di tempat terbuka
Ketika masih kuliah di UIN Ciputat, saya dan teman-teman jurusan juga sering berkumpul di Situ Gintung. Biasanya untuk rapat jurusan.
Kami mempunyai semacam kebiasaan yang spesifik ketika memilih tempat rapat. Maksudnya, kami sudah tahu akan ke mana arah pembahasan rapat hanya dari pemilihan lokasinya saja.
Ketika sudah mendatangi Situ Gintung, biasanya kami hanya melakukan rapat dengan orang-orang internal di organisasi saja. Kalau lagi zamannya menjadi pengurus BEM jurusan, kami hanya akan rapat bersama Badan Pengurus Harian saja.
Begitupun dengan pembahasannya. Pembahasan yang terjadi biasanya sangat serius. Pembahasan yang ada di dalamnya itu tidak luput dari nasib roda organisasi kami untuk satu periode ke depan. Maka dari itu, hanya orang-orang terpilih saja yang biasanya kami ajak rapat ke tempat ini.
Kenapa Situ Gintung? Iya, kami memang memiliki sekretariat sendiri. Namun, kami sengaja memilih tempat yang lebih terbuka di Tangerang Selatan supaya lebih segar. Agar pikiran juga bisa ikut terbuka dan setelah rapat selesai, kami bisa langsung refreshing sejenak.
Kalau malam, menjadi salah satu titik mesum di Tangerang Selatan
Sayangnya, tempat yang indah itu berubah drastis di kala malam. Sejak dulu, Situ Gintung menjadi titik favorit anak muda tidak bertanggung jawab.
Dulu, saya cukup sering memergoki anak muda memanfaatkan “kesempatan dalam kesempitan” ketika pacaran di sini. Ya gimana ya, kalau malam, penerangan di sini memang minim. Bahkan di area waduknya bisa dibilang nggak ada penerangan. Hanya lampu-lampu jalan kecil yang sebetulnya nggak berguna banget.
Saya sendiri nggak terlalu bisa memahami konsep pacaran di muka umum. Bukan pacaran yang saya permasalahkan, tapi mesumnya. Mereka seperti nggak segan bermesraan di tempat terbuka. Meskipun gelap dan sepi, seharusnya mereka tahu batasan. Tidak harus sampai “seliar itu” di tempat umum.
Saya malah sering mendapati pasangan yang sedang “kelon”. Mereka berciuman sambil meraba area dada. Yang lebih disayangkan lagi, ada dari mereka yang masih di bawah umur.
Upaya dari warga sekitar
Mengetahui kebiasaan tersebut, warga Tangerang Selatan di sekitar waduk mengadakan semacam ronda. Tujuannya hanya untuk mengusir pasangan yang tidak tahu diri itu. Bahkan, sekarang kalau malam, di gerbang masuk Situ Gintung ada warga yang berjaga. Ya hanya untuk menjauhkan tempat mereka dari orang-orang yang tidak punya attitude dan akal sehat itu.
Meski demikian, berkat andil warga sekitar, Situ Gintung masih tetap menjadi tempat yang syahdu untuk dikunjungi. Apalagi sekarang sudah semakin berkembang. Di sana sudah ada aktivitas outbond, ada water park, sampai menjadi camping ground.
Area parkirnya juga luas, ada musala, kamar mandi, serta beberapa warung. Sebuah perkembangan yang membuat warga jadi betah piknik di sana.
Saat ini saya sedang bekerja di Jogja. Kelak, kalau bisa ke sana lagi, saya hanya ingin duduk di pinggir waduk sambil menikmati segelas kopi dan sebatang rokok. Mengenang masa kuliah dan hidup di Tangerang Selatan. Karena di Situ Gintung, kisah masa muda saya banyak tergores.
Penulis: Saar Ailarang Abdullah
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Tangerang Selatan (Tangsel): Kota dengan Pertumbuhan Terdahsyat di Indonesia