Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Pertanyaan Kapan Nikah Itu Nggak Akan Menyebalkan, asalkan Nggak Ditanyakan Setiap Hari

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
16 Januari 2024
A A
Pertanyaan Kapan Nikah Itu Nggak Akan Menyebalkan, asalkan Nggak Ditanyakan Setiap Hari

Pertanyaan Kapan Nikah Itu Nggak Akan Menyebalkan, asalkan Nggak Ditanyakan Setiap Hari (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya sedang ada di fase mulai gusar dengan pertanyaan “kapan nikah?” yang terus-terusan ditanyakan. Iya, menjelang 30 tahun ini saya cukup sering menerima pertanyaan tersebut. Apalagi setelah kakak saya menikah, intensitas pertanyaan tersebut menjadi berlipat-lipat, sebab di keluarga memang tinggal saya yang masih lajang.

“Ah, bukannya kalau ditanya tinggal dijawab aja?” Dulu saya juga sempat berpikir demikian. Tapi setelah mengalaminya sendiri, saya jadi paham kenapa pertanyaan ini menyebalkan.

Bukan soal pertanyaan kapan nikah, tapi intensitas pertanyaan itu dilontarkan

Sebenarnya kalau direnungkan, ini bukan tentang pertanyaannya, tapi intensitasnya. Sebab kalau hanya beberapa orang saja yang bertanya, saya kira tidak masalah. Nah, yang membuat pertanyaan kapan nikah ini jadi menyebalkan adalah tiap orang yang ketemu selalu bertanya. Bayangkan saja, tiap ketemu orang ditanya pertanyaan yang sama, suwe-suwe yo mangkel, Buos.

Sebagai gambaran, pertanyaan netral semacam, “sudah makan atau belum?” juga akan terasa menyebalkan jika tiap kita ketemu orang, pertanyaan tersebut selalu ditanyakan. Dan itu berlangsung setiap harinya. Sudah kebayang kan menyebalkannya di mana?

Selain itu, kalau diamati, orang yang dulu sempat ada di fase seperti saya (membenci pertanyaan kapan nikah) dan kemudian sudah menikah, orang itu bukan lantas “tobat” dan nggak melemparkan pertanyaan serupa kepada orang lain. Justru dia malah ikutan bertanya tiap kali berjumpa.

Iya, saya punya banyak teman yang dulu sering pasang story tentang kebenciannya terhadap pertanyaan kapan nikah serta argumentasi dengan genre “menikah itu bukan perlombaan”. Namun setelah menikah, mereka seakan berubah pikiran dan sering bertanya ke orang lain, “kapan nikah?” termasuk kepada saya. Vrengsek memang.

Belum nikah berarti nggak laku dan susah dapat pasangan

Tak hanya berhenti sampai sana, beberapa orang bahkan menganggap kalau belum menikah berarti belum laku, belum ada pacar, kesusahan mendapatkan pasangan, dll. Saya pernah disuruh untuk ikut organisasi tertentu agar cepet ketemu jodoh.

Tukang parkir langganan saya di pasar juga punya ide serupa. Beliau pernah menyuruh saya untuk ikut kajian di salah satu kiai agar nantinya dijodohkan dengan sesama jamaahnya. Sungguh mindblowing sekali.

Baca Juga:

Menghitung Penghasilan Minimal Setelah Menikah Versi 2025, Punya Gaji 7 Juta Baru Bisa Hidup Nyaman!

4 Pertanyaan Basa-Basi yang Dibenci Pengantin Baru

Beda lagi dengan teman saya yang lain. Ia menyuruh menikah karena baginya menikah itu enak, sebab tiap hari ada yang masakin. Begitu katanya.

Dan ketika saya timpali kalau saya juga bisa masak sendiri. Teman saya ini mengatakan, “Ah, dimasakin dan masak sendiri itu beda rasanya.” Mendengar argumentasinya, saya hanya bisa tersenyum.

Saya paham memang pasti akan beda rasanya, sebab saya sangat yakin kalau masakan saya ini lebih enak ketimbang pacar saya yang jarang masak itu, xixixi.

