Perspektif Mantan Produser Acara TV pas Nonton Acara yang Nampilin Kehidupan Orang Miskin – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Artikel

Perspektif Mantan Produser Acara TV pas Nonton Acara yang Nampilin Kehidupan Orang Miskin

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
9 Mei 2020
0
A A
rakyat kecil, kemiskinan, acara tv

Bodo Amat Soal Kebijakan, Rakyat Kecil Maunya Cuma Bisa Makan

Share on FacebookShare on Twitter

Subuh tadi saya agak mbrebes mili pas nonton sebuah acara sahur di TV. Padahal nih ya, itu acara lawakan. Walaupun agak garing kriuk, tapi dari acara yang (niatnya) ngajak ketawa supaya melek pas sahur itu, saya malah jadi mewek gara-gara ada selipan konsep charity yang bahas kehidupan keluarga pemulung yang cacat, lengkap dengan live chat di studio bareng keluarga bapak tersebut.

Kebanyakan acara TV seperti ini memang menampilkan kemiskinan dan kekurangan mereka. Hidup susah karena penghasilan tidak tetap, anak banyak, dan rumah yang seadanya. Tapi, apakah benar (kata orang) acara seperti ini mengekspos orang miskin? Sebagai orang yang pernah bekerja jadi produsen acara TV seperti ini, buat saya acara ini justru bikin banyak kalangan hepi lho.

Perusahaan TVnya hepi karena dapat rating yang tinggi. Perusahaan sponsornya hepi karena dapat image dan exposure yang baik. Sementara si Bapak pemulung juga hepi dapat uang tunai dan aneka hadiah. Satu-satunya yang tidak pernah saya ketahui adalah, apakah pemirsa hepi nonton acara kayak gini?

Sebenarnya acara kayak gini tuh baik kok. Setidaknya kita jadi tahu kalau ada keluarga yang hidupnya susah—dan bisa jadi mereka ada orang yang selama ini tinggal di daerah yang dekat dengan kita. Selain itu, acara ini bikin yang nonton jadi lebih bersyukur atas apa yang mereka miliki, ini tentu saja bisa mematahkan mitos kalo rumput tetangga nggak selalu lebih hijau dari rumput kita.


Sebenarnya seberapa penting sih acara seperti ini ditayangkan?

Sebagai mantan orang produksi di TV, saya melihat mungkin konsep seperti ini memang masih bisa dijual.  Berdasarkan analisa rating mungkin masih banyak orang yang ingin melihat tayangan seperti ini. Dan secara sponsorship juga masih laku untuk ditawarkan ke perusahaan-perusahaan pengiklan.

Namun saat ini kacamata saya adalah sebagai pemirsa. Di satu sisi saya cukup bisa memahami bagaimana rumitnya sebuah konsep bisa meluncur menjadi sebuah tayangan on air, namun di sisi lain jujur saja batin saya masih abu-abu masalah ini.

Memang acara ini bisa membuka mata kita untuk lebih peduli dengan orang lain dan lebih bersyukur. Namun apakah memang harus mengekspos mereka seperti itu? Alhamdulillah kalau efeknya baik. Dalam arti uang dan sumbangan yang diberikan bisa memperbaiki taraf hidup mereka selama beberapa waktu. Kalau di acara Bedah Rumah malah mereka bisa dapat tempat tinggal yang layak. Artinya mereka bisa merasakan efeknya lebih lama.

Namun jangan sampai niat yang sudah baik tersebut malah menimbulkan akibat yang dapat menyulitkan mereka. Misalnya dengan menerima sumbangan berjuta-juta yang ditayangkan secara langsung ke seluruh negeri, nanti malah dimintain uang sama tetangga-tetangganya. Atau dari kasus bapak pemulung yang cacat tadi, di mana anak-anak sang Bapak juga mempunyai kekurangan di tangan dan kakinya. Mereka masih kecil. Apakah mereka sudah siap mental kalau diejek teman-temannya? Maaf, tahu sendirilah karakter orang kita seperti apa, bukannya prihatin malah diliatin..

