Percayalah, Circle Pertemanan di Kelompok KKN Itu Lebih Bangsat daripada di Perkuliahan Biasa

KKN Itu Penuh Circle Pertemanan yang Bangsat Betul (Unsplash)

KKN Itu Penuh Circle Pertemanan yang Bangsat Betul (Unsplash)

Jujur saja, awal-awal KKN, saya nggak menduga kalau kultur toksik bernama circle pertemanan juga akan terjadi di sana. Pikir saya saat itu, waktu yang nggak sampai 2 bulan lebih itu kayaknya nggak akan mampu membangun sebuah kultur yang memungkinkan sisi negatif dari circle pertemanan.

Iya, dugaan saya salah besar. Nggak lama KKN berlangsung, kultur itu kemudian dibangun oleh para mahasiswa nggak ada otak yang sebelumnya belum saling kenal. Mereka ini seolah-olah nggak sadar bahwa keberadaannya yang merasa lebih satu frekuensi dengan gerombolannya alih-alih mengambil jarak dan membedakan sikap dengan yang lain, itu justru merusak kelompok mereka sendiri.

Meski circle pertemanan ini terkesan klise di kalangan mahasiswa, tapi percayalah, jangan anggap remeh kultur toksik itu. Sebab amat jauh berbeda dengan circle pertemanan di perkuliahan biasanya.

Kalau nggak percaya dan bagi yang belum melaksanakan KKN, sini saya tunjukkan beberapa alasannya.

Anggota KKN yang hobi bacot di belakang dan nggak mau terus terang

Sebelum Anda salah paham, circle pertemanan yang saya maksud di sini adalah mereka; kumpulan mahasiswa yang secara sengaja menjaga jarak dan sikap dengan yang lain di luar kegiatan formal KKN.

Sebenarnya saya nggak begitu masalah kalau mereka menjaga jarak dan sikapnya nggak mengganggu. Tapi masalahnya, cara mereka menjaga jarak dan sikap itu amat sangat menjengkelkan. Ketika ada sebuah tindak tanduk yang mereka rasa kurang pas, baik di dalam maupun di luar kegiatan formal KKN, mereka ini selalu bacot di belakang.

Untuk mengetahui mereka bacot di belakang nggak perlu punya indera keenam dulu. Entah bagaimana, kayaknya sudah menjadi hukum alam kalau sebuah rasa-rasan itu pasti terdengar sama orang yang menjadi objek rasan-rasan.

Yang lebih menjengkelkannya lagi, mereka ini nggak mau terus terang ketika ditanya pada forum rapat. Bahkan bukan lagi nggak terus terang, mereka malah diam seribu bahasa sambil berlagak sok baik kayak nggak pernah melakukan rasan-rasan. Bangsat, bukan!

Maksud saya, kan, ya udah lah, kalau ada hal yang nggak sesuai, cobalah diobrolkan enak-enak secara terbuka di forum rapat. Biar tahu masalahnya apa dan biar semuanya clear and clean. Kalau nggak mau ngomong ketika ditanya tapi malah ngomong di belakang, apa nggak anjing namanya!

Baca halaman selanjutnya: Masalah KKN itu banyak dan rumit!

Masalah KKN yang makin rumit

Jujur saja, masalah KKN itu banyak dan rumit. Makanya kenapa KKN dilaksanakan secara berkelompok biar agak sedikit enteng.

Lah kalau nyatanya di kelompok ada sebagian orang yang punya pendapat sendiri tentang berjalannya suatu KKN tanpa mau bersuara ketika rapat, tapi malah menjaga jarak dan sikap saat kegiatan di luar alih-alih rasan-rasan, gimana keputusan kelompok bisa terealisasikan secara sempurna?

Walaupun nggak mengganggu secara langsung, saya yang kebetulan jadi wakil ketua, merasa nggak nyaman. Apalagi ketika hendak memutuskan ataupun melaksanakan kegiatan. Kayak ada yang mengganjal. Yang satu mikirin gimana caranya kegiatan bisa terealisasikan, satunya lagi gimana sebagian anggota ini bisa menerima keputusan dan melaksanakan kegiatan tanpa ada bacotan di belakang.

Belum lagi, kalau misalnya mereka ini kurang tepat dalam melaksanakan kegiatan karena nggak terbuka di forum. Mau negur nanti dibacotin lagi di belakang, nggak ditegur itu ya takutnya nanti kelompok nggak ada perkembangan.

Nggak ada waktu dan tempat untuk menghindar

Tentu saja Anda bisa mengatakan, “Ya sudahlah, nggak usah meladeni orang semacam itu. Biarlah sambil lalu.” Iya, saya paham. Tapi pada faktanya nggak seenteng itu!

Waktu KKN itu nggak sependek waktu kerja kelompok saat perkuliahan biasa. Di perkuliahan biasa, kita bisa saja menahan diri untuk menerima sikap-sikap mereka. Tapi di KKN, yang notabene waktunya selama 1 sampai 2 bulan, itu rasanya bangsat menerima dan merasakan sikap mereka yang kayak anjing itu. Belum lagi, kalau satu tempat (posko), wah, benar-benar nggak bisa menghindar dari bacotan mereka yang licik nan menyakitkan itu.

Kalau misalnya di dunia ini nggak ada hukum, tanpa tedeng aling-aling saya akan bakar hidup-hidup orang semacam itu. Percayalah, berat rasanya. Anda bisa jadi akan melakukan hal yang lebih gila lagi kalau nggak ada hukum dan di posisi yang sama seperti saya.

Sampai hari ini saya nggak tahu harus seperti apa buat menghadapi circle pertemanan di kelompok KKN semacam itu. Yang pasti, Anda jangan sampai melakukan perilaku haram semacam itu. Kalau ada keputusan yang nggak sesuai, bicarakan saja secara terang-terangan di forum rapat. Sebab, KKN bukanlah tugas kuliah remeh-temeh seperti tugas di perkuliahan biasa. Ia rumit dan berhubungan dengan dunia manusia yang sebenarnya.

Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Mahasiswa KKN Diusir Warga Itu Adalah Teguran Keras untuk Kampus yang Nggak Melek Digital

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version