Pertanyaan kapan nikah dan saran segera menikah

Kalau boleh serius, saya ingin bertanya, memangnya seberapa bahagia sih pernikahan itu? Kenapa tiap orang yang belum menikah diberi pertanyaan kapan nikah dan disarankan untuk segera menikah? Padahal kalau saya amati, beberapa teman saya yang sudah menikah juga banyak sambatnya.

Mulai dari pasangannya yang ternyata menyebalkan, urusan merawat anak yang menyusahkan, pembagian pekerjaan rumah yang nggak adil sejak dari pikiran, sampai hal-hal yang berhubungan dengan mertua dan keluarga barunya.

Selain itu, banyak juga yang setelah menikah malah susah ke mana-mana. Sudah nggak bisa menjalankan hobi, sebab sudah ada tanggung jawab baru untuk dilakukan. Dan karena waktu juga terbatas, ia tidak punya banyak waktu luang untuk dialihkan ke hobi yang ia suka.

Hal-hal semacam itu justru jarang dikatakan oleh orang yang sudah menikah. Mereka malah cenderung melempar kalimat dengan genre, “bukti cinta bukan I Love You, tapi Qobiltu”. Alhasil banyak yang menikah saja meski ekonominya pas-pasan “hanya” untuk membuktikan cintanya. Padahal menurut data, faktor utama perceraian adalah masalah ekonomi. Haisssh.

Bagi saya, menikah itu bukan sekadar memikirkan resepsinya nanti menunya rawon atau soto. Lebih dari itu. Menikah memiliki tujuan untuk menjalankan hidup bersama, baik suka maupun duka dengan jangka waktu seumur hidup. Karena itu diperlukan persiapan yang matang. Termasuk secara mental.

Kalau memang sudah berumur dan belum kepikiran menikah, tidak apa-apa, kan?

Terlepas dari itu semua, saya kira prinsip tiap orang itu masing-masing, jadi nggak ada yang salah. Makanya mau sampai umur 30 tahun dan seseorang belum kepikiran untuk menikah, ya nggak apa-apa juga, kan? Nggak usah memburu mereka dengan pertanyaan kapan nikah.

Meski demikian, saya sadar kalau tahun depan kayaknya banyak teman dekat saya yang bakal menikah. Dan memang begitu seharusnya. Saya percaya kalau menikah itu ya melanjutkan hidup saja, bukan transformasi kebahagiaan atau apa pun itu. Yah, dilakoni wae. Ancen wes wayae.

Terakhir, sebagaimana menikah adalah melanjutkan hidup, maka biarkan orang-orang yang belum menikah ini hidup sebagaimana mestinya, tanpa dibebani dengan pertanyaan kapan nikah setiap harinya. Yok, bisa yok!

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Usia Ideal Menikah Itu Nggak Perlu, Jadi Stop Bertanya Kapan Nikah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2024 oleh

Tags: acara nikahKapan Nikahkeputusan untuk menikahmenikah
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Seorang tenaga pendidik lulusan UIN Malang dan UIN Jogja. Saat ini tinggal di Lamongan. Mulai suka menulis sejak pandemi, dan entah kenapa lebih mudah menghapal kondisi suatu jalan ketimbang rute perjalanan.

ArtikelTerkait

masakan jawa pintar masak perempuan jago masak menikah suami ibu rumah tangga jago masak mojok.co

Perempuan yang Nggak Pintar Masak Jangan Minder, saat Butuh Skill Ini, Kalian Bakal Bisa kok

28 April 2020
Quirkyalone

Quirkyalone, Alternatif Jawaban Bagi Para Jomblo Saat Lebaran

24 Mei 2019
5 Soft Skill yang Harus Dikuasai Sebelum Menikah Terminal Mojok

5 Soft Skill yang Harus Dikuasai Sebelum Menikah

15 Januari 2022
sistem zonasi calon menantu

Belajar Dari Sistem Zonasi Calon Menantu yang Pernah Saya Alami, Sistem Zonasi Sekolah Itu Tidak Ada Apa-Apanya

28 Juni 2019
menikah

Menikah Tidak Sebercanda Itu, Adique!

10 Mei 2019
dipanggil bu

Rasanya Dipanggil “Bu” Dan Dikira Sudah Menikah Padahal Masih Kuliah

6 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.