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita memang perlu ‘dibangunkan” dulu seperti itu untuk bisa berempati terhadap sesama? Dikasih tayangan yang mengaduk emosi, bikin dada sesak dan idung kembang kempis? Sumprit itu nggak enak banget..

Terus kalau kita nggak suka dengan tayangan seperti itu, bagaimana caranya kita bisa tahu dan bantu orang yang kekurangan? Mungkin cara yang paling mudah adalah membuka mata, melihat, dan mencari sendiri paling tidak di lokasi sekitar tempat tinggal kita. Bila kita menemukan orang yang sepertinya hidupnya susah, bantulah semampunya. Bisa berupa uang, makanan, sembako, atau sekedar kupon nasi bungkus. Bila secara materi kita pun susah, mungkin kita bisa bantu melaporkannya ke Pak RT, RW atau Pak Lurah setempat. Siapa tahu mereka bisa terdaftar sebagai penerima bansos.

Satu hal yang selalu saya ingat pada saat dulu mengerjakan acara seperti ini, yaitu melihat betapa bahagianya mereka menerima pemberian kita. Padahal mungkin uang atau barang yang kita berikan juga tidak seberapa. Tapi melihat mereka tersenyum, seakan aura bahagia mereka sudah cukup menjadi balasan, tanpa perlu mendengar ucapan terima kasih.

BACA JUGA Bagi Rakyat Miskin, Pemerintah Memang Tak Pernah Lebih Baik Ketimbang Acara Bedah Rumah atau tulisan Dessy Liestiyani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Mei 2020 oleh

Tags: acara tvkehidupan orang miskin
Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

Artikel Lainnya

televisi production mojok.co

5 Acara Komedi Televisi yang Legendaris Tahun 2000-an

21 Maret 2022
Di Balik Pertanyaan Kuis Interaktif di TV yang Suka Nyeleneh terminal mojok

Menguak Alasan di Balik Pertanyaan Kuis Interaktif di TV yang Suka Nyeleneh

25 Juli 2021
Gentayangan, Acara TV Supranatural yang Nggak Kaleng-kaleng dan Bikin Bulu Kuduk Merinding terminal mojok

‘Gentayangan’, Acara TV Supranatural yang Nggak Kaleng-kaleng dan Bikin Bulu Kuduk Merinding

5 Juli 2021
Melihat Acara TV Indonesia yang Isinya Cuma Repost Konten Medsos terminal mojok.co

Melihat Acara TV Indonesia yang Isinya Cuma Repost Konten Medsos

15 Mei 2021
Mari Bersepakat Tom and Jerry Classic Adalah Kartun Terbaik Sepanjang Masa terminal mojok

Mari Bersepakat ‘Tom and Jerry Classic’ Adalah Kartun Terbaik Sepanjang Masa

27 April 2021
Mengenang Acara 'YKS', Acara Sahur yang Bikin Saya Pengin Joget #TakjilanTerminal28

Mengenang Acara ‘YKS’, Acara Sahur yang Bikin Saya Pengin Joget Terus #TakjilanTerminal28

26 April 2021
Pos Selanjutnya
ferdian paleka

Ferdian Paleka dan Pranknya Emang Sampah, Tapi Aparat Main Hakim Sendiri itu Jelas Salah!

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Fitur Canggih pada Mobil yang Sebenarnya Nirfaedah Terminal Mojok

Fitur Canggih pada Mobil yang Nirfaedah

14 Mei 2022
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Dubes Palestina: Perjuangan Melawan Israel Dilanjutkan Anak-anak Muda
    by Arif Hernawan on 17 Mei 2022
  • Piala Dunia, Ketakutan Romo Sindhu di Usianya yang ke-70
    by Yvesta Ayu on 17 Mei 2022
  • D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini
    by Redaksi Mojok on 16 Mei 2022
  • Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah
    by Deddy Perdana Bakti on 16 Mei 2022
  • Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT
    by Thariq Munthaha on 16 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=H_-ObSbVslU

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In