Rakyat Indonesia boleh jadi sudah jenuh dengan perselisihan dan debat tak berkesudahan dari para politisi. Adu argumen yang terus ada. Kita bisa melihatnya dengan bebas di media sosial maupun di televisi. Tidak ada yang mau mengalah. Semua orang merasa benar. Saling memaki dan membenci. Membawa-bawa nama rakyat. Padahal rakyat sudah muak. Mereka hanya berbicara diatas kepentingan masing-masing. Perhatikan saja. Polanya selalu sama. Hari ini bilang begini, besok bilang begitu. Hari ini posting ini, besoknya sudah dihapus. Betul-betul membosankan.
Perselisihan ini terjadi karena masyarakat terbelah menjadi dua kubu selama masa-masa pemilihan presiden. Mereka suka menyebut diri mreka sebagai cebong dan kampret. Kita akui saja, selain karena perbedaan pilihan, perselisihan antatra masyarakat juga karena politisi yang tidak mampu mendinginkan suasana. Bahkan ada beberapa oknum yang terkesan mengadu domba.
Tidak bisa dibantah, pesta demokrasi tahun ini memang yang paling menguras tenaga. Saling membenci hanya karena sesuatu yang sebenarnya tidak begitu penting. Kita saja terlalu bodoh baper menyikapi politik secara berlebihan.
Kemarin, 13 Juli Prabowo dan juga Jokowi bertemu di stasiun MRT Lebak Bulus. Sepertinya pertemuan ini juga sebagai jawaban atas keinginan masyarakat yang menginginkan kedua tokoh ini bertemu. Berharap bisa mendinginkan suasana yang sudah terlalu panas.
Sebenarnya, ada pesan tersirat yang ingin disampaikan Jokowi dan juga Prabowo dari pertemuan itu. Pesan yang mungkin tidak banyak orang yang tau. Atau mungkin juga tidak ada yang tau.
Pesan ini mungkin hanyalah hasil cocokologi. Tapi memangnya kenapa kalau hanya cocokologi. Masyarakat kita suka dengan pesan-pesan misterius seperti ini. Apalagi kalau ada segitiganya. Selama cocokologi yang dihasilkan itu tidak membuat perselisihan, saya rasa sah-sah saja. Bisa saja memang ada pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Pertama, Jokowi dan Prabowo bertemu di tempat umum. Mereka bertemu di tempat netral, stasiun MRT Lebak Bulus. Bukan di kediaman Jokowi maupun Prabowo. Ini bisa menjadi indikasi kalau pertemuan ini adalah pertemuan yang tidak ditutup-tutupi. Pertemuan yang memang demi kepentingan semua orang. Supaya tidak ada lagi yang saling membenci.
Kedua, Jokowi dan Prabowo menaiki moda transposrtasi MRT secara bersama. MRT yang bergerak bisa saja sebagai pertanda kalau mulai sekarang mereka ingin berjalan bersama. Beriringan dan saling dukung membangun negeri. Menentukan arah yang terbaik bagi negeri ini. Itu pesan yang ingin disampaikan.
Ketiga, Jokowi dan Prabowo sama-sama pakai baju putih. Tidak seperti biasanya, kemarin Prabowo terlihat mengenakan kemeja putih. Warna yang selama masa pemilu menjadi warna brand dari Jokowi.
Ini bisa menjadi tanda bahwa mereka sekarang ini satu warna. Tidak ada lagi perbedaan. Cukuplah ribut-ribut yang kemarin itu. Sekarang saatnya kita berdiri di atas tujuan yang sama. Memajukan Indonesia.
Semua pesan itu mungkin terkesan dipaksakan. Tapi siapa yang tau memang itu tujuannya. Selama itu baik, tidak ada salahnya untuk percaya.
Prabowo sudah menerima kemenangan Jokowi di pemilu kemarin. Dia sudah memberikan selamat kepada Jokowi. Prabowo juga berkomitmen membantu Jokowi dalam menjalankan pemerintahan lima tahun kedepan.
Kalau kita perhatikan dari pertemuan kemarin, Jokowi dan juga Prabowo terlihat sangat akrab. Tidak ada jejak-jejak perbedaan selama masa pemilu. Seperti dua sahabat lama yang kembali bertemu. Mereka berpelukan, berbincang dan tertawa bersama.
Jokowi dan Prabowo sudah bertemu, tapi bagaimana dengan pendukung keduanya. Ada dua tipe pendukung Jokowi dan Prabowo dalam menyikapi pertemuan kemarin. Terlihat jelas di media sosial dan juga portal berita.
Pertama, mengapresiasi pertemuan tersebut. Banyak yang mengapresiasi Prabowo yang bersedia bertemu dengan Jokowi. Banyak yang menilai kalau hal tersebut merupakan tindakan yang sangat ksatria dari seorang Prabowo. Inilah yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Kedua, ada yang kecewa. Pendukung Jokowi dan juga Prabowo ada yang tentu saja tidak terlalu senang dengan pertemuan tersebut. Kebanyakan memang dari pendukung Prabowo. Mereka sedih dengan pertemuan tersebut. Merasa apa yang mereka perjuangkan selama ini sia-sia. Prabowo dinilai tidak mampu menjaga perasaan pendukungnya.
Bahkan dari pihak yang selama ini betul-betul militan mendung Prabowo juga kecewa. Misalnya saja PA 212 dan juga Amin Rais. Mereka menilai pertemuan ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka. Akibatnya PA 212 menarik diri dari mendukung Prabowo.
Kecewa itu wajar saja. Namanya juga pendukung. Saya juga kecewa waktu Argentina kalah dari Brazil di Copa America. Apalagi pendukung yang militan macam Pak Amin Rais. Bisa-bisanya dia tidak diberi tau soal pertemuan ini. Pantas saja dia kecewa.
Mungkin mereka kurang belajar dari pengalaman. Kontestasi politik kita kan bukan hanya pada tahun ini. Sebelum-sebelumnya juga sudah ada. Di akhirnya, kita akan melihat lawan yang putar haluan menjadi kawan. Tapi tidak mungkin mereka tidak tau hal yang seperti itu. Pasti mereka lebih berpengalaman.
Politik itu fleksibel. Tergantung kepentingan rakyat partai. Jadi tidak usah kaget.